7. Serangan Tak Asing

3 2 0
                                    

Keesokan harinya, Zeryon yang telah membaik menemui semua murid-muridnya. Ia dan Gaven berdiri tegak menghadap para calon kesatria baru itu. Dengan rasa bangga, Zeryon melepaskan mereka dan berjuang sendiri di luar sana. Kini, dia dan Gaven lepas tangan untuk mengawasi para lelaki yang umurnya lebih muda dari Zeryon. Gaven memberikan senjata masing-masing para mantan muridnya, dan mengijinkan mereka pulang ke kediaman masing-masing, ataupun menjelajah ke daerah lain.

"Jika kalian merasa hidup terasa berat, jangan menyerah! Jika kalian butuh tempat beristirahat, kembalilah ke sini. Aku telah menganggap kalian keluargaku, jadi jangan ragu untuk kembali!" Zeryon berkata sambil memberikan pesan terakhir kepada mantan muridnya.

"Kalian semua adalah kesatria yang hebat," lanjut Zeryon lagi.

"Aku sangat bangga bisa melatih manusia hebat seperti kalian!" Gaven menambahkan.

Para murid-murid itu merasa sangat terharu dengan kata-kata gurunya. Mereka semakin merasa bersemangat untuk melawan para manusia kejam yang telah merenggut kebahagiaan banyak orang sejauh ini. Mereka lalu memberikan penghormatan terakhir kepada Zeryon dan Gaven sebelum pergi. Tak lama kemudian, mereka semua perlahan pergi dan menjauh dari kediaman Zeryon.

"Sekarang semuanya terasa sepi, ya," kata Sekya yang tiba-tiba datang. Ia membawakan dua cangkir kopi untuk Sekya dan Gaven.

Zeryon terkekeh. "Haha, biasanya Gaven selalu membentak mereka sampai pita suaranya sakit sendiri."

"Untung saja Sekya selalu siap membuatkan air jahe agar suara Gaven pulih kembali," lanjut Zeryon dengan sedikit candaan.

"Gaven memang begitu, menyusahkan saja," ujar Sekya menatap Gaven.

Gaven hanya terdiam dan tak menanggapi ledekan kedua temannya itu. Ia menarik napas dalam-dalam dan menatap langit. Ia lalu meraih cangkir kopi yang dibawa oleh Sekya. Beberapa saat kemudian, ia tersadar akan sesuatu.

"Zeryon, murid barumu itu, namanya Calista, dia belum datang hari ini?" tanya Gaven.

Zeryon mengangguk. "Kira-kira begitu!"

"Ah, kenapa dia tidak datang? Ini sudah hampir siang hari. Biasanya dia selalu bersemangat setiap kali latihan. Aneh sekali, hari ini dia tidak datang," ucapnya sambil meminum kopi miliknya.

"Mungkin dia kelelahan. Lebih baik dia istirahat hari ini," balas Zeryon.

"Mana mungkin dia kelelahan? Kemarin saja ketika kau sakit, ia datang dan memintaku memberinya latihan. Gadis itu selalu terlihat sangat bersemangat. Dia lucu sekali," kata pria berambut putih itu memuji Calista.

"Kau menyukainya?" tanya Zeryon dengan maksud candaan.

"Eh, menyukainya? Itu mustahil," jawab Gaven sambil tertawa.

"Nah, makan siang juga sudah siap. Nanti, kalian jangan lupa untuk makan, ya!" kata Sekya sambil berlalu meninggalkan dua pria tersebut.

Gaven dan Zeryon memutuskan untuk makan siang sebentar lagi. Mereka berdua berbincang-bincang untuk sementara dan membahas mengenai beberapa topik. Keduanya terlihat sangat akrab, karena mereka berdua bersahabat. Perbincangan mereka mulai tentang kasus penculikan dan pembunuhan yang terus bertambah. Mereka juga berbincang mengenai perkembangan kondisi fisik mereka sejauh ini, dan serta membahas mengenai Calista.

Yang dibahas oleh keduanya tiba-tiba muncul. Zeryon dan Gaven terkejut melihat kedatangan Calista di siang hari yang terik. Terlihat Calista membawa sebuah gerobak besar, dan keduanya menatap satu sama lain dengan penuh kebingungan.

"Kak Zeryon! Kak Gaven! Hai, aku datang!" teriak Calista sambil menarik sebuah gerobak.

"Untuk apa kau membawa gerobak besar itu?" tanya Zeryon menatap bingung ke arahnya.

Kesatria DandelionWhere stories live. Discover now