Chapter 7. Naughty Lil' Cactus

41 8 3
                                    

Kelebat perak menyilaukan penglihatan Eylam sebelum Scythe menebas tubuhnya dan tubuh Shervin. Secara refleks dia mendekap animaginya dan melapisi tangan yang melindungi kucing itu dengan mana elemen logam. Sayangnya, Scythe yang menyerang mereka adalah senjata spiritual sehingga langsung memotong energi kehidupan. Senjata itu tidak melukai Eylam tetapi menusuk dada Shervin.

"Ingat janjimu." Suara Shervin terdengar seperti gema surgawi. Tubuhnya berubah menjadi gadis berselimutkan cahaya keemasan. Dia menyentuh artefak yang tergantung di telinga Eylam kemudian buyar menjadi jutaan titik cahaya.

Sebelum penyihir itu mampu memahami apa yang sudah terjadi, tangannya sudah kosong karena kucing hitam yang selalu menemaninya sudah tidak ada lagi. Yang tersisa adalah Scythe pencabut nyawa yang ikut lenyap setelah terlapisi cahaya emas. Selama sesaat, atmosfer terasa dingin dan hampa. Padahal, badai sihir hitam sudah berlalu dan langit kembali berubah biru.

"Shervin?" gumam Eylam dengan tangan gemetar. Semuanya terjadi sangat cepat sehingga pikiran penyihir itu langsung kosong. Dia menoleh ke arah wanita bergaun putih di hadapannya dengan bola mata memerah.

"Ketika mendatangi tempat ini, kamu harus datang seorang diri. Apa kamu keberatan? Apa kamu mau melawanku?" wanita itu bicara santai dengan senyum ramah melengkung indah di wajah cantiknya. Kontras dengan isi pembicaraan yang diucapkan.

Tentu saja Eylam keberatan. Pemuda itu merasakan amarah membakarnya dibarengi dengan kesedihan yang mendalam. Sayangnya, saat itu juga, denting lonceng memasuki kepalanya lalu meneduhkan bara amarah. Di saat yang sama, dia teringat akan janjinya pada Shervin.

Tetap patuh! Perintah itu menghentikan tangannya yang sudah menyentuh kantung dimensinya untuk mengambil chakra. Tidak bisa menggerakkan badannya meski ingin berbuat brutal, Eylam merasa dadanya menjadi panas serta cairan hangat menggenang di matanya.

"Apa kamu ingin membalasku karena sudah membunuh kekasihmu?" tanya wanita itu lagi sambil melangkah mendekat. Senyum ramah masih menghiasi bibirnya. Kaktus kekanakan yang digendongnya terlihat menyeringai gembira.

Eylam memalingkan wajah dari wanita itu kemudian menarik nafas berat beberapa kali. Dia fokus mendengarkan bunyi lonceng yang menenangkan hingga sanggup membuka mulut lagi. "Tidak," jawabnya singkat. Ketika mengucapkan satu kata itu, jiwanya terasa mati sekali lagi.

Sang wanita tersenyum sumringah, dia semakin mendekati Eylam dengan kaktus lucu di tangannya. "Kamu ternyata anak baik. Apa kamu mau membantuku menjaga Lil' Cactus? Aku akan memberimu hadiah jika anak ini menyukaimu."

Eylam masih tidak mau menoleh ke arah wanita yang memancing murkanya. Seluruh badannya kaku. Sialnya dia terpaksa bicara. "Iya," ucapnya datar.

"Baguslah!" kata wanita penjaga Cactus Pond ceria. Dia menyodorkan Lil' Cactus dan Eylam menerimanya. Duri-duri Lil' Cactus langsung menusuk sehingga penyihir itu melapisi tangan dan dadanya dengan sihir logam.

"Aku pergi dulu. Besok aku akan datang lagi." Wanita itu menghilang.

Setelah itu, barulah Eylam bisa menenangkan ketegangannya akibat emosi. Dia menoleh ke kaktus di tangannya. Meski kaktus itu memandanginya dengan mata bulat yang lucu, hati pemuda itu tidak tergerak. Dia malah ingat pada halusnya bulu Shervin dan indahnya sepasang mata zamrud animaginya.

Mungkin karena bisa mendeteksi rasa tidak suka Eylam padanya, Lil' Cactus langsung cemberut. "Maaa?" panggilnya dengan suara melengking ala balita. Pengasuhnya tidak menyahuti dan hanya membawa kaktus itu duduk di dekat oase. Setelah diabaikan, monster itu mulai bertingkah.

Makhluk itu tiba-tiba menduplikasi diri menjadi banyak. Dalam sekejap, area Cactus Pond dipenuhi dengan lil' Cactus yang memfokuskan pandangannya pada Eylam. "Tcebaaaak!" teriak seribu monster kaktus itu bersamaan dengan suara cadel.

Crimson Under SunsetDonde viven las historias. Descúbrelo ahora