Bab 4- Di Rumah Sasa

991 104 11
                                    

Sasa turun ke bawah untuk mengambil makanan yang sudah ia pesan. Sasa memesan makanannya jauh sebelum Dinda datang.

Sasa yang mengambil makanannya di bawah, Dinda masih berada di dalam kamar Sasa, melihat keseliling kamar Sasa yang menurut Dinda sangat bagus, juga rapi.

Dinda berjalan menuju sebuah bingkai foto. Dinda terkekeh dan tersenyum dengan tangan yang mengelus lembut foto itu.

"Lucu banget Sasa waktu masih kecil," ucap Dinda, yang masih terkekeh pelan.

Dinda masih menatap beberapa foto Sasa yang menurutnya begitu imut dan lucu itu. Saat masih tengah melihat-lihat foto masa kecil Sasa. Tuba-tiba pintu dibuka oleh seseorang, menampilkan wajah Sasa di balik pintu itu.

"Lagi ngapain?" tanya Sasa, saat melihat Dinda yang menatap intens foto dirinya.

Dinda membalikan tubuhnya kala Sasa membuka pintu kamarnya dan menanyai dirinya.

"Oh, emm gue cuma lagi liat foto lo yang waktu masih kecil kok," balas Dinda dengan tersenyum.

"Itu foto waktu lo umur berapa?" tanya Dinda yang berjalan menghampiri Sasa.

"Waktu umur gue masih 5 tahun. Itu di rumah Nenek gue," balas Sasa. Dinda hanya mengangguk sebagai jawaban.

"Ayo Din turun ke bawah, makanan gue udah dateng," ucap Sasa. Dinda mengangguk dan menggandeng tangan Sasa.

Sasa hanya menatap tangannya yang digandeng oleh Dinda. Keduanya menuruni tangga dengan tangan yang masih bergandengan.

"Harusnya lo ngomong kalo mau main ke rumah gue dong. Biar gue bisa pesenin makanan buat lo juga," ucap Sasa, yang menatap Dinda.

"Gak masalah buat gue. Lagian gue udah makan tadi di rumah," balas Dinda.

Akhirnya mereka sampai di ruang makan. Sasa duduk di kursinya dan menyantap makanan yang sebelumnya telah disiapkan.

Dinda hanya memperhatikan Sasa yang tengah makan itu. Dinda dibuat terkekeh kala melihat cara makan Sasa yang menurutnya lucu itu.

"Lo tuh udah gede cin, kalo makan jangan kaya anak kecil yang suka belepotan," ucap Dinda dengan membersihkan ujung bibir Sasa.

Sasa sedikit tersentak saat Dinda membersihkan ujung bibirnya. Dinda mmgerutkan keningnya kala melihat keterdiaman Sasa.

"Cin, Micin," panggil Dinda, dengan sedikit menggoyangkan lengan Sasa.

Sasa akhirnya tersadar. Ia segera menatap Dinda yang terlihat cemas kepada dirinya itu.

"Lo kenapa Cin?" tanya Dinda.

"Gue gak papa kok Din. Tenang aja," ucap Sasa, yang melanjutkan kembali makannya.

Dinda hanya terkekeh saja melihat tingkah Sasa, yang mungkin tengah salah tingkah itu. Dirinya membuka ponsel dan melihat sosial media miliknya. Dinda mengerutkan keningnya kala melihat story dari Agatha.

"Si Agatha pergi jalan-jalan kagak ngajak kita," ucap Dinda saat melihat isi dari story Agatha.

"Agatha kan perginya sama Alan. Ya jelas kita gak diajak lah," balas Sasa, tanpa menoleh ke arah Dinda.

"Gue penasaran, kenapa Agatha mau ya sama si Alan? Padahal kalo di liat- liat mukanya Alan kaya kunyuk anjir," ucap Dinda dengan sedikit tertawa pelan.

Sasa yang mendengar itu tersedak makanan yang dimakannya. Dinda yang melihat itu memberikan minuman untuk Sasa minum.

"Nih Cin minum dulu," ucap Dinda. Sasa menerima minuman yang diberikan oleh Dinda.

Sasa segera meminumnya dengan cepat. Bahkan kini air dalam gelas itu sudah habis.

Dinda mengelus punggung Sasa dengan lembut, jangan lupakan tatapan khawatir Dinda untuk Sasa.

"Bangsat lo Din! Gue lagi makan jadi kesedakkan gara-gara ucapan lo," ucap Sasa, menatap sengit ke arah Dinda.

"Lah gue cuma ngomong fakta Sa. Benerkan muka si Alan tuh kaya kunyuk" ujar Dinda, kepada Sasa yang tanpa dihiraukan oleh sang empu.

Sasa lebih memilih untuk melanjutkan makannya. Namun setelahnya Sasa nampak seperti berfikir, dan ia mengangguk setuju dengan ucapan Dinda barusan.

"Kalo dipikir-pikir lagi bener sih ucapan lo. Muka si Alan emang kaya kunyuk," ucap Sasa, dengan tertawa.

Dinda yang melihat tawa Sasa pun ikut tertawa. Dinda sangat menyukai tawa Sasa, menurutnya saat Sasa tertawa, itu menambah cantikan dari seorang Sasa.

"Udah Din udah, kasian anak orang kita gibahin gini," ucap Sasa. Dinda pun akhirnya memilih untuk diam, dan menuruti apa kata Sasa.

"Gue ramal mereka gak lama lagi sih pacarannya. Bentar lagi juga putus," ucap Dinda, yang membuat Sasa menatap ke arah Dinda dan mengerutkan keningnya heran.

"Kenapa lo ngomong gitu?" tanya Sasa.

"Ya gue ngerasa aja sih. Lagian selama ini gue ngerasa kalo Alan gak beneran cinta sama Agatha," balas Dinda.

Sasa hanya mengangguk mengerti. Dirinya pun merasakan hal yang sama seperti Dinda.

"Gue juga ngerasa gitu Din. Alan kaya gak beneran cinta sama Agatha," ucap Sasa, yang kembali melanjutkan makannya.

Sasa kini telah menyelesaikan makannya. Kini Sasa dan Dinda tengah menonton TV di ruang tamu. Keduanya tengah menonton kartun favorit Sasa. Apalagi jika bukan Upin & Ipin.

"Hadehh udah gede juga masih nonton Upin Ipin," cibir Dinda.

Sasa sama sekali tidak memperdulikan ucapan Dinda. Menurutnya menonton Upin & Ipin itu lebih baik dari pada menonton sinetron.

"Lo tuh udah gede Cin masa masih nonton Upin Ipin sih," ucap Dinda, dengan mata yang masih ke arah TV.

"Bacot deh lo Din. Lagian emang kenapa sih kalo gue nonton Upin Ipin? Upin Ipin tuh bagus tau," balas Sasa.

"Tontonan bocah juga masih lo tonton." Dinda masih saja mencibir tontonan dari Sasa.

"Diem deh Din. Sumpah lo tuh bacot banget sialan! Serah gue lah mau nonton apa. Kenapa malah lo yang repot sih? Kalo gak suka ya sana pergi," ketus Sasa, menatap sengit ke arah Dinda.

Dinda mendengkus kesal dengan jawaban Sasa. Dirinya dimarahi hanya gara-gara mengatakan itu? Dinda lebih memilih untuk diam sekarang, daripada berbicara lagi. Takut ia akan kena amukan Sasa kembali.

Dinda menoleh ke arah Sasa yang sangat fokus menatap layar TV di depannya. Dinda hanya bisa memaki-maki film kartun itu di dalam hatinya.

"Kalo tau gini mending tadi gue gak usah ngajak nonton TV aja," ucap Dinda, dengan menghembuskan napasnya pelan.

Dinda semakin dibuat kesal dengan Sasa saat telinganya mendengar tawa dari Sasa. Menurutnya film Upin Ipin adalah kartun lebay.

"Botak sialan!!" cibir Dinda dalam hati.

Dinda lantas bangun dari duduknya dan berjalan menuju kamar Sasa. Sasa yang melihat itu sontak mengerutkan keningnya.

"Mau kemana lo Din?" tanya Sasa, kepada Dinda.

"Ke kamar lo ambil tas gue," balas Dinda tanpa menoleh ke arah Sasa.

"Mau balik?" tanya Sasa kembali.

"Iya," balas Dinda.

"Oke,"

Ucapan Sasa membuat Dinda menggeram kesal. Apakah Sasa tidak ada niatan untuk menahannya agar tidak pergi?

Karna terlanjur kesal, Dinda berjalan dengan menghentakkan kakinya, membuat Sasa dibuat heran dengan Dinda.

"Kenapa sih tuh orang?" tanya Sasa pada dirinya sendiri.

Sedangkan di dalam kamar Sasa, Dinda segera mengambil tas miliknya. Namun sebelum itu, Dinda sempatkan untuk mengambil foto masa kecil Sasa.

"Kamu imut Sa waktu kecil. Bener bener imut, aku suka sama kamu  yang pas kecil atau udah gede," ucap Dinda, dengan menatap lembut foto kecil Sasa, sebelum dimasukkannya ke dalam tas miliknya.

TBC

DISA (DINDA&SASA)Where stories live. Discover now