Selamat pagiiii 👋
Btw, siap-siap yaaa. Gak lama lagi bakal ada spesial part tentang Martin (kalau beneran jadi dipublish), tapi kayaknya bakal aku up di KK aja. Gak dibaca jg gak masalah, bakal tetep nyambung kok sama isi cerita.
***
PART 09
Nara tampak mulai beranjak dari atas kursinya. Membuat nyaris semua orang yang ada di meja langsung terhenyak tak percaya. Tiff, Messy, Jess, dan dua orang yang lain, tampak masih kukuh menghalangi gadis itu, yang membuat Marissa kembali mencibir, dan memutar bola mata. Karena mereka semua terlihat sangat over protektif terhadap Nara.
“Udah sih, biarin aja,” ujar Marissa dengan nada sebal. “Cuma nyium orang lho ini. Bukan lompat dari gedung.”
Tiff langsung mendelik tajam. Sedangkan Marissa terlihat tidak peduli dan tetap mencibir Nara. Karena sejak tadi memang itulah yang tengah ia lakukan.
“Dasar pengecut. Anak Mami.“
“Udah, gak usah didengerin, Ra. Lo jangan cium-cium orang. Nanti urusannya malah jadi panjang,” ucap Messy sembari terus menahan sebelah tangannya Nara. Supaya gadis itu tidak perlu menjalankan dare-nya. Karena hal itu sangat berisiko.
Nara menggeleng pelan, mulai melepaskan pegangan tangan Messy dengan lembut. “Enggak apa-apa, yang ini aman,“ katanya menenangkan. Sementara Tiff langsung mengomel dengan gusar. “Aman apanya?! Lo mau nyium orang. Kalau ternyata orangnya udah punya pasangan, nanti lo malah dilabrak. Atau dituntut atas aksi pelecehan.”
Namun, Nara tetap pada pendiriannya. Ia tersenyum tipis, berusaha keras agar terlihat tetap tenang. Padahal ia sedang gugup setengah mampus. Tetapi, ia tidak akan membiarkan Marissa merasa menang dan terus menginjak-injak harga dirinya. Akan ia buktikan kepada perempuan itu jika dirinya bukanlah seorang pengecut.
Pada akhirnya, Nara tetap melangkah menjauhi meja. Ia melangkah pelan, menghampiri Martin yang sedang duduk di salah satu kursi tinggi di hadapan meja bar.
Saat ia sudah semakin dekat, Nara dapat mendengar jika pria itu sedang memesan wine kepada seorang bartender yang tengah bertugas. Karena saat ini mereka memang sedang berada di bar & resto yang terletak di lantai 49 sebuah gedung. Tempatnya mewah, dan para pengunjung pun dapat disuguhi oleh pemandangan memukau, seperti sunset serta gemerlapnya ibu kota.
Nara lantas menepuk lengan atas pria itu dengan pelan. Membuat Martin menoleh, dan terkejut melihat Nara. Karena tumben. Biasanya perempuan itu tidak keluar malam, kecuali memang sedang ada keperluan. Apa lagi ini juga di bar. Tapi, mungkin Nara sedang makan malam di sini bersama kakak-kakaknya.
Martin tampak celingukan.
“Boleh minta tolong gak?” tanya Nara yang membuat Martin langsung menghentikan aksinya barusan.
“Minta tolong apa?“ Martin ikut bertanya. Ia lantas memicing sekilas sebelum mulai menebak. “Jangan bilang kalau lo lupa bawa dompet lagi, terus ditinggal sendirian sama temen kencan lo yang kere?“
Pria itu tertawa. Terlihat puas sekali. “Ya ampuuun. Enggak kapok-kapok ya lo? Udah deh, berhenti kencan gak jelas sama cowok-cowok kere. Biar nanti gue kenalin ke temen-temen gue.”
Martin sudah akan mengeluarkan dompet, tapi Nara langsung menggeleng. “Aku gak lagi nge-date.”
“Terus?“
“Mau minta tolong yang lain.”
“Apa?“
Nara tidak langsung menjawab, melainkan tetap berdiri dengan gelisah. Membuat Martin langsung berdecak tidak sabar, lalu menyuruh gadis itu untuk segera berbicara. Apa lagi minumannya juga sudah terhidang, dan ia tidak mempunyai banyak waktu untuk mengurusi Nara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dinara
RomanceSemua berawal dari busana biru pastel, ciuman terdesak, serta aksi yang dipergoki oleh ibunya, hingga membuat Nara harus terjebak bersama pria berengsek seperti Martin dalam kurun waktu yang lama. Entah sampai kapan, tapi mampukah Nara mengatasi ini...