Bisa Diandalkan.

790 98 6
                                    

"Malam ini mau dimasakkan apa?"

"Terserah kau" pria rambut raven bergegas menutup pintu mobil. Tersisa lima menit menuju tepat waktu.

"Mana boleh begitu! Biar sekalian aku belanja nanti" sementara wanita surai merah muda menahan suaminya berangkat duluan.

"Masak saja bahan yang ada di kulkas"

Tck. Apa dia tidak sadar dengan kondisi kehamilannya?

Kepala rumah tangga memijat pelipis. Sejujurnya ia khawatir bila sang istri melakukan banyak aktivitas, mengingat kandungan yang cukup riskan. Tapi dirinya juga paham, menunjukan khawatir berlebih justru membelenggu kebebasan Sakura.

"Aku juga mau belanja untuk kebutuhan besok"

"Kalau begitu tunggu aku pulang"

"Sasuke-kun meremehkanku? Aku bisa pergi sendiri loh" Uchiha Sakura menyilangkan lengan, "barang-barang bagus di pasar itu kebanyakan waktu pagi hari"

"Lakukan sesukamu-" tak mampu berkata-kata, lelaki bernama Uchiha Sasuke pasrah. Hampir salah merespon, ia meralat kemudian, "ahn, berhati-hatilah"

Sasuke paham, Sakura tidak bisa dipaksa. Apalagi saat hamil begini. Setidaknya dirinya harus pandai memilih kata agar lebih halus agar istrinya menurut dan kalimatnya tidak berdampak buruk di lain hari. Karena bisa jadi, ucapan adalah doa.

"Kalau titip ingin dibelikan sesuatu, kabari aku yaa"

"Hn" Sasuke mengintip digit jam di dekat spedometer mobil, "ittekimasu"

"Itterashai~"

Pria Uchiha menyisir rambut ke belakang. Menerawang jauh terhadap wanita tercinta. Usia kehamilan Uchiha Sakura mulai menapaki trimester kedua. Menurut Yubina selepas pemeriksaan minggu lalu, risiko kehamilan lemah menurun. Di akhir konsultasi, dokter spesialis tersebut menyarankan supaya lelaki itu siaga mendukung Sakura agar keseimbangan hormonnya tidak goyah. Sebab, seiring membaiknya kerja hormon, kondisi ibu dan calon bayi dapat dipastikan baik pula.

Alarm ponsel bergetar. Layarnya menunjukkan agenda lanjutan yang harus dipenuhi si laki-laki super disiplin. Sebuah waktu kosong yang jarang ia sempatkan, yakni janji menyanggupi pertemuan ringan sohib lama sepulang mengajar.

"Bah, kesal sekali aku! Semakin dekat acara pernikahan, Tamaki makin minta ini-itu"

Inuzuka Kiba, karib Sasuke selama di Konoha mengeluhkan si pasangan. Rencana sakral calon dokter hewan spesialis itu akan digelar bulan depan. Hari ini adalah luangnya di sela kesibukan mengurus persiapan.

"Bukannya perempuan selalu banyak mau?" kelakar Uzumaki Naruto, kawan paling santai yang tidak lagi hobi sambat terkait status hubungan.

"Kau tidak mengerti. Pasti nanti kau akan merasakan kerepotan saat-saat mendekati pernikahan" usai menggebu-gebu, Kiba melemas, menyadarkan punggung pada kursi duduk.

Sesaat dua lelaki eksentrik bertukar pandang. Berganti, fokus mengarah pada sahabat yang sedari tadi mengunci lisan. Berharap, mengajak sosok itu datang adalah demi memberi masukan.

Dengan enteng, orang yang dimaksud menaikkan alis, "hn?"

"Mou ii. Pasti sia-sia aku bertanya persiapan menikah padamu" pupus Kiba seraya menepuk jidat. Kurang lebih, pria sekaku Sasuke tak pikir panjang masalah demikian.

"Tapi Kiba.. kau beruntung sekali menjadi tempat bergantung Tamaki. Tanda bahwa laki-laki selalu dibutuhkan kekasihnya" Naruto membuka topik baru, berupaya menghibur Kiba di tengah kegalauan seorang diri.

Berdecak, Kiba mendekatkan tubuh ke meja. Air mukanya berubah. Pertanda sudah tak lagi suntuk.

"Kau sendiri bagaimana?"

𝕆𝕏𝕐𝕋𝕆ℂ𝕀ℕTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang