Prolog

2.8K 75 11
                                    

Happy Reading ✨

****

Pengumuman kepada seluruh siswa-siswi, bahwa kepala sekolah telah menetapkan peraturan baru antara lain;

1. Sekolah dimulai pukul 06.00 WIB hingga pukul 18.00 WIB.

2. Tidak boleh ada siswa-siswi yang terlambat, jika kedapatan ada yang terlambat akan diberikan sanksi.

3. Saat hari libur murid-murid tidak perbolehkan untuk mengunjungi orang tua mereka, tetap berada di asrama untuk belajar.

4. Jika ketahuan mengunjungi orang tua akan diberikan sanksi oleh kepala sekolah, yaitu drop out dari sekolah.

5. Siswa-siswi dilarang membully satu sama lain.

6. Tidak ada yang membolos saat pelajaran berlangsung, jika ketahuan ada yang membolos akan diberikan sanksi.

Yang bertanda tangan dibawah ini:


Kepala sekolah. SMA Citra Bangsa

~~~~~

Mading sekolah dipenuhi oleh murid-murid, dari kelas X sampai kelas XII.

Tiara Arunika Euthalia, gadis pintar dan genius di SMA Citra Bangsa menatap tak percaya peraturan konyol itu.

Gadis dengan rambut panjang sepinggang, tubuh yang hanya setinggi 150cm itu menggeram kesal.

Tiara, gadis yang menempati peringkat pertama dari kelas IPA itu mulai menjauh dari kerumunan.

“Tiara!”

Teriakan dari arah belakang, membuat Tiara terpaksa berhenti. Gadis itu membalikkan badannya, menatap seorang gadis cantik dengan mata sipit, rambut panjang sebahu, serta kacamata bulat dimatanya. Dia adalah Rinjani Kirana Larasati, sahabat dari Tiara.

“Kenapa?” tanya Tiara.

“Kamu tau kan peraturan baru sekolah kita?” tanya balik Rinjani.

Tiara mengangguk malas, sudah pasti dia tau tentang aturan konyol itu.

“Aku dengar dari murid yang lain, katanya itu peraturan lama sekolah kita.” Rinjani berkata pelan, seraya sedikit bergidik ngeri.

Tiara menatap gadis itu dengan tatapan bingung, melihat gelagat Rinjani seperti orang ketakutan.

“Kamu kenapa?” tanya Tiara khawatir, melupakan tujuannya untuk bertemu kepala sekolah.

“T--tadi Ra, tadi—”

“Tadi apa?” sela Tiara begitu khawatir.

“T--tadi aku lihat cewek jalan sama kamu, dia makai seragam sama kayak kita juga. Tapi, saat kalian berdua balik. Muka dia penuh sama darah, terus dia kembali jalan menuju ruang kepala sekolah.”

Jawaban dari Rinjani membuat sekujur tubuhnya menegang, gadis itu mulai menatap was-was sekitar.

“Aku jadi merinding gini, ya.” Tiara bergidik ngeri saat merasakan atmosfer yang sedikit dingin.

“Kamu mau ke ruang kepala sekolah?” tanya Rinjani.

“Iya, aku mau ke sana. Kamu mau ikut?” tawar Tiara.

Siapa tahu Rinjani mau, dan itu bisa membuat dia tidak terlalu takut. Ya, mau bagaimana pun juga dia takut sama hantu.

“Oke, aku temanin kamu. Aku tau kalau kamu takut.” Rinjani langsung menggandeng tangan Tiara, dan melangkah menuju ruang kepala sekolah.

Tiara hanya pasrah saja, lagipula tidak apa-apa yang penting ada yang bisa menemaninya.

Kedua gadis itu terus melangkah sampai depan pintu yang bertuliskan R. Kepala Sekolah.

Tiara mengangkat tangannya, dan mulai mengetuk pintu kayu tersebut.

“Masuk!” teriak kepala sekolah dari dalam ruangan.

Tiara tidak langsung masuk, tapi menoleh kearah Rinjani. “Ikut masuk?” tanya gadis itu.

Rinjani tersenyum manis. “Aku tunggu disini aja, kamu masuk sana.”

Tiara membalas gadis itu dengan anggukan, serta senyuman. Setelah itu, remaja tersebut memutar knop pintu hingga terbuka.

Ada perasaan gugup didalam hati Tiara, tapi dia harus memprotes dan bertanya apa aturan ini adalah peraturan lama di Citra Bangsa atau tidak.

Gadis tersebut melangkah dan mendekati meja kepala sekolah.

“Saya sudah tebak, kalau kamu akan datang kesini karena tidak terima dengan aturan itu,” ujar pak Frans.

Tiara hanya tersenyum dan mendudukkan dirinya di kursi depan meja kepala sekolah.

“Tentu, saya keberatan dengan aturan tersebut. Bagaimana mungkin kita sekolah dari jam enam pagi sampai jam enam sore pak? Ini tidak masuk akal menurut saya,” balas Tiara. 

Terdengar helaan nafas dari pak Frans, membuat Tiara jadi semakin gugup.

“Ini peraturan lama, Tiara. Peraturan dari kepala sekolah yang lama, dan ini sudah diberlakukan sejak angkatan ketiga. Jadi, bapak hanya mengikuti saja, dan bapak tidak terima protes apapun!” jawab pak Frans penuh penegasan disetiap kalimatnya.

Mau tidak mau Tiara hanya mengangguk saja, percuma jika dia protes lagi. Tidak ada gunanya, karena kepala sekolah akan tetap pada pendiriannya.

“Kalau begitu saya pamit dulu, mohon maaf kalau saya mengganggu kesibukan bapak.” Tiara menundukkan sedikit badannya, lalu melangkah keluar dengan perasaan sedikit kecewa.

Dia mulai penasaran, dengan siswi yang dikatakan oleh Rinjani. Apa dia adalah alumni sini? Sepertinya, dia harus mencari tau ini.

Tbc.

Hallo guys 👋

Gimana sama prolognya?

Jangan lupa untuk follow, vote, dan komen ya ....

See you next part 👋👋

My School Mystery Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu