35

2.2K 238 19
                                    

Kepergian Greeci untuk selamanya memanglah kesedihan yang mendalam. Namun, kehidupan harus tetap berjalan untuk mereka yang di tinggalkan. Begitu juga dengan Adzean, meski ia masih begitu merasa sedih karena merasa gagal menanganinya dan tidak bisa menyelamatkan adik pantinya itu.

Ibu Ayu mengerti apa yang Adzean rasakan, akan tetapi beliau juga tidak suka melihat Adzean terus larut dalam kesedihan. Terlebih saat ini Adzean juga memiliki tanggung jawab sebagai suami dan calon Ayah. Sebisa mungkin, Ibu Ayu memberi nasehat dan semangat untuk Adzean hingga akhrinya Adzean perlahan kembali seperti semula .

Marsha, sebagai seorang istri juga mengerti apa yang suaminya rasakan. Ia juga merasa kehilangan dan sedih, meski belum terlalu mengenal Greeci. Ia bahkan tidak ingin menggangung waktu berkabung sang suami dan beberapa kali bepergian tanpa sang suami.

Namun, apakah hari ini Marsha juga harus melakukan check up kandungan tanpa sang suami ?

"Sayang, hari ini jadwal kamu check up kan ?" suara Adzean terdengar dari arah tangga.

Marsha yang berada diruang keluarga tidak jauh dari tangga, sontak menoleh. "Iya, tapi kayanya aku dateng agak siang deh. Nungguin Tante Ratna ,"jawabnya.

Adzean sedikit menaikan alisnya dan mempercepat langkah kakinya. "Kenapa nggak sekarang aja ? mumpung aku belum berangkat ,"ucapnya, mengambil duduk disamping Marsha.

+CUPS+

Adzean mencium dan memberikan usapan lembut diatas perut sang Istri.

"Ya udah, kalau kamu mau anter .Aku siap siap sekarang ,"ucap Marsha, menyisir lembut rambut sang suami.

"Bentar bentar. Kok kamu ngomong gitu ? " tanya Adzean dengan wajah bingungnya. "Kesanya, aku nggak mau anter gitu ,".

"Bukan gitu, aku takut ganggung kamu aja ,"jawab Marsha.

Adzean berdecak kecil. "Ya nggak lah, aku suami kamu loh kalau kamu lupa ,"ucapnya.

"Iya iya, maap ya papa mochi ,"ucap Marsha, mencubit gemas kedua pipi sang suami yang terlihat semakin berisi itu.

Bagaimana tidak berisi, makanan yang Marsha beli hanya dicicip sedikit dan sisanya Adzean lah yang memakan makanan itu.

*

****

Check up kandungan kedua dengan hasil yang diharapkan, membuat Adzean dan Marsha tersenyum begitu merkah. Janin berkembang begitu baik dan sehat, akan tetapi Marsha diharuskan untuk mengambil waktu istirahat lebih banyak. Karena bagaimana pun, usia kehamilan masih begitu muda dan rawan.

"Tuh ,dengerin kata Dokter. Istirahat ,"ucap Adzean, seolah ia sudah berkali kali menyuruh sang istri banyak banyak istirahat. Karena kenyatanya, Adzean selalu menuruti jadwal kegiatan Marsha dengan catatan selalu memberinya kabar.

Srek.... Achel menyodorkan secarik kertas. "Ini resepnya masih sama , jangan lupa di tebus ya ..,"ucapnya.

"Siap bu Dokter ," Adzean mengambil resep obat yang Achel tuliskan. "Sayang, nggak ada keluhan kan ?" tanyanya, pada sang istri.

Marsha menggeleng. "Enggak kok, "jawabnya.

Adzean mengangguk samar dan check up kandungan pun selesai. Ia dan Marsha pun meninggalkan ruangan Achel .

"Oh iya, nanti malem kita makan diluar aja ya. "ajak Adzean sembari berjalan menuju perkiran mobil, karena Pak Supri sudah datang untuk menjemput Marsha.

"Boleh, tapi tumben banget ngajak makan diluar ? 'heran Marsha.

Adzean mengulum senyumnya, mencium punggung tangan Marsha yang ia genggam. "Mau pacaran aja sih , hehe ,"jawabnya.

Be With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang