10

513 22 6
                                    


Haiii!!!!

Happy Reading!
.
.
.
(❁´◡'❁)

"Untuk kegiatan pentas seni bulan ini, akan diadakan hari Jum'at mendatang. Saya berharap acara ini bisa dilaksanakan dengan lancar, oleh karena itu setiap anak atau kelompok disarankan ikut serta untuk memeriahkan acara bulanan sekolah kita tercinta ini," amanat kepala sekolah, yakni pak Yakub.

Iya seperti di sekolah lain pada umumnya, kebanyakan dari murid asik bermain sendiri. Apalagi matahari sudah mulai naik menciptakan hawa panas membuat setiap murid semakin uring-uringan ingin upacara cepat selesai.

"Buset, dia ngasih amanat apa ceramah? Lama banget kaya nungguin doi peka. Pegel ni kaki gue!" Dumel Nando. Lelaki itu belingsatan ingin segera kembali ke kelas.

"Diem!" Tegas Dewangga, kebetulan lelaki itu sedang keliling mengawasi murid yang banyak tingkah seperti Nando.

"Lo enak jadi anggota OSIS cuma mondar-mandir sama marahin orang doang, lah gue? Di panjer gini panas panasan," Nando kembali menggerutu sembari memberi tatapan sinis pada Dewangga.

"Diam atau saya pindah kamu baris didepan." Dewa menjawab dengan tegas tanpa membedakan Nando dengan siswa lainnya. Sebagai anggota OSIS, dirinya harus mengajarkan hal-hal sesuai peraturan sekolah pada setiap siswa yang bandel.

"Dih, temen apaan begitu. Sono pergi! Jangan jagain gue mulu, gue nggak bakal diambil cowok lain kok mas," Nando membalas dengan memelankan suaranya di kalimat terakhir tepat di sebelah telinga Dewangga.

Sementara itu, darah Dewangga berdesir aneh hingga bulu kuduk nya pun ikut berdiri. Sesegara mungkin Dewa berpindah ke barisan lain. Nando sungguh menjijikan baginya.

Sekitar tiga puluh menit berlalu, upacara bendera selesai. Semua siswa kembali ke kelas masing-masing. Namun, tak banyak yang melenceng mampir kantin. Dijemur kurang lebih satu setengah jam di bawah terik mentari pagi membuat telak kering. Tak heran jika ada yang mampir kantin dahulu.

Termasuk empat mahluk paling random di SMA Rajawali. Keempatnya berjalan beriringan membentuk dua baris, dengan Lino serta Dewa di depan. Dan Tama serta Nando di belakang.

Tempat langganan mereka adalah meja paling pojok dekat warung mie ayam Bi Mina, yang mendapat julukan mie ayam paling enak di area kantin.

"Stop!" Teriak Nando sembari berjalan mendahului Lino dan Dewa. Dirinya menyetop langkah teman temannya.

Ketiga pria lainnya berhenti dengan sorot mata keheranan.

"Jangan gerak," Nando berucap bersamaan langkah kakinya terus mundur mendekati bangku paling pojok. Tempat yang selalu menjadi rebutan keempat Cowok-cowok tersebut. Karena letaknya persis di pojokan jadi bisa sandaran samping dan belakang.

Dewa mengerutkan keningnya, "ngapain sih lo, prik banget." Tuturnya, lantas kembali melangkah.

"JANGAN GERAK! GUE BILANG JANGAN GERAK! BAHAYA!! KATANYA DI BANGKU PALING POJOK ADA PENUNGGUNYA, BIAR GUE CEK DULU!" Dalih Nando dengan suara tinggi masih dengan berjalan mundur mendekati kursi.

Lagi-lagi ketiganya menatap dengan sorot mata heran.

Tak lama setelah Nando berucap, dia mendaratkan bokong di kursi pojok. Kemudian menoleh pada ketiga temannya.

"Aman!" Teriaknya sembari mengacungkan jempol ke udara. Senyumnya pun ikut merekah.

"Ngaco lo opet!" Tama yang sadar telah ditipu oleh Nando segera berlari untuk menoyor kepala pria beberapa bulan lebih muda darinya.

Marselino [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang