II7II

68.1K 2.2K 8
                                    

Selamat Membaca

~0~

Giana terheran-heran melihat Bella yang turun tangga sambil senyum-senyum seperti orang gila.

"Kamu kenapa Bel? Senyum-senyum kek orang gila lagi! Kesambet kamu?!"

Bella terus tersenyum menatap Giana dan Gion bergantian.

"Grandma kok gak bilang ada papa di kamar? "

Seketika Giana melotot, ia menepuk dahinya pelan.

"Iya grandma baru inget kalau papa kamu pulang tadi siang! Jadi Vio gimana?!"

"Nah itu dia Grandma! " Ekspresi Bella saat ini benar-benar membuat Giana dan Gion penasaran.

"Ada apa? " Tanya Giana penasaran.

"Grandma tau..? " Bella sengaja menjeda ucapannya. Sementara Giana dan Gion sudah serius mendengarkan dan menunggu gadis itu berbicara.

"Cepet bel, grandma penasaran nih! " Desak Giana tak sabaran.

"Aku ngeliat papa sama Vio anu-anu! Papa tadi Cium leher Vio grandmaaa! "

HENING

Giana dan Gion saling bertatapan kemudian tersenyum.

"Kamu serius? " Tanya Giana lagi.

"Ck.. Serius Oma.. Abis keciduk aku, mereka langsung berhenti. Gak tau deh lanjut apa ngga" Ucap Bella tanpa beban.

"Aduh harus cepet-cepet dinikahin kalo gitu, Keburu adik kamu jadi duluan Bel"

"Setuju Grandma, tapi... "

"Tapi kenapa? " Giliran Gion yang bertanya.

"Vio belum cinta sama papa grandpa. Dan Vio gak paling gak suka yang namanya di paksa. Ntar dia jadi benci lagi sama aku!" Jawab Bella cemberut.

Giana dan Gio diam. Ucapan Bella ada benarnya. Apalagi Violyn itu masih muda, ia masih butuh kebebasan.

Namun sedetik kemudian Giana tersenyum sambil melihat Alvaro yang tengah asik bermain.

"Grandma tau caranya... " Giana tersenyum miring menatap Bella dan Gion.

"Vio akan jatuh cinta dengan papa kamu dengan sendirinya" Ucap Giana menatap Bella sesekali melirok Al yang membuat Bella mengerti dan tersenyum miring.

~0~

Violyn keluar dari kamar mandi dengan Memakai handuk yang hanya sebatas paha.

Violyn melirik sinis kevanno yang memainkan HPnya sambil bersandar di kasur. Tanpa berlama-lama ia memasuki WIC dan memakai baju dari mendiang Istri kevanno. Sebenarnya Violyn tidak mau, Namun kevanno sendiri yang menyuruhnya untuk memakai itu.

Pilihan Violyn jatuh pada dress bewarna Coklat susu yang tampak indah di tubuhnya. Setelah itu ia pun keluar dari WIC dan membenarkan rambut sejenak lalu memilih untuk keluar dari kamar itu.

Belum lagi ia sempat keluar, naasnya Tangan besar Kevanno menahan pintu yang membuat Violyn menutup matanya menahan Emosi. Kenapa pria ini suka sekali membuatnya emosi?

"Mau kemana? "

"Minggir!"

"Saya tanya mau kemana? "

"Ck.. Bukan urusan om! Minggir!"

CUP

Kevanno mengecup dahi Violyn lalu membiarkan Violyn pergi dari kamarnya. Sementara Violyn menatap tajam pria itu. Ia mengangkat tangannya untuk menampar Kevanno.

My Roomate is Duda √ [END] [TERBIT]Where stories live. Discover now