6. Bertemu

59 8 2
                                    

Happy Reading...

🌼🌼🌼

"Astaghfirullah hal'adzim ..."

Alisya ter-lonjak kaget saat dia melihat dibalik salah satu semak, disana ada seorang laki-laki seumurannya dengan keadaan kacau.

Alisya berlari mendekat lalu berjongkok dihadapan laki-laki tersebut. "stop! Astaghfirullah, jangan kaya gitu ..." Ujar Alisya dengan panik.

Seolah tidak mendengar perkataan Alisya, laki-laki tersebut terus saja meracau sambil menjambak rambutnya sendiri bahkan memukul kepalanya sendiri dengan keras.

"Jangan, jangan mendekat!" laki-laki itu beringsut mundur saat menyadari kehadiran Alisya di depannya.

"Pergi! Pergi lo! G-gue mau mati huh, hah, hah ..." ujar laki-laki tersebut dengan nafas yang mendadak berat. Tangan besarnya memukul dadanya sendiri merasa pasokan oksigen dalam dadanya menipis.

"Tenang, aku bukan orang jahat kok. Tenang ya, tarik nafas buang pelan-pelan jangan dipukuli," ujar Alisya lembut dengan sebuah senyuman manis.

Suara lembut menerobos masuk di telinga laki-laki yang terkapar lemas dengan nafas memburu. Suara itu, mirip sekali dengan suara sang ibunya  yang penuh kelembutan. "Ibu, ibu ... " ucap Laki-laki itu meracau, semakin memukuli kepalanya.

Alisya panik bukan main, ia tidak tahu harus berbuat apa menyadarkan seorang laki-laki dihadapannya. "Eh, eh jangan ... jangan sakiti dirimu. Berhentilah, aku mohon ... tenanglah, atur nafas mu."

Laki-laki itu menurut, mengatur nafasnya dan berhenti memukul dirinya sendiri.

Laki-laki itu mendongak, menatap seorang gadis cantik di hadapannya. Nafas laki-laki itu sudah berangsur membaik.

"Sudah lebih baik?" tanya Alisya masih dengan senyumnya.

Laki-laki itu mengangguk lemah menjawabnya. Siapakah gadis cantik didepannya ini? Bahkan, tanpa menyentuh sedikitpun gadis itu bisa menenangkannya, pikir laki-laki itu.

"Baguslah, ayo duduk di atas" ujar Alisya menunjuk kursi taman yang berada tidak jauh dari tempat mereka.

Laki-laki itu duduk di salah satu bangku taman, keadaanya masih sangat lemas tanpa bersuara apapun. Dari belakang, Alisya mengikutinya duduk di kursi taman yang berbeda hanya berjarak sekitar dua meter dari laki-laki tersebut.

Laki-laki itu terus memperhatikan Alisya, hingga saat Alisya duduk di bangku yang berbeda. Laki-laki itu mengerutkan keningnya merasa bingung. "Aku disini aja, bukan mahram" ujar Alisya seolah mengerti.

Laki-laki itu nampak tidak paham dengan apa yang Alisya katakan. Alisya hanya tersenyum menanggapinya. "kamu sudah mendingan kan? Aku punya ini nih, pasti bisa bikin mood kamu lebih baik deh, cobain!" ujar Alisya menyodorkan harum manis yang ada di tangannya.

"Sebenarnya sih sayang kalau dimakan nanti bentuknya jadi jelek, tapi gak papa deh nanti aku beli lagi!" ujar Alisya dengan wajah sedikit ditekuk.

Alisya melirik kearah laki-laki tersebut saat laki-laki itu belum juga menerimanya. "Kamu kenapa tersenyum?" tanya Alisya bingung melihat laki-laki itu malah tersenyum tidak jelas.

Merasa dipergoki, laki-laki itu langsung mengubah ekspresinya, mengambil harum manis bagian telinga beruang yang disodorkan oleh Alisya. "Terima kasih," ujar laki-laki itu.

"Sama-sama!" balas Alisya seraya memakan juga harum manisnya.

"Ekhem, gue Arganta" ujar laki-laki itu sambil menjulurkan tangannya kearah Alisya.

Alisya tersenyum, menangkup kedua tangannya didepan dada. "aku Alisya salam kenal ya, Anta!" ujarnya.

Arganta menarik kembali tangannya, ikut tersenyum kikuk. Baru pertama kali dia mendengar ada orang yang memanggil dirinya Anta, tapi ... tidak buruk juga.

"Anta lagi banyak masalah ya sampai kayak tadi?" tanya Alisya hati-hati takut Anta tersinggung atas pertanyaannya.

Arganta tersenyum tipis dan mengangguk mengiyakan. "Udah mendingan kok," ujarnya.

"Alhamdulillah kalau begitu. Anta kalau ada masalah jangan lupa sama Tuhan ya, Tuhan itu maha tau segalanya."

"Gue gak punya Tuhan." jawab Arganta sambil mengalihkan pandangannya kearah lain.

Alisya terdiam, apakah orang disampingnya itu atheis?

"Haha ... Tuhan gak sayang gue, jadi gue milih buat gak punya Tuhan!" lanjutnya.

"Ih, gak boleh gitu!" ujar Alisya sedikit menaikkan intonasinya.

"Kenapa? Emang bener kok Tuhan gak sayang gue, gue udah gak percaya Tuhan ada. Gue selalu dikasih masalah berat, gue udah berdoa, gue udah berusaha tapi apa? Gada sedikitpun Tuhan bantu gue, gue tetep kaya gini. Gue, gue-" tenggorokan Arganta tercekat, air mata kembali luruh membanjiri pipinya.

"Gue gak punya siapa-siapa, selain ibu" ujarnya lemah dengan isak kecil.

Alisya merasa bersalah, hatinya seolah ikut merasakan kesedihan yang ada pada laki-laki disampingnya. Alisya menyeka air matanya yang entah sejak kapan ikut luruh. "M-maaf, aku gak bermaksud" ujar Alisya meminta maaf.

"Jangan nangis, lo gak salah" ujar Arganta mengusap kasar wajahnya sendiri. "Lo dari mana?" tanya Arganta mengalihkan pembicaraan.

"Aku dari sekolah," jawab Alisya seadanya.

"Lo sekolah di Antariksa juga? Kok gue ga pernah liat lo?" tanyanya lagi saat menyadari seragam yang dipakai Alisya mirip dengan seragamnya.

"Iya, aku murid pindahan."

"Oh,"

Setelahnya, tidak ada lagi percakapan diantara mereka. Hingga selang beberapa saat handphone Alisya berbunyi menandakan ada panggilan masuk. Alisya melihatnya, ternyata papa nya yang menelpon.

"Assalamualaikum, pa?" salam Alisya saat mengangkat telepon dari papanya.

"Waalaikumussalam, Sayang kamu dimana nak?" tanya Kenzo di seberang.

"Alisya ada di taman, papa"

"Sama siapa? pulang ya, sudah mau sore."

"Iya pa, ini juga mau pulang"

"Yaudah hati-hati dijalan ya, papa ada sesuatu buat kamu dirumah."

"Wah! Apa itu pa?"

"Kepo deh, makanya cepat pulang papa tunggu."

"Ish, papa mah! Iya udh Alisya tutup telepon nya ya pa? Assalamualaikum ..."

"Waalaikumussalam," setelah memastikan telepon mati, Alisya menyimpan handphone nya kembali kedalam tas, lalu beranjak berdiri.

"Anta, aku pulang dulu ya? Udah ditungguin papa." ujar Alisya.

"Naik apa? Mau gue anter?" tawar Arganta.

"Tidak usah, aku naik ojek. Kamu hati-hati ya, jangan kayak tadi lagi! Kalau ada masalah kamu boleh kok cerita sama aku." ujar Alisya tersenyum.

"Semangat ya! Jangan menyerah, semua masalahmu pasti bisa kamu hadapi! Anta kan kuat seperti ironman hihi. Udah ya, daah ..." lanjutnya sambil melambaikan tangan berjalan menjauh.

Arganta terdiam di tempatnya, dan terus menatap kepergian perempuan cantik yang beberapa detik lalu tersenyum dihadapannya.

Perempuan itu layaknya bidadari! Cantik sekali.

Arganta seolah tidak rela perempuan itu pergi, ada rasa nyaman dihatinya saat berdekatan dengan perempuan itu. Perempuan dengan pakaian tertutup begitu cantik seperti malaikat yang hadir menerangi hidupnya.

Alisya, nama yang masih melekat didalam pikirannya.

Suara itu, masih terdengar lembut penuh perhatian dan kasih sayang.

"Arghhh!"

"Kok gue kepikiran Alisya terus?"

"Gak boleh! gue gak boleh suka dia. Dia hamba Allah sedangkan gue gak punya Tuhan, hahahhaha ... Lawak!"

.

.

.

.

Terima kasih Sayang-sayangku ...

White Rose Where stories live. Discover now