Chapter 3: Awal dari Kehidupan Sekolah yang Terasa Bagai Neraka

892 79 13
                                    

Tujuh tahun lalu, ketika Iluka sadar bahwa tidak ada yang bisa ia pintai pertolongan selain sang ayah, Iluka bertekad untuk menemui pria yang tidak pernah ia lihat itu hanya bermodalkan secarik kertas lusuh berisikan alamat rumah di perumahan elit.

Iluka berniat meminta sang ayah untuk menampungnya hingga dewasa. Iluka tidak peduli bila harus tinggal di gudang. Iluka tidak keberatan jika harus membersihkan rumah sebagai balasan karena diijinkan tinggal. Iluka tidak masalah andaikan keluarga ayahnya tidak menganggap Iluka ada.

Toh, Iluka tidak membutuhkan kasih sayang atau semacamnya; yang Iluka butuhkan hanya tempat untuk tinggal sampai dewasa.

Maka dari itu, keesokan paginya Iluka pergi dengan berjalan kaki. Jarak yang membentang sekian ribu meter bukanlah penghalang. Iluka terus melangkah tanpa menghiraukan kakinya yang berontak minta diistirahatkan. Semua itu Iluka lakukan hanya demi bertemu ayahnya saja.

Hingga sesampainya di tempat tujuan, semua rencana Iluka hancur lebur. Jangankan diijinkan untuk tinggal, baru mengatakan satu kalimat saja sudah diseret keluar dan dibuang layaknya sampah.

Tidak sampai di sana, Iluka dijambak, ditampar, dan dihina sedemikian rupa oleh Gayatri—wanita yang Iluka perkirakan sebagai istri sang ayah.

Iluka diberi peringatan agar tidak pernah muncul di hadapan keluarga itu jika ingin berumur panjang. Bodohnya, Iluka yang naif percaya pada perkataan si wanita. Iluka yang diselimuti ketakutan berjanji tidak akan muncul seperti keinginan Gayatri.

Padahal, mau Iluka menurut ataupun tidak, Iluka akan tetap dibunuh. Sebab kehadirannya hanya akan menjadi duri dalam daging—di keluarga itu—saja.

Dan begitu Iluka keluar komplek, Iluka sudah ditunggu oleh sekelompok preman. Iluka diculik. Ia dibawa ke tempat sepi untuk dipukul dan disiksa sampai sekarat. Seandainya saat itu Iluka tidak kabur menyelamatkan diri, mungkin dia sudah mati.

Mengingat itu semua membuat amarah Iluka kembali menggelegak. Andaikan wanita tua itu sedikit berbaik hati pada Iluka, mungkin ia tidak akan merencanakan pembalasan macam ini. Andaikan Iluka tidak melihat kebaharmonisan keluarga itu di saat nyaris mati, mungkin dendam ini tidak akan mengakar kuat di hatinya.

Akan tetapi, semuanya sudah terlanjur terjadi. Iluka tidak bisa mundur hanya karena hati nurani meminta berhenti. Sebab mau bagaimana pun, tujuan hidup Iluka selama ini adalah membalaskan dendam.

Bila Iluka menuruti nuraninya, lalu ... tujuan hidup Iluka apa?

Maka dari itu, setelah sebulan menginjakkan kaki di sekolah barunya, setelah Iluka mampu beradaptasi dan mengetahui seluk-beluk sekolahnya, Iluka memulai rencana pembalasan dendam.

Iluka mengendap-endap menuju loker siswa. Ia celingukan. Setelah memastikan situasi aman, ia memasukkan banyak surat ancaman ke loker milik Nata—adik yang berbeda lima bulan darinya.

Iluka ingin adik tersayangnya merasa dunia seperti neraka. Bila bisa, Iluka ingin membuat adiknya kehilangan sesuatu yang sangat berharga seperti apa yang Iluka rasa. 

"Ini baru permulaan, Nata Sayang. Gue harap lo bisa bertahan sampai liat keluarga yang lo cintai itu hancur di tangan gue," bisik Iluka seraya tersenyum miring.

"Yo!" Elio yang sedari tadi mengekor—tanpa sepengetahuan Iluka—mendekat dan merangkul leher Iluka hingga si gadis tercekik.

"Lepas, Brengsek! Gue sesak napas, bego!" Iluka berontak mencoba melepaskan diri. Sayangnya Elio tidak menghiraukan perlawanan Iluka, ia malah mempererat kunciannya yang membuat amarah Iluka kian meledak.

Sebelum mati kehabisan napas, Iluka menggigit tangan Elio sekuat tenaga. Setelahnya memelintir tangan Elio dan mendorongnya hingga pemuda itu terjatuh mencium lantai.

Elio's Obsession [END]Where stories live. Discover now