Part 05

23.9K 1.1K 3
                                    

Marah, kecewa, sakit hati, semua itu mengiringi langkah cepat Aluqa yang berusaha menahan sosok lemahnya, meneteskan setetes air mata setelah sampai di toilet dan mengunci pintu.

Aluqa menarik napas dalam, menenangkan diri agar tidak hanyut dalam emosi. Ia tatap wajahnya di cermin, kemudian dia tertawa melihat mata yang memerah tak membiarkan ada tetesan air yang jatuh lagi.

“Apa ini? Aku menangis karena dia mengabaikanku?” Aluqa mengejek dirinya sendiri. Ah, lucu sekali. Tapi selanjutnya bagaimana nama Aluqa tidak dipandang sebagai sosok yang cacat?

Ia mengusap wajahnya frustrasi, bagaimana jika berita ini didengar oleh orang yang Aluqa suka? Dan bagaimana setelah dia bercerai dengan Jun, tidak ada lagi lelaki yang hendak meminangnya?

Aluqa berbalik membelakangi cermin, sekarang dia tidak hanya membenci Jun, tetapi sangat benci!

Baru hendak ingin keluar dari toilet, Aluqa mengurungkan niatnya–ketika mendengar suara karyawan yang tengah bergosip. Entah sejak kepan dia begitu peduli dengan namanya, yang jelas dia serasa ingin meledak sekarang.

Sekali lagi Aluqa menarik napas panjang. “Tenangkan dirimu, Aluqa. Mereka hanya tahu namamu, tidak dengan wajahmu.” Dengan mengelus dada serta berulang-ulang menarik napas panjang, Aluqa berhasil menahan diri sampai karyawan yang bergosip itu pergi.

Tadinya dia ingin menjambak rambut mereka.

Setelah kembali ke mobil di basement, Aluqa mengganti pakaian. Dia akan pulang, di depan bibi dan sepupu Jun, Aluqa ingin menunjukkan bahwa dia tidak hanya sekedar wanita berantakan.

“Hai, bagaimana pembicaraanmu dengan Jun?”

Kepulangan Aluqa langsung disambut dengan ibu-anak yang duduk santai tanpa rasa segan di rumah orang. Aluqa mengulas senyum, sambil melewati mereka Aluqa menyindir, “Kenapa kalian ingin tahu sekali?”

Ya, kenapa? Kehadiran mereka ini sangat mengganggu kenyamanan Aluqa. Bahkan Aluqa sampai terprovokasi oleh omongan Kimberly.

Aluqa berhenti melangkah sebelum menaiki tangga, tubuhnya berputar sedikit dengan kepala yang menoleh ke arah Kimberly. Dahi Aluqa mengernyit, menatap mereka lama tanpa bersuara. Hal itu membuat Kimberly risi.

“Ada apa?” tutur Kimberly, mencoba tersenyum sebaik mungkin walaupun dalam hati sedang mengumpati tatapan Aluqa yang seakan ingin menelanjanginya.

Aluqa tidak merespons, dia memilih mengabaikan Kimberly dan kembali melanjutkan langkah menaiki anak tangga.

‘Wanita itu!’ jerit Kimberly dalam hati. Lebih baik beradu mulut, dari pada mendapat respon seperti Aluqa. Menyebalkan, dan seperti memperjelas setatus Kimberly yang seharusnya.

Ini rumahku, bersikaplah selayaknya tamu.

Kimberly membaca tatapan Aluqa seperti itu. Atau memang itu maksud Aluqa? Entahlah.

“Ma, kerutan di matamu terlihat jelas,” tegur Idris, sebab Kimberly menekuk wajahnya.

Kimberly sontak kaget, bergerak cepat menuju kaca lemari yang menunjukkan bayangannya. Dia panik. Kimberly benci kerutan. Walaupun itu sudah faktor umur, Kimberly berusaha menolaknya dengan berbagai macam operasi kecantikan.

Karena bayangannya tidak jelas, dia memprotes Idris. “Kau bercanda, 'kan, Idris?”

Idris mengangkat bahu kemudian menggelengkan kepala. Kimberly semakin panik, dan berlari ke kamar untuk melihat dirinya melalui cermin langsung.

Idris menyandarkan kepalanya di sofa, membayangkan wajah Aluqa sebagai istri masa depannya.

“Pasti ... mereka pasti tidak saling mencintai,” gumam Idris, tersenyum lebar karena menurutnya dia memiliki harapan untuk memenangkan hati Aluqa.

Pernikahan bisnis, itu hal normal bagi orang kaya. Idris meyakini itu, dan menjadi keyakinannya untuk terus melangkah.

“Setelah aku mendapat kedudukan Jun, orang tua Aluqa akan menawarkan Aluqa padaku. Ya, bisnis lah yang menjadi landasan mereka menyerahkan Aluqa.”

Bersambung....




Seindah MawarDonde viven las historias. Descúbrelo ahora