PART 34

14.9K 715 20
                                    

2,4 ribu words nih, gaes.

Dan tolong baca author note-nya sampe bawah.

Happy reading ya!

***

PART 34

“Morning, Sayangkuuu ....”

Martin tampak mengecupi beberapa titik wajah Nara sebelum menjatuhkan kepala di atas bahu wanita itu dan kembali bergelung dengan hangat. Padahal tadinya pria itu sudah beranjak, membuka sedikit gorden kamar, tapi gorden di bagian ujung dekat meja rias, bukan di dekat kepala ranjang supaya cahaya yang masuk ke dalam tidak mengganggu tidur Nara. Dan ia juga sudah sempat mengisi gelas air di nakas sampai penuh, agar nanti bisa langsung diminum oleh istrinya.

Sementara itu, Nara hanya tersenyum dan tertawa. Lalu mencoba mendorong Martin, walau usahanya tidak membuahkan hasil apa-apa. Yang ada pria itu malah semakin mengusalkan wajahnya di sana, hingga membuatnya kegelian.

“Geli! Jauh-jauh sana!“ Nara terlihat kembali berusaha mendorong pria itu agar menjauh darinya, dan berhenti mengusal-usalkan wajah di bahunya.

“Gak mau,” tolak Martin yang kini mulai melingkarkan tangan, memeluk Nara. Dan kali ini wanita itu hanya diam saja, membiarkan suaminya sekaligus memberinya waktu untuk bermanja-manja barang sejenak. Karena sebentar lagi ia akan segera beranjak dari atas ranjang, lalu memulai rutinitas paginya—bersiap-siap mandi dan segala macam— sebelum terjun ke dapur dan membuat sarapan.

“Sayang,” panggil pria itu kemudian.

“Apa?”

Martin lantas semakin merapatkan tubuh mereka di atas ranjang. “Satu kali lagi, yuk? Habis itu kita mandi bareng,” bujuknya dengan nada merayu. Membuat Nara mendengkus geli, dan segera menjauhkan tangan nakal pria itu. Karena sudah sibuk beraksi.

“Gak ya... Aku gak mau.”

“Nanti aku mandiin. Hm?”

Nara kembali tertawa mendengar iming-iming itu. “Tetep gak mau.”

“Masa gak mau?” tanya Martin setelah itu. “Aku yang mandiin lho... Kapan lagi coba aku mau mandiin cewek?“

Nara langsung menoleh. “Memangnya sebelum ini kamu belum pernah mandiin cewek?”

“Kayak ...,” Nara sedikit menggantung ucapannya, lalu menambahi. ” ... Gak mungkin banget gak sih?” tanyanya dengan nada geli.

“Memang gak pernah,“ sahut Martin. “Berhubung ini kamu, makanya aku mau.”

“Yuk?“ ajak Martin setelah membeberkan fakta itu. Terserah Nara mau percaya atau tidak, tapi ia benar-benar tidak berbohong. “Nanti aku pijetin juga deh, biar badan kamu enggak pegel-pegel.”

Dan Nara pun menggeleng, tetap tidak mau. Hingga Martin berdecak sekilas, sibuk memutar otak dan mencari cara lain untuk membujuk Nara.

“Ya udah, oke, gak usah mandi bareng,“ kata Martin yang akhirnya memutuskan. Kemudian, pria itu pun bersiap untuk menaiki tubuh istrinya.

Namun, segera ditahan oleh telapak tangan Nara.

“Gimana sih?” Nara tampak tertawa menatap Martin. “Kamu iming-imingin mandi bareng, sampe mau dipijet aja aku tetep enggak mau. Apa lagi begini?”

“Ya udah, kamu mau apa? Hm?”

“Gak tahu, aku enggak pengen apa-apa. Apa lagi ngasih kamu jatah. Kan semalem udah?”

DinaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang