BAB 25 - Mine.

317 27 0
                                    

Boas!

Halo Cilor! Gimana kabarnya? Sehat?

Yuk lanjut cerita ini, mending follow dulu akun authornya sebelum membaca oke?

Yuk lanjut cerita ini, mending follow dulu akun authornya sebelum membaca oke?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aksara dengan pena bertinta lebih baik daripada mereka makhluk bernyawa.

❛ ━━・❪ Happy Reading ❫ ・━━ ❜

Matanya terbuka lebar, ia menguap lalu berusaha menetralkan matanya yang kabur.

Ayara bangun dan mulai merenggangkan otot-ototnya. Objek yang pertama kali ia lihat adalah seorang pria tampan yang tengah tertidur di single sofa kamarnya. Lelaki itu adalah Rafad, Ayara baru ingat bahwa semalam Rafad memang menginap satu hari di rumahnya. Ayara menyetujui hal tersebut lantaran kedua orang tuanya tengah pergi bekerja dan tidak akan pulang selama dua hari. Namun walau begitu ia masih tetap harus menyembunyikan Rafad dari Leon, jika ketahuan maka tamatlah riwayat Ayara.

Ayara terdiam kaku, ia memandangi wajah Rafad. Pria itu benar-benar sempurna pada batasnya, dengan alis yang tebal serta hidung yang mancung mampu membuat Ayara terpaku. Bahkan bagi Ayara, bayangan tubuh Rafad saja sudah cukup menjadi ilustrasi betapa tampannya pria itu.

Rafad tertidur pulas, tangannya yang terlipat di depan dada serta mata terpejam dan kepala yang tegak itu membuat Ayara menikmati paginya sejenak.

Pantulan sinar matahari menjadi penambah ketampanan Rafad pagi ini, telunjuk Ayara mengarah kepada Rafad lalu memperhatikan setiap lekukan pada wajah Rafad seolah ia sedang melukis wajah tampan nan tenang itu.

Tidur Rafad begitu nyenyak, suara nafasnya yang tenang itu menjadi Backsound dalam momen yang tak pernah Ayara lihat.

Ayara tersadar, ia terkejut lalu menggelengkan kepalanya. "Ngapain sih gue, kayak orang gila aja." Gumamnya

Ayara masih terdiam di ranjangnya, ia tak mau menyia-nyiakan kesempatan ini begitu saja. Sungguh sangat langka melihat Rafad tertidur tenang, ditambah lagi mungkin saja ia akan berpisah dalam waktu yang dekat dengan Rafad sehinnga momen ini akan ia abadikan dalam ingatannya.

Mata yang kecil seperti rubah itu terbuka, matanya bertemu dengan mata Ayara. Mereka berdua bertatapan untuk waktu yang cukup lama sebelum Ayara memalingkan wajahnya.

"Maaf gak bangunin lo, ini juga udah lumayan telat buat sekolah, lo istirahat dulu aja. Luka lo juga belum sembuh, soal kak Leon biar gue yang urusin." Ucap Ayara

"Dek! Bangun! Sekolah woy!"

Baru saja diomongi, Leon sudah muncul lagi. Ayara cepat-cepat berlari ke arah pintu, was-was jika kakaknya itu membuka pintu dan menemukan keberadaan Rafad.

The Two Worlds He CreatedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang