Hari Keenam

4.7K 439 27
                                    

Seperti biasa Mael dibangunkan oleh alarm ponselnya tepat pada pukul tujuh pagi, ia mengucek matanya sembari meregangkan tubuh sebagai ritual paginya. Mael tiba-tiba teringat kalau semalam Caka tidur di kamarnya, namun ia tak menemukan eksistensi sang putra di sebelahnya. Ia lekas keluar dari kamarnya, hatinya menjadi tenang kembali begitu melihat Caka sedang berada di dapur. Maka Mael memutuskan untuk mencuci muka dan menggosok giginya terlebih dahulu sebelum menghampiri anaknya.

"Wah, kamu jauh lebih jago masak dari Papah."

Caka menoleh pada sumber suara dibelakangnya, Papah telah berdiri di sana mengintip apa yang sedang Caka masak. Remaja surai hitam itu memasak makanan kesukaan Papahnya, yaitu sebuah nasi goreng. Tidak lupa ia sertakan telur mata sapi berbentuk sempurna, kemudian menyajikannya di meja makan.

"Hm? Enak banget, persis buatan Papih."

Caka terkekeh kecil melihat ekspresi puas Papah atas cita rasa yang ia sajikan, belum lagi aktivitas memotret mahakarya Caka untuk ia pamerkan kepada suaminya yang berada di Yogyakarta sana.

Seselesainya sarapan, Caka meminta Papahnya untuk menunggu di tempatnya sebentar. Sementara dirinya pergi ke dalam satu kamar kosong di rumahnya yang kini digunakan sebagai tempat penyimpanan barang, lalu kembali lagi dengan membawa selembar foto hitam putih, ia serahkan foto itu kepada Mael.

 Sementara dirinya pergi ke dalam satu kamar kosong di rumahnya yang kini digunakan sebagai tempat penyimpanan barang, lalu kembali lagi dengan membawa selembar foto hitam putih, ia serahkan foto itu kepada Mael

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Aku ambil dari album foto yang ada di gudang, ini waktu Papah sama Papih kuliah?" tanya Caka penuh penasaran.

Bisa ia lihat senyum Mael kian merekah kala menelaah foto lama itu, ia lalu menganggukan kepalanya sebagai jawaban.

"Aku mau tahu semua tentang Papah. Kayak Papah sukanya apa? Papah orangnya kayak gimana? Pertemuan Papah sama Papih tuh kapan?"

Mael lantas tertawa atas permintaan Caka, ia lalu menopang dagunya dengan tangan kirinya sedangkan tangan kanannya mengusap kepala Caka.

"Gak ada yang spesial, Caka. Papah cuman orang biasa yang jalanin hidup kayak orang lain pada umumnya."

Caka sudah tahu Papahnya akan berbicara seperti itu, maka ia berlari ke ruang penyimpanan itu lagi. Ia bawakan sebuah tas gitar yang berdebu, lengkap dengan gitar elektrik tua di dalamnya. Pada tas gitar berwarna hitam itu, nama"MAEL"  tertera kecil dengan spidol bertinta silver.

Caka juga menyerahkan sebuah kotak di mana terdapat kertas-kertas berisikan bukti kalau Papahnya ini pasti punya banyak cerita menarik mengenai masa lalunya. Mael ambil kertas-kertas usang itu dan membacanya satu per satu, lambat laun ia tak kuasa lagi menahan tawanya. Wajah Mael pun perlahan merona, sepertinya ia menjadi malu atas tingkahnya semasa remaja dulu.

Ketika Mael masih merupakan mahasiswa jurusan Matematika dari Fakultas MIPA.

Atau ketika Mael masih merupakan seorang pemuda penuh mimpi yang tak luput dari kenakalan remaja dan kisah asmara yang membara.

MY AWKWARD DAD | MarkHyuckWhere stories live. Discover now