SIAL.
Kami tertangkap basah.
"Seharusnya aku menidurimu di sana," desis Nathan.
"Menjauh darinya, bung!" Tatapan Warren tertuju pada Nathan yang mencengkram erat lenganku.
Aku maju selangkah untuk menahannya. "Warren, tidak apa-apa. Aku akan bicara dengannya sebentar." Aku berbalik pada Nathan. Dia mengernyit. Tatapannya bingung dan terluka. "Aku harus pergi menemui Joyce, kamu ingat? Aku sudah berjanji padanya. Kita akan bertemu lagi nanti."
Nathan tidak mengatakan apa pun, tetapi giginya bergemeretak saat aku pergi bersama Warren.
Aku dan Warren berjalan keluar asrama.
"Apakah kamu sudah gila? Mari mulai dengan kenapa?"
Aku sudah memutuskan untuk berhenti berbohong pada teman-temanku. Lagi pula Warren layak mendapatkan penjelasan.
"Warren, sebenarnya ini sudah berjalan selama beberapa waktu. Aku dan Nathan..."
"Apa maksudmu? Bercinta?" Dia bertanya. Suaranya sedikit melengking.
Aneh membahas ini bersamanya. Terlebih lagi di garis waktu yang lain aku memilih menciumnya untuk keberuntungan....
Mengingat betapa gilanya hidupku minggu lalu, mencium Warren di tengah badai maut sepertinya bukan hal yang aneh. Rasanya seperti kami keluar dari alam semesta yang kejam... dan jika aku akan mati saat itu, aku ingin satu ciuman dari pria yang kusayangi.
Namun, segalanya jelas tampak berbeda di minggu ini. Aku baru saja keluar dari kamar Nathan.
Jika ditarik mundur lagi ke belakang, tepat saat sebelum aku mencium Warren waktu itu, Nathan mengirimiku pesan suara yang membuat hatiku hancur berkeping-keping. Saat itu sudah lewat tengah malam di tengah badai yang deras, saat itu dia sudah mati.
Hal terakhir yang Nathan lakukan bukanlah mencari pertolongan, tetapi meminta maaf padaku melalui pesan suara....
Saat itu aku ingin kembali lebih jauh lagi. Kembali ke waktu di mana Nathan belum mati. Aku ingin menyelamatkannya. Aku ingin melindunginya dari Jefferson.
Ketika Warren memberikan foto itu dan aku kembali ke masa lalu untuk menyelamatkan Chloe di pesta, bahkan Nathan sudah mati. Jefferson telah menghabisinya dan aku tidak bisa mundur lebih jauh lagi.
Namun, sekarang aku memiliki kesempatan itu. Jefferson sudah berada di penjara, tetapi masih ada yang berusaha mencelakakannya. Dia juga harus dilindungi dari dirinya sendiri yang bisa menjadi impulsif kadang-kadang.
Nah, sekarang, pertanyaannya kenapa?
Apakah aku lebih mencintainya daripada Chloe? Apakah itu alasannya sehingga aku membiarkannya menyentuhku daripada Warren?
Aku hanya ingin melakukan sesuatu yang benar.
Aku mencoba untuk melindungi Nathan seperti aku mencoba untuk melindungi Chloe.
Tornado itu menghilang saat Nathan ada di sisiku jadi mungkin itu adalah pertanda bahwa ini adalah konsekuensi yang harus kujalani dari memilih Teluk Arcadia daripada Chloe.
"Max, Nathan adalah pria yang berbahaya."
Aku mendesah dan menghentikan langkahku. "Warren, dia tidak seburuk itu. Sebenarnya-"
"Tunggu, Max." Dia memotongku. "Apakah kamu berusaha mengatakan bahwa kamu... jatuh cinta padanya?"
Ada sesuatu yang retak dari nada bicaranya. Sorot matanya yang tadinya kesal juga berubah menjadi lebih sendu. Aku tidak bermaksud untuk menyakitinya. Aku sendiri juga tidak tahu ini cinta atau apa? Chloe pasti akan tertawa padaku... atau dia juga akan bersedih? Yang jelas dia sudah marah. Dia akan marah besar jadi perasaanku itu nyata.
KAMU SEDANG MEMBACA
After The Storm (Life is Strange)
Teen FictionMax Caulfield harus mengatasi traumanya sendiri setelah mengorbankan sahabatnya, Chloe-dan memutuskan untuk membantu Nathan Prescott-tanpa mengetahui bahwa bencana yang lebih besar akan segera mengancam kehidupannya dan kotanya. 🔞⚠️ DARAH, TEMA SE...