Special Ep 2 : Demam

4.7K 378 17
                                    

Memang terkadang kalau terlalu semangat itu tidak baik

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Memang terkadang kalau terlalu semangat itu tidak baik. Satu hari sebelum Sabtu tiba, Caka mulai merasa tidak enak badan tapi ia menahannya agar tidak ketahuan Papih. Hingga tiba di hari Sabtu pagi, Caka tak bisa lagi menutupi tubuhnya yang terasa meriang. Tentu saja mata elang Alin dapat mendeteksi ada yang tidak beres pada putranya. Ia langsung membawa Caka ke klinik terdekat dan benar saja, suhu tubuhnya tidak normal.

Maka kejadian konser pun terulang kembali.

"Gak boleh."

Satu kata sakti dari Alin yang selalu berhasil bikin Caka ngambek. Tanpa aba-aba lagi, Papih langsung hubungi keluarga Jesen untuk memberitahu mengenai kondisi Caka yang tak memungkinkannya ikut ke Puncak hari ini. Kecewa tentu Caka rasakan, tapi ini memang kesalahannya sendiri karena akhir-akhir ini dirinya kerap kali mandi air dingin malam-malam.

Di hari Sabtu yang cerah ini pun Caka mesti terbaring lemas di atas ranjang orangtuanya. Papih menyarankan Caka untuk tidur di sana agar ia lebih mudah memeriksa kondisi sang putra, daripada mesti bolak-balik ke lantai dua di kamar Caka. Ia terus menemani Caka di kamar agar anaknya tidak bosan, sedangkan Papah sedang menyiram halaman di depan sebagaimana rutinitasnya setiap akhir pekan.

"Papih siapin bubur kamu dulu, ya." Alin meninggalkan Caka sendiri di kamar, ia lalu pergi ke dapur untuk menyiapkan makan siang anaknya. Ia lihat Mael yang sudah berganti pakaian dengan rambut setengah basah sehabis mandi duduk di ruang makan, suaminya itu sudah hampir menyelesaikan makan siangnya.

"Taro aja piringnya di wastafel, nanti aku yang cuci, Mas," ucap Alin. Suaminya pun menggelengkan kepalanya, ia angkat piringnya ke wastafel hendak mencucinya sendiri namun segera dihentikan Alin. "Aku aja, Mas. Nih, mending kamu kasih ini ke Caka di kamar."

Lelaki yang lebih muda menyerahkan sebuah nampan berisikan semangkuk bubur hangat beserta satu gelas air putih.

"Oke, sayang. Kamu jangan lupa makan siang, ya," ucap Mael sebelum masuk ke dalam kamar tempat Caka berada.

Mael menarik satu buah kursi ke samping ranjang, ia duduk di atasnya sambil memandangi Caka yang memejamkan mata. Aroma sedap bubur buatan Papih membuat Caka menyadari kehadiran Papah, ia pun langsung menyamankan posisi duduk di atas kasur. Mael hendak menyuapkan satu sendok bubur ke arah mulut Caka, namun anaknya itu malah menggeleng tanda menolak makan.

"Makan dulu, Caka. Biar bisa minum obat."

"Aku gak nafsu, Pah. Mulutku pait."

"Kalau nih bubur ketahuan Papih belom berkurang, Papah bisa dijambak. Jadi, makan dulu ya? Papah suapin."

Meski tubuhnya terasa lemas, perkataan Papah berhasil memecah tawa Caka. Padahal ia tahu kalau Papihnya tak mungkin sekasar itu pada Papah, paling mentok-mentok cuman sampai dicubit saja. Ia pun mengalah, kemudian memaksakan dirinya menyantap bubur itu. Mael menyuapi anak remajanya dengan telaten, tentu saja ia ahli karena sejak Caka bayi pun ia sudah sering melakukannya. Melihat anaknya menjadi manja akibat sakit, entah kenapa menghangatkan hati Papah yang terbawa nostalgia.

MY AWKWARD DAD | MarkHyuckTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang