24

394 10 2
                                    

Haiiii

Happy Reading!


"Jika bisa merubah takdir, maka aku ingin merubah agar takdir ku selalu bersamamu."

(❁´◡'❁)

Mario dan Erlangga saat ini sedang sibuk mempersiapkan pesta pernikahan yang terbilang cukup mewah. Persiapan pernikahan itu sudah 80% menjelang hari-H.

Tinggal menunggu hari, Lino dan Mulan akan sah menjadi pasangan suami istri.

Di gedung yang nantinya akan menjadi saksi pernikahan, Mulan mengulum senyum sumringah sembari menerawang jauh ke depan sana.

"Kamu kenapa senyum-senyum sendiri?" tanya Dewi seraya menatap anak sulungnya.

"Lagi bayangin aku nikah sama Lino, Ma. Udah nggak sabar banget!" antusiasnya penuh kegembiraan.

"Duh anak Mama... sabar dong. Beberapa hari lagi juga sah," sahut Dewi ikut antusias.

"Aaaa aku nggak sabar banget!!!"

Dewi tersenyum lantas mengelus pelan puncak kepala anaknya.

(❁´◡'❁)

Ponsel yang tergeletak di nakas bergetar mengalihkan fokus Lea yang tengah bermain dengan Oyen. Dengan sigap, Lea mengulurkan tangan untuk mengambil ponselnya.

Jemarinya begitu lihai menggulir layar hingga akhirnya menemukan sebuah pesan dari nomor tidak dikenal. Sebelum menekan pesan itu Lea mengerutkan dahinya.

+628562******

To: Azzalea Dirahayu Xeila
From: Mulan Agranda dan Marselino F.

Sebagai perayaan paling berbahagia dalam hidup kami sekaligus tanda syukur kami kepada Tuhan. Dengan udangan pernikahan ini, kami turut mengundang saudara/i untuk datang menyaksikan acara pernikahan kami yang akan digelar 7 hari ke depan. Dengan ketentuan:

Acara: Pernikahan sakral Mulan & Marselino
Waktu: 21 Mei, Pukul 14.00WIB sampai selesai
Tempat: Gedung Hotel Agranda, Jl Melati Timur nomor 21

Dengan penuh rasa hormat dan bahagia kami berdua sangat mengharapkan kehadiran dari saudara/i.

Terimakasih atas kehadiran saudara/i.

Kami yang berbahagia
Mulan & Marselino

Lea tertegun setelah membaca pesan itu hingga usai. Pernikahan? Bukan suatu kebohongan, kan?

Dadanya berdenyut dua kali lebih kencang dari biasanya, hatinya pun terasa bak diremas dengan sangat kuatnya.

Kaca yang menyelimuti matanya tak mampu ia tahan lagi, "ini yang kamu maksud nggak bisa tanpa aku? Maksud kamu nggak bisa tanpa kehadiran aku di pernikahan kamu?" ujar Lea dengan suara serak.

"Kamu jahat No," ujarnya lagi memaki sang kekasih.

Lea tak membalas pesan itu lantas beranjak berdiri meninggalkan kamar. Langkah tergesa-gesa membawa gadis itu ke rumah megah milik Lino. Tidak peduli penampilannya berantakan, yang terpenting dia harus segera memutuskan hubungan dengan Lino.

Kurang lebih 15 menit, Lea sampai di kediaman Lino. Tangan Lea terangkat mengetuk beberapa kali pintu rumah. Beruntungnya, pintu rumah langsung di buka dari dalam menampakkan sosok pemuda dengan ekspresi terkejut ketika melihat kondisi Lea berantakan.

"Lo kenapa Le?" ujar pemuda itu reflek.

"Lino dimana?" celetuk Lea tanpa menjawab pertanyaan pemuda di hadapannya. Ya yang membuka pintu ialah Dewa.

Dengan air muka heran, Dewa menjawab seadanya, "ada di kamar. Tunggu bentar gue panggil." Ujarnya sebelum berlalu masuk ke dalam memanggil Lino.

Beberapa menit kemudian Lino muncul dari balik pintu dengan ekspresi bingung, "sayang kamu kenapa dateng ke sini nggak bilang dulu sama aku?" tanya Lino selembut mungkin.

Lea menghela menarik napas kemudian menghembuskannya perlahan. "Kita putus!" tegas Lea yakin.

Lino sontak membolakkan matanya. "Nggak ada hal yang bikin kita harus putus Lea. Nggak usah ngelantur deh!" sergah Lino sembari mendekati Lea.

"Lo nggak sadar diri banget sih jadi cowo. Lo itu seminggu lagi mau nikah dan lo pikir gue masih mau pacaran sama calon suami orang? Nggak No!" cecar Lea dengan emosi.

"Apa? Nikah?" Lino mengernyitkan satu alisnya. Nikah?

"Nggak usah pura-pura nggak tau No, lo mau nikah sama Mulan kan?"

Lino tertawa renyah mendengar hal itu. "Jangan ngelantur deh, yang. Aku nggak bakal nikah sama Mulan. Emang siapa yang bilang gitu sama kamu?"

Lea diam tak menjawab lagi. Gadis itu hanya menyodorkan sebuah pesan yang tadi ia terima. Setelah membaca, Lino menggeleng-gelengkan kepalanya pelan.

"Nggak bener! Jangan termakan berita yang nggak bener! Aku nggak nikah sama Mulan dan kita nggak bakal putus!" tegas Lino. Manik lelaki itu kini menajam.

"Nggak No, kita tetep harus udahan." Pungkas Lea sebelum akhirnya membalikkan badan meninggalkan kediaman  Lino.

Sedangkan sang pacar terdengar mendesah frustasi. Namun tak mencegahnya pergi.

Rasanya begitu sesak ketika harus merelakan orang yang kita cintai menikah dengan orang lain. Lea melambatkan laju kakinya, genangan di pelupuk mata tak lagi sanggup ia bendung.

Dadanya sakit, sangat amat sakit. Kemarin lelaki itu berjanji akan terus bersamanya tetapi kini Lino justru ingkar. Bahkan sebuah janji yang tampak nyata pun hanya sebuah fatamorgana yang fana untuk di dapat.

Harusnya Lea sadar lebih awal jika mereka memang tidak bisa bersama. Harusnya Lea tak percaya dengan janji Lino. Seharusnya rasa pada Lino tak sebesar ini.

Tapi... rasa sayang mengubah Lea menjadi buta akan realita serta fakta. Mau bagaimanapun juga, cinta beda agama memang tidak ditakdirkan bersatu.

Dan, mungkin, ini adalah akhir kisah mereka.

Langkah Lea terhenti tepat di pinggir danau. "Dunia nggak adil bagi mereka yang terjebak janji!" teriaknya.

End...
(❁´◡'❁)

Wkwkwkwkwkw Bercanda!!!!!

TBC.....

Belum ending kok😭tapi kayaknya asik juga yaaa

See you next partt!!!

Papaiii

Salam dari Nana

Purwokerto, 4 November 2023

Marselino [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang