15. ibu?

6.1K 716 153
                                    

Hal yang pertama yang dirasakan oleh Jihoon adalah kepalanya benar-benar pusing luar biasa, matanya mengerjap pelan merasakan setitik cahaya yang masuk, saat akan menggerakkan sebelah tangannya Jihoon kesusahan, pemuda itu panik ketika tak bisa menggerakkan satu tangannya namun saat membuka mata Jihoon langsung menatap datar pada satu manusia yang sedang tertidur menggunakan tangan Jihoon sebagai bantal, sialan.

Merasakan ada pergerakan Junkyu menggeliat pelan, pemuda bermarga Kim itu melihat Jihoon yang sudah terbangun, buru-buru ia sedikit mundur ketika melihat bahwa kini Junkyu tanpa sadar tertidur dengan tangan Jihoon sebagai bantalan.

"Kau sudah bangun?" Tanya Junkyu basa-basi.

"Buta mata lo?" Tanya si manis sewot, Jihoon berdecih pelan melihat wajah Junkyu, kenapa saat terbangun hal yang pertama kali Jihoon lihat adalah Junkyu? Kenapa tidak orang yang lebih tampan sedikit, ini baru juga buka mata Jihoon rasanya langsung darah tinggi

"Kenapa kau menatapku seperti itu?"

"Dih, najis" cibir Jihoon memalingkan wajah.

Junkyu menatap datar pada si manis, kenapa orang-orang begitu sentimen padanya? Tidak Haruto, tidak Jihoon keduanya sama saja.

Apakah benar wajah Junkyu semenyebalkan itu?

"Ngapain lo disini?"

"Aku hanya menuruti keinginan adikku untuk menjagamu, memastikan bahwa kau hanya pingsan bukan mati"

Junkyu perlahan berdiri, pemuda itu ternyata masih pincang, kakinya juga diperban.

Tanpa sepatah katapun Junkyu keluar sedikit menyeret kakinya, namun langkah si Kim terhenti diambang pintu ketika mendengar suara Jihoon yang meneriakinya.

"Makasih om galak" kata Jihoon terdengar pelan namun masih didengar oleh Junkyu, si Kim tampak termenung mendengar kata terimakasih yang jarang sekali ia dengar.

Dari kecil Junkyu memang tak pernah diajarkan untuk mengucapkan kata tolong, terimakasih dan maaf tiga kata itu terdengar masih tabu ditelinga nya, mungkin karena orangtua mereka juga tak menerapkan hal tersebut.

Melihat Jihoon yang terus menatapnya dengan mata boba yang berbinar lucu, Junkyu hanya terkekeh kecil, pemuda itu lantas melanjutkan langkahnya tak lupa menutup pintu kamar si Park.

Om galak, julukan itu sepertinya bagus untuk Junkyu dari Jihoon, entah kenapa terdengar lucu dan menggelikan.











***********





"Apa kau belum juga mendapatkannya?"

Ruangan tampak begitu hening, Haruto memeluk tubuh Jeongwoo dari belakang, menyimpan dagunya diatas pundak lebar si dominan.

"Kenapa identitas keluarga Jihoon begitu sulit untuk dicari?"

Tangan Jeongwoo terulur untuk menyentuh tangan si manis yang melingkar dilehernya, ditariknya tangan itu pelan kemudian Jeongwoo menepuk pahanya meminta Haruto untuk duduk diatas pangkuannya.

"Ayahnya orang Jepang dan ibunya sudah lama menetap di Australia, identitas keduanya sulit untuk ditemukan karena setiap kembali ke Korea mereka tak pernah memakai nama asli mereka, sulit untuk mencarinya namun satu yang dapat aku pastikan adalah, mereka setara dengan kakakmu"

Haruto mengalungkan tangannya dileher si dominan, si manis mencium sekilas bibir milik Jeongwoo.

"Berarti Jihoon berasal dari keluarga berada? Tapi kenapa mereka tak menyadari kalau anak mereka tertukar, seharusnya bukan hal sulit untuk mereka bisa menemukan Jihoon secepatnya"

Only Mine [SELESAI]Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ