CHAPTER 16. ALKANA EL BIRUNI

3.3K 335 204
                                    

Hallo hasseyooo~

Mommy is BACK!

Bareng sama anak-anak bujang kesayangan Mommy pastinya, yakan.

Ada yang nungguin gak, nih?

Udah siap sama fakta tentang ALKANA?

Tarik napas dulu sebelum baca.

Jangan lupa doa.

Dipersilakan ngereog di kolom komentar. Makin banyak komen, makin cepet up next chapter.

Ngoghey?

Happy reading, Anak-anak Mommy~

***

Siapa pun yang memasuki kamar Alkana, pasti akan setuju bahwa dia adalah pemuda yang sangat bersih dan rapi

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Siapa pun yang memasuki kamar Alkana, pasti akan setuju bahwa dia adalah pemuda yang sangat bersih dan rapi. Meski kamar itu tidak terlalu besar dan terbilang sederhana, tapi hampir tidak ada satu pun benda yang tergeletak sembarangan di sana. Singgle bed dengan seprei yang terlihat rapi, buku-buku di meja kecil dekat lemari pakaian yang bahkan penempatan setiap ujungnya sangat presisi, juga kitab-kitab yang berjajar rapi di rak buku yang menggantung di dinding di samping meja komputer.

Semenjak memutuskan untuk tinggal bersama Chandra di rumah kontrakan yang mereka sewa bersama, Alkana cukup banyak memodifikasi ruang pribadinya. Lantai keramik yang bisa dibilang cukup usang, dia tutup dengan vinyl yang memberikan kesan hangat. Cat tembok yang sebelumnya berwarna biru muda, dia ganti dengan putih yang menambahkan kesan bersih dan luas. Pilihan lemari pakaian dan perabotan berwarna putih juga menjadikan kamar pemuda itu terasa menjadi tempat paling nyaman dan elegan. Berbanding terbalik dengan kamar Chandra yang nyaris tidak pernah ambil pusing soal kamar. Perubahan terbesar di kamar itu sejak dia tempati sekitar enam tahun lalu, mungkin hanya sebatas gorden abu-abu setinggi dinding yang membentang sepanjang jendela, karena kebetulan kamar yang dia tempati adalah kamar utama yang memiliki jendela cukup lebar dari sisi ke sisi, dan Chandra tidak terlalu suka cahaya matahari.

Omong-omong, pemilik rumah itu masih kerabat jauhnya di Purwokerto. Sebenarnya juga, mereka yang meminta Chandra tinggal di sana agar rumah itu ada yang menempati karena tidak ingin menjual rumah peninggalan orang tua mereka. Tidak perlu membayar, tapi yang namanya Chandra, dia tidak akan mau begitu saja menerima kebaikan orang lain, jadi akhirnya mereka sepakat untuk menyewakan dengan harga yang terjangkau di kantong mahasiswa pada masa itu.

Alkana membuka laci di dalam lemari pakaian, tempat di mana dia menyimpan barang-barang  yang menurutnya cukup berharga seperti surat-surat, dompet, jam tangan, dan ... sebuah ponsel yang sudah cukup lama tidak digunakan.

7 LENTERA | Complete ✓Where stories live. Discover now