Bab 5

252 8 2
                                    

Bian turun dari kamarnya menuju meja makan, terlihat mamanya dan papanya sudah berada di meja makan. Vani dengan telaten mengambilkan serapan untuk suaminya.

"Anak itu belum turun? Kebiasaan," Kata bian sambil menggeser kursi tempat biasanya ia duduk.

"Zea udah berangkat duluan, " Sahut vani.

"Ngga salah tu anak berangkat duluan, paling tidur sambil jalan," Jawab bian.

"Bi, kamu kapan sih bisa ngerubah sikap kamu ke zea, kamu pikir mama ngga tahu gimana perlakuan kamu sama zea," Kata vani kesal dengan anak tunggalnya itu.

"Emang sikap aku kenapa sih ma?" Tambah membuat vani semakin kesal.

"Lihat itu pah, anak kamu dibilangin malah pura-pura nggak tahu," Sungut vani pada suaminya.

"Anak kita ma," Jawab fadli meluruskan ucapan istrinya.

"Mama yakin, mata zea bengkak pasti ulah kamu," Kata vani mengingat kejadian semalam.

"Aku nggak mukul mata dia ma, jangan asal nuduh apalagi sama anak sendiri," Kata bian santai menyantap serapannya.

Vani menghela napas, ia meletakkan sendok dan garpunya seketika.

"Bi, jangan bikin mama ada riwayat darah tinggi ya!"

"Rutin olahraga mah, jangan shopping terus," Ujar bian masih sempat tersenyum pada vani yang wajahnya sudah berubah pias.

"Sudah-sudah serapan dulu ributnya nanti aja," Kata fadli menengahi perdebatan antara ibu dan anak itu.
.

.

.

"Astaga non, kirain bapak penunggu sekolah?" Ujar pak Sam kaget melihat zea sudah duduk santai di depan gerbang sekolah, tak biasanya gadis itu datang se pagi ini.

"Pak Sam jangan aneh-aneh deh, orang cantik kayak gini dibilang penunggu sekolah. "

"Ya biasanya kan non datangnya di jam-jam kritis mau masuk aja," Seloroh pak Sam.

"Ini namanya semangat pagi pak, ada perubahan untuk hidup yang lebih hebat," Kata Zea.

"Bagus itu non, biar nanti kalau bapak telat datang non Zea bisa bantu buka gerbang, nanti pak Sam kasih kunci cadangan," Canda pak Sam.

"Sekalian aja bapak minta aku jaga sekolah dari malam sampe pagi," Kata Zea.

"Emang non Zea mau? "

"Ya ampun pak, mending bapak buka gerbangnya sebelum aku benar-benar jadi penunggu sekolah."

"Kalau kayak non Zea penunggunya, pak Sam ngga takut," Cengir pak Sam yang kini sudah berusia 50-an itu langsung membuka gerbang sekolah.

Zea langsung masuk, aneh juga rasanya paling pertama sampai ke sekolah, kalau saja tak menghindari wajah bian mana mau dia berangkat sepagi ini. Dia masih kesal, matanya juga sedikit sembab, untung saja alibinya berangkat tak bersama bian tak membuat vani curiga.

Vivian dan valen awalnya tak percaya dengan perkataan pak Sam, kalau Zea yang paling awal sampai di sekola, mengingat diparkiran belum terlihat mobil bian yang terparkir disana, tetapi setelah sampai ke kelas kenyataan itu benar adanya.

"Lo kesambet apa Zea, ngga biasanya nongol lebih dulu dari pada kita? " Vivian langsung duduk dan meletakkan tasnya.

"Mata lo juga lebih sipit, kayak cece cece cina, tutorial dong," Celetuk juleha.

"Tinggal nangis aja," Jawab Zea.

"Pasti si batu lagi, berani taruhan gue kalau emang dia penyebabnya," Tambah vivian.

ANOTHER SIDEWhere stories live. Discover now