Part 03

24.8K 1.4K 7
                                    

Biasanya para Nyonya akan dengan bangga menunjukkan wajah mereka ketika menghampiri kantor sang suami. Namun, berbeda dengan Aluqa yang menyembunyikan wajahnya dari status istri Tuan Cherestio. Tidak banyak yang tahu jika Aluqa sudah bersuami, terlebih saat acara pernikahan, wajah Aluqa ditutup dengan renda putih.

Dengan berganti pakaian menjadi seperti seorang Office Girls, barulah Aluqa bisa bergerak setelah menutup wajah menggunakan masker. Orang yang lewat mengabaikan keberadaan Aluqa, sungguh ini jalan yang mudah, tidak seperti kantor yang memiliki keamanan yang tinggi.

Ketika Aluqa masuk ke lift, dia bersama karyawan pria dan wanita yang tengah membicarakan bos mereka. Kuping Aluqa memanas karena namanya juga ikut disebut, dan Aluqa tetap diam dalam penyamaran.

“Pak Jun setiap hari membawa wanita yang berbeda, kenapa istrinya tidak marah, ya?”

“Istrinya itu putri sulung dari Pak Pastra Majivakra, iya, 'kan? Dia menghilang dua tahun yang lalu, dan kembali menjadi istri Pak Jun. Aku penasaran sosoknya seperti apa.”

“Rumornya dia itu jelek, kalau tidak mana mungkin Pak Jun masih main-main dengan wanita lain. Lagian pernikahan mereka itu cuman karena hubungan bisnis.”

“Kau benar, romor Nyonya Aluqa selalu jadi gosip panas di kantor ... dan menjadi bahan ejekan.”

Mereka pun tertawa, membayang-bayangkan wajah Aluqa dengan deskripsi manusia terjelek di dunia. Di antara mereka mengatakan akan meludahi wajah Aluqa jika bertemu kelak, karena yang mereka yakini, Aluqa adalah sosok wanita tertindas, dinilai dari bagaimana dia diam saja akan Jun yang bebas bermain sana-sini.

‘Kurang aja.’ Aluqa kesal namun dia berhasil menahan diri untuk tetap mengabaikan semua orang. Saat lift terbuka, karyawan yang menghina Aluqa tadi keluar masih dengan tawa mereka.

Pintu lift kembali tertutup, kini hanya ada dua orang di dalam; Aluqa dan satu pria yang juga menutup dirinya.

“Anda tidak apa-apa, Nyonya?” ucap pria itu.

Aluqa menoleh ke belakang, pria itu melepas segala aksesoris yang menutup wajahnya dan tersenyum ramah.

‘Kenapa dia masuk ke lift ini?’ pikir Aluqa. Seharusnya dia masuk lewat lift yang sama yang dikhususkan untuk Jun,  karena dia adalah sekretaris Jun, Zin.

“Kenapa kau di sini?”

“Saya mengikuti Nyonya, tadi saya melihat Anda masuk.”

Oh, pantas saja Aluqa dengan mudah meyusup, ternyata Zin mempermudah jalannya dengan menyuruh satpam untuk membiarkan Aluqa masuk melalui telepon.

Zin membungkukkan sedikit tubuhnya, memberikan hormat pada wanita yang menyamar sebagai Office Girls. “Ini kunjungan pertama Anda ke kantor, saya akan membimbing Anda.”

Aluqa menggelengkan kepala. “Aku sudah mendapat info ruangannya, aku pergi sendiri saja, dan ... ada yang ingin kubicarakan dengannya.”

“Baiklah.”

Pintu lift kembali terbuka, Zin membiarkan Aluqa keluar sedangkan dirinya tetap berada di dalam lift. Seiring langkah Aluqa, Zin menatap punggungnya lekat dengan tatapan sedih dan sakit. Wanita yang dulu ia dambakan sudah tidak bisa ia raih.

Seandainya, seandainya Zin berasal dari keluarga terhormat, mungkin sejak masa mereka SMA dia akan mengutarakan perasaannya. Ya, Zin juga merapakan teman kelas masa SMA, bersama Aluqa dan juga Jun.

Terbayang oleh Zin dengan apa yang dikatakan oleh Jun sembilan tahun yang lalu, saat mereka masih berusia 17 tahun. Sahabatnya itu menentang Zin yang hendak mengutarakan perasaan. “Aku beri tahu kau satu rahasia tentang Aluqa,” ucap Jun.

Zin mengernyit penasaran, dia tertarik dan tidak sabar mendengar lanjutan gerak bibir Jun. “Apa?” tutur Zin menggebu.

“Aluqa berasal dari keluarga konglomerat Majivakra. Dia menyembunyikan identitasnya ... orang rendah seperti kita tidak mungkin bisa mendapat restu orang tuanya.”

Entah apa yang membuat Jun menakuti Zin seperti itu. Tapi ternyata yang dikatakan Jun memang benar. Dan setelah Jun menaiki kursi kebesaran yang berhasil ia rebut dari sang paman, barulah Zin tahu, jika Jun sama saja dengan Aluqa, sama-sama menyembunyikan siapa mereka yang sebenarnya.

Sesuatu yang lebih menyakitkan lagi, Zin akhirnya tahu alasan Jun menentangnya waktu itu. Sayangnya saat ini Jun merahasiakannya dari siapapun, hanya Zin yang tahu.

“Sialan! Dasar Jun licik!” umpat Zin, memukul dinding lift dan setelahnya tertawa sumbang. “Tapi karena si licik itu aku mendapat pekerjaan.”

Bersambung....




Seindah MawarDonde viven las historias. Descúbrelo ahora