8. Anta

47 8 5
                                    

"Kenapa? Kenapa sumber bahagia gue lu ambil, kenapa?"





Terlihat, seorang remaja laki-laki tengah berjalan hendak memasuki rumah. Jam sudah menunjukkan pukul 22.15 waktu setempat. Laki-laki itu membuka pintu rumah dan berjalan masuk kedalamnya.

Laki-laki tersebut adalah Arganta, baru saja dirinya berjalan dua langkah, ia mendengar suara pecahan kaca dari arah ruang makan.

Dengan segera Arganta berlari menghampiri sumber suara. Sampai disana, Arganta dibuat terkejut. Disana, Arganta melihat Ibunya terduduk lemas di lantai dengan darah mengalir dari pelipisnya yang ia yakini itu adalah sumber suara yang tadi di dengarnya. Terbukti adanya serpihan gelas disekitar Ibunya.

"Ayah stop!" teriak Arganta keras berlari kearah ibunya, dan memeluknya.

"Minggir kamu anak tidak berguna!" ujar seseorang yang dipanggil Ayah dengan suara bariton yang terdengar membentak emosi.

"Jangan sakiti ibuku, Bara bajingan!" ujar Arganta dengan nada tinggi, menunjuk kearah Ayahnya.

"Berani hah?!" ujar Bara-ayah Arganta- sambil melepas sabuk dari pinggangnya. "Durhaka kamu?! Itu yang diajarkan ibu lemah mu ini hah?! Sangat tidak berguna!"

Ctas ...
Ctass ...

Benda panjang dengan bagian ujung terdapat besi mendarat keras dipunggung Arganta. Tidak hanya sekali namun, berkali-kali bena itu menoreh lukisan abstrak di punggung Arganta.

Bahkan, luka kemarin belum sempat kering sudah di lukis kembali. Arganta mengeratkan pelukannya kepada sang ibu, melindungi sang ibu agar tidak terkena cambukan dari ayah.

Ctass ...
Ctass ...

"Sudah mas, jangan. Kasihan anak kita mas, berhenti," ujar seorang wanita dalam pelukan Arganta dengan suara parau disertai isak tangis.

"Diam kamu Ayu! Semua gara-gara kamu yang tidak becus jadi istri!"

"Anak sama ibu sama saja tidak berguna, bodoh!"

"Mati saja kalian berdua!"

Prangg!

Kembali, gelas kaca itu melayang dan mendarat keras dipunggung Arganta. "Stt ..." Arganta meringis pelan merasakan nyeri dan perih secara bersamaan.

Seketika tangis Ayu -Ibu Arganta- pecah "Nak," panggil Ayu dengan gemetar, mencoba melepaskan pelukan anaknya.

"Arga ga papa bu," ujar Arganta pelan berbohong. Bagaimana mungkin dirinya baik-baik saja? lihat sekarang bahkan tubuhnya ikut bereaksi gemetar.

"Mati kalian, mati!"

"Anak cuman bisa bikin malu! Nilai jelek! Percuma saya sekolahin kamu di sekolah unggulan!"

"Anak bodoh! Kenapa harus kamu yang lahir hah?!"

"Kalau bisa milih, gue lebih milih gak lahir di dunia ini daripada lahir dari ayah yang bajingan!" ujar Arganta dengan penekanan di setiap kata yang ia ucapkan.

"Bagus!! Berani kamu hah?!!"

"Anak tidak tau diuntung!" teriak Bara menendang punggung Arganta yang terdapat banyak luka dengan sepatu pantofel keras miliknya sebelum berlalu pergi.

White Rose Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang