CHAPTER 7. DIFFERENT

4.1K 454 246
                                    


Jangan lupa votte and komen kalo mau baca lanjutan cerita ini, yess.

-

-

-


"Chan?"

Alkana mengetuk pintu kamar Chandra pelan. Anak itu masih belum keluar, padahal sudah hampir jam delapan pagi.

"Lo tidur lagi?"

Tidak ada jawaban, pemuda itu mencoba memutar knop pintu yang ternyata memang tidak dikunci.

Kamar Chandra sebenarnya cukup rapi untuk ukuran anak laki-laki, tapi jelas tidak bisa dibandingkan dengan kamar Alkana yang super rapi. Di kamar Chandra, handuk yang tergeletak di atas kasur adalah pemandangan yang sangat biasa. Bahkan, di belakang pintu juga ada sarung dan jaket yang digantung. Buku-buku di meja komputer juga tidak tertata rapi, tapi juga tidak terlalu berantakan.

Saat memasuki kamar, Alkana menemukan Chandra yang tengah meringkuk di atas sajadah, masih dengan baju koko putih dan sarung wadimor kebanggannya. Pecinya tergeletak di dekat kaki, sementara tangannya mendekap mushaf cokelat tua kesayangan anak itu.

"Chandra?" panggil Alkana sekali lagi.

"Hng?" Chandra menyahut dalam tidurnya.

"Udah jam delapan."

Mendengar suara Alkana, Chandra berusaha membuka mata. Dia mengerjap beberapa kali, mencoba menggapai kesadarannya secara utuh.

Setelah cukup sadar, Chandra duduk perlahan. Tanpa sengaja, mushaf-nya terjatuh ke pangkuan karena tangannya digunakan untuk menopang tubuh saat berusaha bangun.

"Astaghfirullah." Pemuda tan itu kaget saat menyadari mushaf-nya terjatuh. Dia segera mengambilnya dengan kedua tangan, menciumnya sekilas, lalu didekap sambil terpejam. Setelah itu, dia meletakkanya ke lemari kecil yang sekaligus berfungsi sebagai meja lampu di samping tempat tidur.

"Lo sakit?" tanya Alkana yang masih berjongkok di depan Chandra. Sejak tadi pemuda itu hanya diam dan melihat apa-apa yang dilakukan oleh sahabatnya.

"Enggak, kok. Gue baik."

"Yakin? Nggak biasanya lo tidur habis Subuh."

Chandra mengangguk. "Gue emang belum tidur. Niatnya mau lari pagi malah ketiduran."

Alkana diam sejenak, mencoba memindai kebohongan dari kalimat housemate-nya, tapi selain terlihat mengantuk, sepertinya Chandra memang baik-baik saja.

Setelah memastikan bahwa anak itu tidak sedang berbohong, Alkana memilih bangkit, tapi satu tangannya ditahan oleh Chandra.

"Kenapa?"

"Bantuin," rengek Chandra dengan nada manja. Dia mengulurkan kedua tangan ke atas, meminta Alkana untuk membantunya bangun.

Alkana hanya tersenyum melihat tingkah manja sahabatnya. Sesuatu yang jarang diperlihatkan oleh Chandra saat di luar rumah. Karena saat di kantor atau di mana pun itu, Chandra akan menjelma menjadi sosok tengil yang sangat suka menjahili orang-orang di sekitar. Kepribadiannya yang secerah matahari, membuat semua orang di sekitarnya merasakan kehangatan di hati mereka setiap kali bersama Chandra. Berbeda dengan sisi Chandra yang manja dan kadang sangat pendiam sampai Alkana bahkan sering tidak menyadari keberadaan anak itu di rumah mereka. Terlalu hening. Atau terlalu manja seperti sekarang.

7 LENTERA | Complete ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang