Bab 12

500 27 5
                                    


Jendra, dito beserta dan satu orang lainnya yang bernama Mario, dikejutkan dengan pesan yang dikirim oleh Agas lewat grup chat. Foto yang berisi kondisi Agas yang terlihat mengkhawatirkan, dengan luka dan darah segar di sepanjang lukanya.

Mereka bertiga sedang nongkrong santai di sebuah basecamp yang menjadi tempat kumpul geng inti ZERIOS.

Awalnya jendra menghubungi Agas, agar laki-laki itu cepat datang dan sekalian menitip beberapa bungkus rokok dan makanan ringan pada Agas. Umpatan kesal dilontarkan jendra setelah Agas menolak panggilannya.

Tak selang beberapa menit, dito yang sedang asyik berselancar ria di media sosialnya melihat notifikasi pesan dari Agas, tak butuh lama laki-laki itu langsung masuk ke group dan melihat beberapa gambar kiriman dari Agas dan sebuah pesan chat di bawahnya.

Posisi dito yang sedang tiduran di sebuah  sofa, tiba-tiba memperbaiki posisinya  menjadi duduk.

"Gila, ini bener Agas?" Lontar Dito matanya belum lepas dari ponselnya.

"Kenapa sih lo dit, ngagetin tahu nggak," sela Mario yang sedang asyik main  uno stacko, atau menyusun balok dengan jendra.

Gara-gara pergerakan dito yang tiba-tiba, Mario jadi gagal menyusun balok bagiannya.

"Lihat nih," Dito melihatkan ponselnya pada jendra dan Mario.

"Buset, Agas kecelakaan," Suara Mario sedikit keras, mereka juga membaca pesan di bawahnya serta lokasi tempat Agas berada.

"Kasih tahu kean nggak?" tanya Mario pada jendra.

"Nanti aja, mending kita susul ke sana, siapa tau ini cuma prank," Kata dito yang diangguki oleh jendra dan Mario bergegas pergi menuju ke tempat Agas  berada.

                          🐷🐷🐷

Albi sampai dirumahnya setelah memarkir mobil di garasi, ia melihat sekilas jam tangannya, sudah hampir jam 12 malam, baru setelahnya laki-laki itu turun dari dalam mobil.

Ia masuk ke dalam rumah yang sudah gelap, hanya ada satu lampu yang masih menyala terang di arah dapur, rasa haus menyelingkupi dirinya cepat saja ia  menuju dapur dan mengambil gelas serta menuangkan air yang berada dalam teko kaca.

"Habis pulang dari mana kamu Al?" Suara bariton itu berasal dari belakangnya. Albi menaruh galesnya santai, masih belum menjawab pertanyaan dari orang di belakangnya.

"Keluar pi, cari angin," Jawab Albi langsung mendudukkan dirinya di sebuah kursi dan menatap Fadli yang mengenakan baju tidur.

"Kamu pikir papi percaya?" Kata Fadli.

"Yaudah aku jujur. Habis bikin celaka anak orang," Jawab Albi santai bahkan terlanjur santai.

"Siapa?" tanya  Fadli kini ikut duduk.

"Urusan anak muda pi. Papi nggak perlu tahu," Jawab Albi mulai beranjak dari tempat duduknya, namun Fadli mengkode lewat matanya agar Albi kembali duduk, dengan malas ia kembali menuruti perintah Fadli.

"Jangan bikin masalah serius, Al. Nanti bian yang kesusahan gara-gara kamu," Kata Fadli.

"Papi tenang aja, aku main  rapi dan bersih kok, lagian juga nggak sampai mati," Jawab Albi meyakinkan Fadli. Laki-laki umur 40 tahunan itu hanya menghela napas.

"Jangan sampai mommymu tahu," Peringat Fadli.

"Mommy nggak akan tahu kalau bukan papi yang ngasih tahu. Udah aku mau istirahat," Kata Albi pergi meninggalkan Fadli yang masih geleng-geleng melihat kelakuan putranya yang sakit itu.

ANOTHER SIDEWhere stories live. Discover now