52

2.5K 228 23
                                    

"Lama lama sebelas dua belas sama Kakek kamu tuh, "ucap Marsha yang terlihat duduk dengan nyaman disamping bangku kemudi Adzean. "Tiba tiba dateng, nggak kasih kabar dulu. Untung lokasinya bener ,"lanjutnya, menatap sang suami yang sibuk mengemudi.

Adzean mengulas senyumnya. "Harusnya seneng dong, kalau suaminya jemput. Berarti ada waktu buat anak istrinya ,"ucapnya.

"Iya sih, tapi ya tetep aja kaget ,"ucap Marsha, mempoutkan bibirnya.

Adzean sejenak menoleh pada Marsha dengan senyum tipisnya. "Oh iya, ada sesuatu buat kamu ..,"ucapnya, mengambil sebuah amplop putih disamping tangan kirinya.

"Apa nih, uang belanja tambahan kah ?" Marsha bertanya tanya, sembari membuka amplop pemberian sang suami.

Hening, suasana mobil yang Adzean kemudi mendadak hening karena Marsha sibuk dengan isi amplop yang ia berikan. Namun, tidak lama suasana hening itu sedikit gaduh karena Marsha.

"Mas...ini beneran ? "Marsha menunjukan isi amplop yang tidak lain isi tiket trip ke Jepang selama satu minggu. "Ka- kamu beneran ngajak aku ke Jepang ?" tanyanya.

Adzean mengangguk dengan senyumnya. "Suka nggak ?" tanyanya, sejenak menoleh pada Marsha.

"Suka banget...," jawab Marsha dengan rasa bahagianya.

"Kita ke tempat Achel dulu ya, kita check sekali lagi sebelum berangkat ...,"ucap Adzean, kemudian membelokan kemudinya kembali ke rumah sakit untuk bertemu dengan Achel. Karena sebelumnya, ia sudah membuat janji dengan Achel jika sore ini ia akan datang bersama Marsha sebelum melakukan perjalanan ke Jepang.

**

Dengan setia tanpa melepas tautan tanganya, Adzean mendampingi Marsha yang tengah melakukan pemeriksaan hingga pemeriksaan itu selesai. Dan kini keduanya kembali dalam perjalanan pulang, setelah mengambil obat obat yang Achel resepkan untuk Marsha selama di Jepang nanti, mengingat perjalannan mereka kali ini bertepatan dengan musim dingin.

"Kamu mau beli sesuatu nggak ?...mumpung kita belum dekat rumah ,"Adzean menoleh pada Marsha, sejenak.

Marsha sedikit menautkan kedua alisnya, berfikir. "Eum..boleh deh, kali aja ada yang ingat ,"jawabnya.

Mendengar jawaban sang istri, Adzean pun memutar kemudinya menuju supermarket .Sedangkan Marsha yang duduk disampingnya terlihat sibuk mencatat apa yang akan mereka beli nanti. Dan tidak terasa, keduanya telah tiba di supermarket.

Seperti biasa, Adzean selalu mendorong troli belanja dan membiarkan Marsha berjalan disampingnya sembari mengapit lenganya. Keduanya mulai terbiasa melakukan hal itu, tidak seperti di awal pernikahan mereka karena saat itu pernikahan mereka masih di rahasiakan.

"Mas..Mas, bentar deh ..,"Marsha menahan Adzean.

Adzean menoleh dengan wajah bingungnya. "Kenapa Yang ?" tanyanya.

"Itu bukanya Kathrin sama Dokter Ollan ya ?" Marsha menunjuk Kathrin dan Ollan yang berlawanan arah dengan Mereka.

Adzean menatap Ollan dan tidak lama ia tersenyum. Karena melihat gelagat Ollan, ia yakin jika Ollan tidak hanya pergi menemani Kathrin berbelanja.

"Kath...,"Marsha memanggil Kathrin, sembari melambaikan tanganya.

Kaget, Kathrin tentu saja kaget melihat Marsha .Namun, tidak ada pilihan lain selain menghampiri Marsha bersama Adzean. Dan mungkin ini juga waktu yang tepat untuknya memberi tahu Marsha tentang status barunya bersama Ollan.

Sementara itu di lain tempat, tepatnya dikediaman Keluarga Wijaya lantai tiga.

Ketegangan kembali terjadi antara Tante Ratna dan Kakek Wijaya, karena Kakek Wijaya tetap tidak menyetujui keputusan Tante Ratna yang akan memindahkan Kathrin ke Belanda. Meski Tante Ratna sudah bersimpuh dihadapan Kakek Wijaya agar menyetujui keputusanya.

Be With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang