Special Ep 1 : Konser

4.4K 405 57
                                    

"Gak boleh."

Satu kata mutlak dari Papih sukses bikin Caka ngambek.

Apa yang terjadi?

Grup Korea favorit Caka akan menyelenggarakan konser di Jakarta dan dua minggu lagi penjualan tiket akan dimulai. Padahal seharian ini Caka sudah begitu riang dan percaya diri dapat menghadiri konser tersebut, namun apa daya? Papih tidak mengizinkannya sama sekali, bahkan melarangnya keras. Belum lagi adanya persyaratan dari penyelenggara konser di mana anak usia 14 tahun ke bawah harus didampingi oleh orang dewasa, sedangkan Caka masih berusia 13 tahun.

Satu-satunya harapan Caka ada Papahnya, maka itu dengan sabar ia menunggu kepulangan Papah dari kantor di bangku teras. Caka sedang merajuk dengan Papihnya, jadi ia tidak mau masuk ke dalam rumah melihat wajah sang Papih. Ia bahkan tak mau makan malam, suasana hatinya suntuk seharian karena Papih tidak bisa dibujuk sama sekali.

Senyuman Caka merekah kala cahaya lampu mobil kijang Papah memasuki halaman rumahnya. Bocah SMP itu melompat dari tempat duduknya dan menghambur menghampiri Papah. Mael sampai bingung, tak biasanya Caka menyambut kedatangannya penuh ceria seperti ini. Anaknya itu biasanya selalu di dalam rumah, entah bermain ponsel atau bermain dengan Alin.

"Kok Caka di luar? Gak digigit nyamuk emangnya?" tanya Mael sambil mengunci mobil. Caka menempel di samping Papah, matanya berbinar-binar penuh harap bikin Mael makin bingung. Baru saja Mael mau membuka pintu rumahnya, tapi Caka langsung mencegat di depan pintu.

"Pah," panggil Caka penuh senyum dan mata memelas. "Aku boleh ke konser NCT enggak?"

Mael terdiam, ia membetulkan kacamatanya yang sempat melorot ke ujung hidungnya. Ia berpikir sejenak: 'NCT ... itu apa, ya? Oh! Boyband yang Caka suka itu.' Untung saja ia masih mengingatnya, maka Mael menganggukkan kepalanya pelan membuat senyuman Caka semakin lebar.

"Tanya Papih aja, Papah ngikut kata Papih," jawab Mael.

Dalam sekejap bahu Caka turun lesu. Tidak lama kemudian, pintu di belakang Caka terbuka menampilkan sosok Papih yang sudah berkacak pinggang.

"Lagi cari pembelaan dari Papahmu, ya?" tanya Alin sambil bergeleng-geleng melihat tingkah putranya yang tidak kunjung menyerah.

"Ah, gak tahu. Papih nyebelin, aku males!" Caka memutar bola matanya malas, ia pun langsung nyelonong masuk ke dalam lalu pergi ke kamarnya.

.

.

.

"Emang kenapa kalau Caka ke konser? Kok enggak kamu bolehin, sayang?" tanya Mael di tengah sesi makan malamnya. Saat ini hanya ada Mael dan Alin di meja makan, Caka masih merajuk di dalam kamarnya. "Dulu kan kamu juga sering ke konser."

"Duh, Mas. Konser jaman dulu sama sekarang tuh udah beda, apalagi konser Kpop gitu yang penggemarnya garang-garang. Nanti Caka kegencet-gencet gimana? Gak, gak boleh." Alin menggelengkan kepalanya, mana mungkin ia membiarkan anak semata wayangnya itu mengikuti konser sampai malam hari. Alin lalu menunjukkan beberapa contoh video dari media sosial, agar suaminya itu mendapatkan gambaran atas apa yang ia maksud.

Mael terdiam lagi sembari mengunyah makanannya, ia memahami alasan Alin melarang Caka pergi. Ia juga menjadi bimbang, ada rasa cemas pula jika membayangkan putranya tergencet dalam keramaian. Tak berapa lama, tiba-tiba terlintas sebuah ide dalam benaknya.

"Aku ikut aja sekalian jagain Caka."

Alin segera menyanggah ide dari Mael dengan memberikan gestur X pakai kedua tangannya.

"Enggak ah, Mas. Nanti kamunya kedorong-dorong juga gimana? Lagian kamu mana nyambung sama lagu-lagu Kpop, entar kamu planga-plongo doang di sana."

"Loh, kamu gak lihat ini pundak selebar gapura kabupaten? Mana mungkin Mas kedorong-dorong anak kecil." ujar Mael memamerkan bahu lebarnya, bikin Alin tak kuasa menahan tawa. "Aku juga tahu kok NCT. Bais ... beyes? Ya, beyes aku Haechan."

MY AWKWARD DAD | MarkHyuckWhere stories live. Discover now