Part 06

22.6K 1.1K 1
                                    

Di waktu matahari tenggelam sempurna, seorang pria gagah pulang ke rumah. Ini sudah waktunya jam makan malam, Jun memutuskan untuk makan terlebih dahulu karena ia yakin Aluqa sudah berada di meja makan.

Sepanjang langkahnya, Jun merasa ada yang janggal. Dia mendengar suara ramai yang bukan merupakan suara Aluqa. Jun berhenti melangkah ketika Aluqa tiba-tiba sedikit berlari menghampirinya.

“Jun, kenapa terlambat? Kami sedang menunggumu.” Aluqa menyambut Jun dengan senyuman hangat yang jarang Jun lihat. Aluqa membantu Jun melepas jasnya serta mengambil alih tas yang Jun pegang.

Kuning Jun mengernyit. Apa Aluqa sedang mabuk? Sebelumnya wanita itu selalu tak acuh, Jun bagaikan pria tak beristri. Dan lagi, apa maksudnya dengan kami?

Jun berkedip cepat beberapa kali, senyum hangat Aluqa malah menimbulkan kesan horor baginya.

“Kau-”

“Ah, ayo cepat Bibi dan Idris sedang menunggu.”

Jun menoleh ke meja makan yang berbeda dari tempat biasanya ia dan Aluqa makan. Pantas saja Jun tidak melihat ada tamu, karena mata Jun tidak ke arah sana.

Dan sikap Aluqa, apa dia sedang berakting? Sepertinya iya.

Berdampingan dengan Aluqa, Jun duduk di meja makan yang telah diisi dua orang. “Kapan Bibi datang?” tegur Jun tetebih dahulu. Sedangkan Aluqa sibuk meletakkan makanan di piring Jun layaknya istri idaman.

“Tadi siang,” jawab Bibi Kim namun matanya mengikuti gerak Aluqa yang tak ia duga. Kimberly kira hubungan mereka buruk sebab Jun yang sering bersama wanita lain.

Baiklah, Kimberly mencoba untuk blak-blakan. Lagian dia datang ke sini bertujuan untuk memprovokasi Aluqa.

“Hubungan kalian baik-baik saja, ya? Padahal Jun ....” Kimberly menjeda, dia sengaja sebab tanpa dilanjutkan pun pasti mereka sudah mengerti apa yang dimaksud Kimberly.

Dia melihat reaksi suami-istri itu. Jun tampak biasa sedangkan Aluqa tersenyum pahit seakan dia adalah istri yang tersakiti.

“Walaupun Jun sering main dengan wanita lain, aku tetaplah istrinya, Bik. Aku akan bertahan sebab pernikahan ini menghubungkan bisnis keluarga.”

Perut Jun serasa diaduk, bolehkah dia muntah sekarang? Makanan di mulutnya menjerit ingin diterbangkan. Jika dia tidak menahannya, muka Idris akan belepotan dengan nasi.

Ehem, Jun berdehem, menutup mulutnya dengan tangan kiri kemudian tangan kanan mengambil gelas air lalu meminumnya.

Jangan pernah sentuh aku, aku bukan istrimu. Tiba-tiba perkataan Aluqa di malam pertama terngiang di telinga Jun.

“O-oh, begitu.” Kimberly sulit berkata-kata. Dia semakin bingung akan langkah yang akan ia ambil selanjutnya. Kenapa sikap Aluqa berubah-ubah? Tadi wanita ini tak tampak lemah. Ke mana wanita yang super menyebalkan tadi.

Kimberly berpikir keras. Apa Aluqa bersikap baik hanya di depan Jun? Jadi Aluqa begitu peduli atas pandangan Jun? Kalau Aluqa pasrah akan segala tidakkan Jun, Kimberly tidak bisa memanfaatkan Aluqa dalam rencananya.

Semakin dipikir kepala Kimberly semakin sakit.

“Mah.” Idris menginjak kaki Kimberly yang melamun. Mamanya sedang diperhatikan oleh Jun dan Aluqa karena Kimberly tidak merespons pertanyaan Aluqa.

“Ah, iya, apa?” jawab Kimberly.

“Bibi baik-baik saja?” Aluqa menunjukkan wajah khawatir.

‘Hentikan ektingmu sialan! Kau tidak selembut ini tadi,’ batin Kimberly memaki.

“Bibi agak pusing. Kalian lanjutkan saja, Bibi mau istirahat.”

Kimberly beranjak dari tempat. Selanjutnya Idris juga pergi. Tinggalah Jun dan Aluqa. Jun menoleh ke Aluqa dengan tatapan ikan mati yang sulit di gambarkan.

“Apa?” sahut Aluqa.

“Tidak ada.” Jun kembali fokus menyantap hidangan. Dia tidak akan bertanya akan alasan Aluqa melakukan drama seperti tadi. Namun satu hal yang ia tangkap, Aluqa menyadari kedatangan mereka ada maksud yang buruk, walaupun dia tidak tahu apa itu.

Bersambung....






Seindah MawarWhere stories live. Discover now