Chapter 100 ♗

271 40 4
                                    

Dylan ada di sebelah Wistar. Dan mereka berdua sama-sama sedang berada di ruangan Valias.

Mereka sudah pernah berada di ruangan itu sebelumnya. Juga sudah pernah melihat sekacau apa pemandangan yang ada di sana.

Wistar bertanya sembari memanggil Valias. "Kenapa kau memanggil kami ke sini?"

Valias menyerahkan dua buah kertas pada mereka. Satu untuk masing-masing.

"Mereka." Valias menoleh ke arah kertas-kertas dan buku-buku itu. Membuat gestur yang bisa langsung ditangkap oleh kedua remaja itu. "Mereka tertulis dalam simbol tulisan yang berbeda. Artikan mereka dan bantu aku menyelesaikan semua kertas yang ada di sini. Jika sudah selesai, kita akan membakar mereka."

Kedua mata Wistar membulat. "Bakar?" Lalu dia menyadari hal lain. "Um, bukankah kau sendirilah yang menulis mereka? Kau tidak bisa langsung membaca mereka saja?"

"Untuk mempersingkat waktu." Valias menjawab tanpa melihat ke arah Wistar. Sudah pergi untuk mengambil beberapa kertas yang akan menjadi bagiannya sendiri.

Berbeda dengan Wistar, Dylan sudah mempunyai spekulasinya sendiri. Dia tidak mempertanyakan apapun dan langsung ikut mengambil setumpuk kertas yang akan dia jadikan bagiannya. Wistar hilang tingkah di tempatnya, tidak menyangka Dylan yang kritis akan langsung menuruti ucapan Valias tanpa mempertanyakan apapun. Tapi dia pun mempunyai rasa penasarannya sendiri akan apa sebenarnya yang ditulis Valias di kertas-kertas itu. Dia akhirnya mulai membuat penerjemahannya mengikuti petunjuk yang ada di kertas yang tadi diberikan Valias.

' Elf. Raja meninggal. Seseorang melukai telapak tangannya sendiri. Kepalaku terpenggal. '

Mata Wistar melotot ketika dia menyadari kalimat apa sebenarnya yang baru saja terbentuk dari hasil terjemahannya. "Hei Valias." Dia melihat Valias dengan mata nanar. "Apa ini?"

Valias menaikkan sebelah alisnya.

"Ada apa?"

Wistar mengangkat kertas hasil terjemahannya tadi. "Kau ... kau akan mati?"

Dylan terdiam. Valias di sisi lain mengerutkan kening. "Apa?"

"Itu isi tulisannya." Wistar berkata dengan suara nyaris bergetar. "A- Atau, ini bukan tulisanmu? Ini bukan tulisanmu, kan? Bukan kaulah yang menulis ini makanya kau meminta bantuanku dan Dylan untuk menerjemahkan mereka. Begitu kan?"

Valias terdiam.

Dia kira Norra akan mengatakan sesuatu tapi remaja itu tidak mengatakan apapun. Valias berucap. "Lanjutkan dulu saja."

"Lanjutkan? Mana bisa aku begitu saja melanjutkan?" Kedua mata Wistar terbuka lebar. "I- Ini, ini tentang kau." Suaranya gemetar. "Kecuali kau memberitahuku kalau ini bukan sungguhan tulisanmu maka baru aku bisa tenang."

Dylan menunggu respons Valias. Valias membuat pertimbangan bagaimana dia akan merespon. "Bukan aku yang menulis mereka."

Raut wajah Wistar rileks sedikit. "Bukan kau?"

"Hm."

"Sungguh bukan kau?"

"Bukan."

Wistar menghembuskan napas lega sedikit. Dia meraih sisi kiri dadanya, mengetahui betapa tegang dirinya tadi. "Yasudah kalau begitu."

Wistar melanjutkan pekerjaannya yang tadi tertunda sedangkan Dylan tidak kunjung melepaskan matanya dari Valias di kejauhan. Memiliki dugaannya sendiri dan tidak tau perasaan seperti apa yang seharusnya dia miliki.

Valias teringat dengan apa yang pernah diucapkan Norra.

"Jangan menjanjikan sesuatu yang tidak pasti."

[HIATUS] Count Family's Young Master 백작가의 젊은 주인Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang