Hari Kedua

4.9K 473 33
                                    

Pagi ini Caka bangun tidur pukul sembilan. Ia tidak menemukan batang hidung Papahnya di rumah, namun atensinya tertuju pada sebuah piring dalam tudung saji di atas meja makan. Caka sempat terkekeh menyaksikan mahakarya Papahnya, tampak jelas usaha pria kaku itu dalam membuat sarapan yang layak.

Terdapat dua lembar roti panggang, pastinya berbentuk sempurna karena dibuat dengan toaster. Lalu dua buah sosis goreng, satunya agak gosong, satunya lagi seperti kurang matang. Dan poin utama dari sajian di atas piring cantik koleksi Papihnya itu adalah sebuah telur mata sapi dengan gaya freestyle? Abstrak? Entahlah, Caka tidak tahu harus mendeskripsikan telur goreng tanpa bentuk itu seperti apa lagi.

Caka ambil piring itu dan berjalan menuju halaman depan, pasti Papahnya ada di sana sedang menyiram tanaman. Tebakannya benar, maka Caka duduk di kursi teras rumahnya sambil melahap sarapan yang dibuat Papah. Benar saja, satu buah sosis yang tidak gosong itu dalamnya masih agak dingin, belum matang sempurna. Caka mengunyah ragu, namun ternyata Papahnya di depan sana sudah menatapnya penuh harap.

"Enak. Papah udah makan?"

Mael mengeluarkan senyum tipis, senang ketika masakannya dipuji sang anak. Ia lalu mengangguk sebagai jawaban dan kembali menyiram tanaman.

"Udah. Tapi makanan Papah pait, gosong soalnya. Untungnya yang buat kamu masih bisa diselamatkan."

Oh ... yang begini masih tergolong 'bisa diselamatkan, ya? Bagaimana dengan milik Papahnya tadi? Caka penasaran tapi tidak mau membayangkan.

.

.

.

Caka baru selesai mandi dan berpakaian, hari ini tidak ada rencana apapun dengan Papah. Sepertinya mereka akan menghabiskan waktu di rumah saja, jadi Caka berencana mengajak Papahnya nonton film bersama.

Ia turun ke lantai satu untuk menjemur handuknya, namun suara Papah dari ruang tengah itu mencuri perhatiannya.

"Laporan bulan lalu kan sudah saya selesaikan dari sebelum cuti, saya kasih ke kamu buat minta approval Pak Edwin. Kok sekarang Pak Edwin bilang laporannya belum dia terima? Gimana, sih?"

Papah duduk di sana bersama laptopnya, tangannya sibuk mengetik dan ponsel menempel di telinganya. Wajahnya mengeras, sepertinya ada masalah dengan orang di kantornya. Papah sempat melirik Caka, tapi pria berkacamata itu malah berdiri dari sofa dan berjalan masuk ke dalam kamarnya tanpa berhenti bertelpon.

Melihat hal tersebut, sukses bikin mood Caka rusak. Hilang sudah niatnya mengakrabkan diri dengan Mael, lelaki itu saja lebih mementingkan pekerjaannya di waktu cutinya dari pada meluangkan waktu untuk Caka. Dengan langkah kasar, Caka naik ke lantai dua kemudian membanting pintu kamarnya.

Ia kesal sebab Papahnya kembali ke settingan pabrik, menjadi sosok apatis yang hanya tahu bekerja alih-alih menjalankan misi dari Papihnya dua hari yang lalu.

Ia kesal sebab Papahnya kembali ke settingan pabrik, menjadi sosok apatis yang hanya tahu bekerja alih-alih menjalankan misi dari Papihnya dua hari yang lalu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
MY AWKWARD DAD | MarkHyuckWhere stories live. Discover now