1. Masa Lalu Dandelion

26 6 1
                                    

Seorang pemuda tengah berdiri di tengah ladang dandelion. Dia menatap seluruh bunga kuning tersebut sambil merenung. Pemuda kekar bernama Zeryon, sepertinya sedang memikirkan sesuatu hal. Pemuda berambut pirang itu seperti sedang bimbang akan mengambil sebuah keputusan. Ia meraba bahunya lalu menghela napas panjang. Zeryon merupakan salah satu dari seorang kesatria yang ahli dalam memanah. Ia bergabung dalam perkumpulan kesatria beberapa tahun lalu untuk membalaskan dendam atas kematian kekasihnya. Selama termenung, ia teringat akan semua masa lalunya.

Beberapa waktu lalu, Zeryon adalah pemuda biasa yang hidup sendirian tanpa keluarga. Zeryon menghidupi dirinya sendiri dengan menjadi petani wortel. Laki-laki tersebut sering mengunjungi pemukiman warga pada akhir pekan untuk menjual beberapa wortel segar. Walau sendirian, kehidupannya berjalan dengan lancar tanpa mengalami masalah yang berarti. Namun, suatu ketika, sebuah insiden menyedihkan menghampiri dirinya.

Zeryon mengenal seorang gadis cantik bernama, Rora. Zeryon dan perempuan manis itu bertemu, ketika Rora membeli beberapa wortel dari Zeryon dengan cara barter. Rora membawakan Zeryon sebuah kelinci kecil, dan itu membuat Zeryon cukup senang. Zeryon menerima pertukaran barang tersebut, dan menukarkan beberapa wortel miliknya dengan sebuah kelinci kepada Rora. Hubungan pertemanan mereka setelah pertukaran barang itu, kemudian perlahan terjalin.

Gadis itu memancarkan begitu banyak keindahan bagaikan Aurora di langit malam. Rora sebenarnya adalah orang yang memelihara banyak kelinci di rumahnya. Sikapnya begitu lembut, selembut bulu kelinci-kelinci yang ia rawat. Rora sering kali berkunjung ke tempat Zeryon, begitu pula sebaliknya.

Persahabatan mereka itu perlahan berubah menjadi benih-benih cinta. Keduanya perlahan mencintai, dan akhirnya mereka memutuskan membangun hubungan serius. Namun, sayangnya sebelum Zeryon melamar Rora menjadi istrinya, Rora harus kehilangan nyawanya akibat sekelompok penculik rahasia.

***

"Rora, aku merindukanmu," ucap Zeryon memetik sebuah bunga dandelion kuning.
"Sebentar lagi, aku akan menemuimu. Di kehidupan selanjutnya, mari memulai hidup yang baru tanpa harus menderita seperti ini," lanjutnya sambil menatap langit biru.

Tiga tahun lalu, Zeryon kehilangan kekasihnya, Rora. Zeryon berencana membawa Rora untuk berkunjung ke ladang dandelion saat itu. Namun, setibanya di rumah Rora, Zeryon tak menemukan sosok Rora di sana. Hanya ada mayat kelinci yang memenuhi lantai, ditambah beberapa bercak darah di dinding ruangan tersebut. Zeryon begitu panik. Ia mengecek seluruh bagian rumah, tetapi Rora sama sekali tak ada di sana.

Ia keluar dari rumah, dan tiba-tiba di sana ada seorang lelaki tua berjenggot panjang. Zeryon menatap lelaki tua itu dan menanyakan soal keberadaan Rora, tetapi si lelaki tua menggeleng pelan. Zeryon semakin panik dan berlari untuk mencari belahan jiwanya, tetapi si lelaki tua menarik tangan Zeryon. Zeryon terhenti sesaat dan menatap kembali ke arah laki-laki itu.

"Dia sudah dibunuh dan diculik, itu kenyataannya," ucap lelaki itu tiba-tiba.

Zeryon menggeleng tak paham. "Apa maksudmu, Pak? Katakan, jelaskan, apa maksudnya ...,"

"Jejak para kaum pencari tumbal itu, masih bisa dirasakan. Saya tahu, mereka pasti telah membunuh dan menculik orang yang kau cari." Pak tua itu berucap dengan tetap menahan tangan Zeryon.

Zeryon menggeleng cepat. Ia tak percaya akan perkataan laki-laki itu. Zeryon segera menyahut. "Pak, tolong jangan katakan hal yang tidak-tidak! Rora, maksudku, kekasihku, dia pasti sedang ke pasar untuk membeli sesuatu. Kekasihku itu pasti baik-baik saja, Pak."

Pak tua itu menggeleng pelan. Ia lalu berlari sangat cepat sambil memegang tangan Zeryon. Zeryon terperanjat karena ia ditarik tiba-tiba oleh si lelaki misterius itu. Kecepatan berlari yang menyeret Zeryon benar-benar luar biasa. Zeryon tak bisa melepaskan pegangan tangan pria tua itu. Tubuhnya mengikuti alur dari pergerakan si pak tua tersebut.

"Akhirnya, aku menemukan kalian!" Pak tua itu melepaskan genggaman tangannya pada Zeryon. Zeryon pun terjatuh karena pusing setelah diseret dengan kecepatan tinggi.

Pak tua tersebut menatap beberapa pria bertopeng yang sedang menguliti tubuh seorang wanita. Kepalanya masih utuh, tetapi tubuhnya sudah menjadi potongan-potongan kecil. Daging-daging tubuh itu telah dipisahkan dari tulangnya. Si pak tua lalu bergerak cepat dan menyerang semua pria-pria itu.

Perlawanan sengit terjadi, satu lawan belasan orang tak terelakkan.
Zeryon yang berhasil menetralkan rasa pusingnya mendapati sang pak tua itu bertarung melawan beberapa manusia bertopeng. Zeryon agak panik melihat pertarungan sengit itu dan berencana untuk lari. Namun, matanya tiba-tiba tertuju pada sebuah kepala manusia yang digantung di atas pohon. Kepala itu penuh dengan darah. Mata Zeryon terasa perih melihatnya. Ia sadar, bahwa kepala itu adalah milik kekasihnya, Rora. Wajah cantik itu kini telah kehilangan tubuhnya. Rora tewas dipenggal dan dimutilasi oleh sekelompok makhluk bertopeng tersebut.

Zeryon berteriak histeris. Ia meraih kepala tersebut dan memeluknya. Ia tak bisa menahan tangisan dan amarahnya. Ia berteriak begitu keras, dan membuat urat-urat di lehernya kelihatan. Matanya penuh dengan kengerian dan kesedihan. Dia menangis sambil memeluk kepala sang kekasih.

"Arghhh! Rora! Arghhh, kenapa ini terjadi? Kenapa! Kenapa di saat semua akan berjalan lancar, dunia merebutmu dariku, arghhh! Rora! Rora!" Zeryon berteriak terus-menerus. Ia sedikit frustasi menerima kenyataan pahit yang mendadak ini.

"Sudah berakhir!" Lelaki tua tersebut berucap, sembari menancapkan pedangnya ke dalam mulut salah seorang pria bertopeng tadi.

"Kalau saja aku tidak terlambat, kekasihmu itu pasti bisa diselamatkan. Namun, aku sudah tua, pergerakanku tidak seperti dulu saat aku masih muda." Pria itu mendekat ke arah Zeryon yang masih meratap.

Lelaki tua itu meletakkan telapak tangannya di bahu Zeryon, dan ia berucap. "Nak, kalau kau ingin balas dendam, jadilah muridku. Kau adalah yang terpilih. Aku dan yang lainnya sudah tua, dan kami membutuhkan penerus yang banyak. Salah satunya termasuk dirimu, Nak. Ayo, balaskan dendammu atas kematian wanita yang kau sayangi."

Zeryon terisak pedih. Ia menatap lelaki tua tersebut dengan mata berair dan memerah. Kini, ia diberikan pilihan untuk balas dendam, atau untuk berdiam diri. Keputusan sekarang ada di tangannya. Haruskah ia menangis terus, dan membiarkan hal yang sama terjadi pada orang lain lagi?

Vote and Follow to next chapter.
IG: Okuta_06


Kesatria DandelionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang