Bab 1 : Putus

23 4 1
                                    

"Kita putus!"

Haikal terdiam cukup lama mendengar dua kata tersebut. 

"Kenapa?" 

"Aku ngerasa kita udah gak cocok," kata Amara kepada Haikal yang sedang duduk di hadapannya.

Haikal memijat pundaknya sambil berpikir dengan keras. "Tapi kenapa tiba-tiba gini?"

Amara membuang mukanya, ia sudah tak bisa menatap Haikal lagi. Bisa-bisa ia malah menangis.

ok, first of all, sebelum kalian kebingungan apa alasan Amara meminta putus dengan Haikal. Jadi begini, Amara dan Haikal sudah jadian sejak setahun lalu, saat mereka kelas 11. Amara itu anaknya oke banget secara fisik. Apalagi matanya yang bisa bikin orang-orang melt seperti es krim. 

Amara pacaran dengan Haikal. Si kapten basket yang kemana-mana selalu bawa bola basket. Badannya tinggi, tubuhnya atletis, rambutnya dicepak abri, dan tak lupa kulitnya yang sawo matang membuat dirinya terlihat sempurna. Terdengar klise, tapi citra pemain basket memang terlalu kuat. Amara saja sampai kepincut.

Haikal cowok yang kelihatannya sangat charming dari luar, tapi percaya atau tidak, apa yang dilihat di luar itu biasanya tidak sesuai dengan yang di dalam. 

Awalnya hubungan mereka normal seperti biasanya, Amara bahagia dengan Haikal, sampai suatu hari ia melihat pemandangan yang membuatnya terbangun dari mimpi indah.

Gimana tidak? Ia tak sengaja membaca chat Haikal, cowok yang terlihat setia dan selalu sayang itu  ternyata selingkuh dengan cewek lain. Dalam chat itu, Haikal bilang hal-hal mesra dan romantis. Itu sangat menghancurkan hati Amara. 

Sebab itu Amara dan Haikal berada di sini, di cafe favorit mereka berdua. Hari ini Amara sudah tidak tahan lagi, ia pun meminta putus. 

Haikal memegang tangan Amara sambil senyum semanis mungkin. "Gak bisa gini Amara, emang aku punya salah sama kamu?"

Amara segera menarik tangannya menjauh. "Aku tau kamu selingkuh," katanya to the point.

Raut wajah Haikal yang tadinya terlihat ramah dan ceria berubah menjadi dingin. "Kok, kamu bilang gitu? emang kamu punya buktinya?"

"Terserah kamu percaya apa nggak, tapi aku udah lihat kamu chat-an sama cewek lain."

Amara perlu diberi dua jempol atas dedikasinya yang benar-benar pintar membaca chat cowoknya tanpa ketahuan. Namun, tak bisa dibayangkan gimana rasanya jadi Amara. Sakit tentu saja, tapi ia tahan dan mengeluarkannya di waktu yang tepat sebagai kartu AS.

Setelah Amara confront Haikal tentang chat itu. Ia langsung ngeles. "Chat apa? Gak usah permasalahin hal sepele."

Tanpa mau berdebat, Amara menunjukkan satu lagi bukti, foto Haikal dengan cewek lain di sebuah cafe. Bodohnya mereka selingkuh di cafe ini. Amara sengaja duduk di bangku yang sama pula. 

Haikal masih tak merasa bersalah. "Kok, bisa-bisanya kamu baca chat dan foto tanpa seizin aku? Kamu udah gak percaya lagi sama aku, ya?"

"Lagian aku cuma temenan aja kok sama dia. Itu cuma kebetulan aja bareng sama dia," tambah Haikal.

"Kamu bilang cuma temenan? Emang temenan perlu sayang-sayangan? Perlu main berdua juga?" ungkap Amara.

"Kamu ngomong apa sih? Jangan buat aku marah ya."

"Kita putus! Titik!" Ini keputusan mutlak Amara, tak bisa diubah, apapun alasannya.

Haikal langsung menggebrak meja. "Tarik kata-kata lo sekarang juga!" teriak Haikal sambil menunjuk Amara.

Amara hanya bisa terdiam, walau emosinya sudah sangat memuncak.

"Emang menurut lo kenapa gue bisa kayak gini? ini semua gara-gara lo! Lo yang salah! Ini semua salah lo!"

Amara menggelengkan kepalanya. "Kita udah selesai Haikal, dengan lo kayak gitu buat gue semakin yakin keputusan gue ini emang udah tepat."

Haikal makin emosi, ia merasa terpojokkan dan tak terima dengan keputusan Amara. Ia mencoba meraih tangan Amara lagi, tapi kali ini Amara sudah tegas, ia menolaknya dengan mantap.

"Lo harus tau hubungan kita udah gak sehat, lo udah berubah sekarang. Lo bukan Haikal yang gue kenal, lo berubah jadi posesif sekarang."

"Posesif kata lo? Gue kayak gitu karena sayang sama lo. Gue gak mau lo main sama cowok lain."

Amara tak percaya. Apa ia tak salah dengar?

"Terus kalau lo boleh gitu?" Amara tak habis pikir, bisa-bisanya ia suka dengan cowok berengsek seperti Haikal.

Haikal menunjukan jari telunjuknya pas di depan wajah Amara.  "Jangan kurang ajar! Emang lo bisa apa tanpa gue? Selama ini siapa yang jagain lo?"

Sejujurnya Amara sangat takut, tapi tidak ada jalan mundur.  Tekadnya sudah bulat untuk putus dengan Haikal.

"Kalau lo emang mau putus. Kembaliin semua barang yang udah gue kasih sama lo," ancam Haikal. Wajahnya sudah memerah, sekarang Amara jadi tau sifat Haikal sebenarnya.

"sekarang lo pilih, kita put--" 

"Kita putus!" Potong Amara cepat tanpa pikir panjang dan segera berjalan meninggalkan Haikal.

Haikal segera menahan Amara, tapi Amara tak diam saja ia lepaskan cengkraman tangan Haikal. Lalu mempercepat langkahnya.

"Anjing! Cewek setan!"

Terdengar Haikal memaki Amara selagi cewek itu pergi. Sekarang semuanya sudah jelas, Haikal bukanlah orang yang tepat untuk Amara. Ia sedih, kesal, kecewa, tapi entah kenapa rasanya lega. Seakan semua beban pada dirinya hilang. 

Amara yakin, putus bukanlah akhir, tapi awal dari cerita baru.

-

-

-

to be continued

Senior Year SweetheartsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang