JANGAN LUPA DI VOTE, JANGAN JADI SIDERS. GAK MAU VOTE? YAUDAH GAK USAH BACA, GAK MAKSA JUGA.
••
Sudah satu bulan. Iya satu bulan Rakha dan Mala menjauh dan saling menyakiti satu sama lain. Waktu memang terasa begitu cepat, sehingga seiring berjalannya waktu membuat mereka asing.
Bulan ini adalah waktunya Rakha cuci darah. Sekarang, Rakha tengah melangsungkan aktivitas setiap bulannya itu bersama Dimas.
"Muka Bang Rakha pucet banget! " kata Dimas tiba-tiba, membuat Rakha menoleh ke arahnya.
"Muka Dimas juga pucet! " Rakha tak mau kalah, lalu mereka tertawa. Lebih tepatnya menertawakan tubuh mereka yang sedang lemah saat ini.
"Kita bakal mati ya, Bang? " tanya Dimas setelahnya.
Rakha terdiam sebentar sebelum akhirnya menjawab, "semua manusia yang hidup akan mati saat waktunya udah tiba, Dimas. "
"Tapi aku gak mau meninggal sebelum sukses, Abang. Aku juga gak mau buat Mama sedih.. Mama cuma punya aku karena Papa udah pergi ninggalin Mama, Bang, " ujar Dimas lesu.
Rakha jelas sudah tahu tentang orangtua Dimas yang baru saja bercerai. Tentu itu bukan hal yang bukan biasa saja bagi anak itu, apalagi di kondisi Dimas yang sedang sekarat sepertinya.
"Sakit banget Bang, " sambung Dimas, anak itu langsung meringis. Rakha bisa melihat jika hidung Dimas mengeluarkan darah.
"Bibir kamu berdarah Dim, Bang Rakha panggil Dokter ya? " panik Rakha.
"Gak usah.. Abang juga lagi nyuci, nanti Abang bisa kenapa-napa.. " tahan Dimas.
"Abang gak bakal kenapa-napa, kamu tunggu disini ya, " tapi belum saja Rakha beranjak, Dokter dan suster sudah datang lebih dulu ke arah Dimas.
"Sudah kamu diam disini, cuci darahnya belum selesai dan jangan banyak gerak! " ujar Dokter Anton dengan menegur Rakha.
"Tapi Dimas Dok, hidungnya mimisan saya gak bisa diem aja, " balas Rakha.
"Kamu juga harus mementingkan kesehatan kamu sendiri, Rakha. "
Rakha langsung menundukkan kepalanya, "bagi saya, kesehatan Dimas jauh lebih penting di banding saya sendiri, Dok.. Dimas itu masih kecil, masa depannya masih panjang, dan saya? " Rakha langsung terkekeh masam.
"Sudah Rakha, masa depan kamu juga masih panjang, semangat dong katanya mau sukses dulu terus mau buat orangtua bangga, tapi kok ngeluh kayak gitu? " ledek Dokter Anton.
"Gak ngeluh, cuma capek aja, " jawab Rakha.
"Dok Dimas pingsan! " ujar Suster, Dokter Anton langsung menghampiri Dimas yang sudah tak sadarkan diri itu. Lalu melepaskan selang-selang yang ada di tangan Dimas, dan setelah itu dokter beserta suster langsung membawa Dimas yang sudah tak sadarkan diri di brankar.
"Dok tolong, " mohon Rakha dengan nada getar. Demi apapun ia takut Dimas kenapa-napa.
"Saya akan melakukan yang terbaik untuk pasien saya Rakha, kamu gak perlu khawatir, dan kamu cukup istirahat yang cukup saja. " setelah itu Dokter langsung pergi.
Rakha langsung menghela napasnya perlahan, ia benci dengan keadaan seperti ini. Dimana tubuhnya lemah, tidak bisa apa-apa dan juga tidak bisa di andalkan sama sekali. Bahkan Rakha tidak masuk sekolah dan meninggalkan pelajaran juga kewajiban sebagai ketua OSIS untuk rutinitas setiap bulannya itu.
"Nyiksa nya tanggung banget, kenapa gak sekalian langsung mati aja? " monolognya.
Tiba-tiba saja wajah orangtuanya dan Mala melintas di bayangannya, Rakha langsung menggeleng-gelengkan kepalanya dengan cepat.
"Ngomong apaansih lo?! Lo itu belum bikin Papa sama Bunda bangga! Dan.. Belum buat Mala.. Bangga juga sama lo, " ucapnya lesu di akhir.
"Gue kangen lo La.. Sekarang lo lagi apa? Udah makan apan belum? Lagi sama siapa? " Rakha langsung tertawa kecil, ia sudah tahu jawaban dari pertanyaannya barusan. Pasti Mala sedang bersama Kevin seperti biasa.
"Ternyata ngelepasin lo gak semudah itu.. Gue mau lo sekali lagi, "
"Kalo cinta itu perjuangin dong, "
Perkataan Mia langsung mengagetkan Rakha, terlihat Mia muncul di balik pintu dengan tersenyum tapi wajahnya terlihat sembab.
Mia langsung duduk di kursi yang sudah di sediakan, lalu mengusap rambut Rakha dengan sayang, "kalo kita cinta sama seseorang ya harus di perjuangin, jangan diem aja, mau dapetin hatinya gimana coba? "
"Tapi aku gak pantes buat Mala Bun, aku cuma laki-laki penyakitan, takutnya aku cuma bisa nyusahin Mala aja, nanti bukannya dia bahagia sama aku eh malah menderita. " jawab Rakha kembali tertawa kecil.
"Hustt! Apaansih kamu ini! " tegur Mia langsung.
"Kamu cinta kan sama Mala? " tanya Mia setelahnya.
"Banget Bun, saking cintanya sampai gak bisa di rangkai lagi sama kata-kata. Mala itu spesial bagi aku, dia perempuan cantik setelah Bunda, Mala itu indah, dan aku menyukai segala keindahan yang tercipta di dalam dirinya. " jawab Rakha terdengar tulus.
"Sejak kapan suka sama Mala? " tanya Mia lagi.
"Dari kita yang selalu bersama-sama. Mala itu beda dari yang lain, dan aku menyukai itu. Tapi, apa bisa Mala aku gapai? Rasanya kayak gak mungkin Bun, "
"Bisa Sayang, "
"Tapi dia lagi deket sama laki-laki lain Bun.. "
"Perjuangin. Yang deket belum tentu jadian, kan? Anak Bunda gak boleh nyerah gitu aja, kan belum di coba. Masa iya mau langsung nyerah sih? "
Rakha terdiam cukup lama. Ia benar-benar tidak yakin jika harus memperjuangkan Mala dengan kondisinya yang lemah seperti itu, yang penyakitan seperti itu dan penyakitnya bisa kambuh kapan saja, dan kondisinya yang sedang dekat dengan kematian.
Bukan apa, Rakha hanya takut membuat Mala terluka, takut membuat Mala sakit, dan takut membebani Mala. Rakha tidak mau itu terjadi, ia ingin menjadikan Mala pacar karena cinta dan sayang, bukan untuk menyusahkannya seperti itu.
Rakha benar-benar merasa serba salah, antara di perjuangkan atau tidak. Jika di perjuangkan dan mereka jadian, pastinya Rakha akan banyak menyakiti Mala, apalagi disaat suatu saat nanti penyakitnya lebih dulu merenggut nyawanya, dan meningkatkan Mala, itu akan membuat sakit hati permanen untuk Mala. Dan Rakha tidak mau itu terjadi.
Tapi di sisa hidupnya, ia ingin berbahagia dengan orang yang ia cinta, bukan yang tidak ia cinta. Dan ingin membahagiakan orang yang ia sebut sebagai pilihan.
Tuhan, apa boleh ia egois? Sekarang, Rakha hanya ingin Mala, Mala dan Mala. Tidak ada yang lain dan tidak ada yang bisa menggantikan posisi gadis itu di dalam hatinya.
"Aku bakal memperjuangkan Mala. Hari ini dan seterusnya sampai aku dapetin lagi hatinya. "
Mia yang mendengar itu langsung tersenyum senang, "selamat berjuang jagoan Bunda. "
Tuhan maaf, untuk kali ini aku egois. Dan sisanya aku serahkan semuanya kepadamu.
Dan untuk seorang gadis cantik yang bernama Mala, maaf.. Tapi aku bakal membahagiakan kamu di sisa umur aku, aku janji.
Untuk sekarang, Rakha memilih untuk kebahagiaannya saja. Karena kebahagiaannya hanya Mala, dan ia harus mempertaruhkan Mala. Untuk kalian ini saja, ia harus egois.
"Gak papa, sekali-kali kamu juga harus jahat sama situasi, gak boleh ngalah terus! " ujar Mia.
"Mala juga suatu saat nanti bakalan ngerti. Kamu mencintai dian dengan tulus, bukan main-main. " lanjutnya.
-oOo-
Hayoo sdkit lagi kan? Yg vote nya jga sedikit, enak bgt mau bnyk kan ga adil🤧🤧
Rakha uda mau berjuang guys, ramein makannya nnti di bab slnjutnya bakalan lebih seru lagi, goww!!
Klo ada yg typo tandai aja yaa guys, maklum lah mnusia itu bnyk salahnya😉
Vote banyak upp cepat.

ESTÁS LEYENDO
Rakhmal And His Story [Terbit]
Novela JuvenilSUDAH TERBIT, DAN BISA KALIAN PESAN DI TOKO BUKU ONLINE. Ini tentang kisah dua anak remaja yang baru saja duduk di kursi XI, Rakha dan Mala. Rakha cowok most wanted di sekolah SMA Mega Kreasi High School, Dan Mala si cewek tomboy dengan segala ting...