II13II

56.7K 1.7K 1
                                    

Selamat Membaca

~0~

Violyn terbangun tidurnya. Mata indah itu mengerjap-ngerjap menyesuaikan cahaya yang masuk. Perlahan-lahan violyn duduk di kasur itu dan Menyenderkan kepalanya di headboard kasur sambil memejamkan matanya sejenak. Namun tiba-tiba Violyn kembali membuka matanya dan mencari handphonenya. Ketika sudah mendapatkan Hpnya Violyn membukanya dan..

"GUEE TELAT ANJING! BANGSAT GAK ADA YANG BANGUNIN GUEE! MAMIII!"

Violyn berlarian dan teriak kalang kabut melihat jam sudah menunjukkan pukul 07.30. Yang artinya ia kesiangan dan akan terlambat jika pergi ke sekolah sekarang. Bahkan ia tak sadar jika Kevanno melihatnya di ambang pintu.

"Sampai kapan kamu akan berlarian seperti itu?"

Damn! Violyn berhenti di tempat kala mendengar suara bariton itu. Kepalanya menoleh ke arah pintu dan terlihatlah Kevanno yang berdiri sambil memgang nampan berisi makanan dan segelas air.

"Om Kevan?" Gumam Violyn melihat Kevanno berjalan menghampirinya.

Pria itu meletakkan nampan di atas meja dan menarik tangan Violyn lembut lalu mendudukkan gadis itu di kasur. Kevanno mulai menyendokkan makanan itu dan menyodorkannya ke mulut Violyn.

Sementara Violyn menatap pria di depannya ini rumit. Ada perasaan aneh yang menyelimuti hatinya saat Melihat Kevanno.

"Makan"

Violyn tersadar dari keterdiamannya, "Ah..aku bisa makan sendiri Om" Violyn yang ingin mengambil piring dari tangan Kevanno, di cegah pria itu dengan menjauhkan piringnya.

"Saya suapi, kamu cukup buka mulut dan kunyah" Ucap Kevanno lembut namun tetap datar.

"Aku bisa sendiri om" Balas violyn yang masih sabar.

"Tangan kamu luka" Ujar Kevanno melirik lengan Violyn.

Violyn yang mendengar itu berdecak kesal, "Plis deh! Yang luka tangan kiri aku om! lagian kalau buat makan aku masih bisa kok"

Kevanno sama sekali tak mengidahkan Ucapan Violyn, "Saya tidak terima penolakan!"

"Ini namanya pemaksaan!" Ketus Violyn memalingkan wajahnya ke samping.

"Makan, atau saya suapi kamu dengan cara saya sendiri!" ancam Kevanno yang membuat violyn terpaksa membuka mulutnya. Ia bukan gadis bodoh yang tidak mengerti maksud Kevanno.

"Pemaksa!" Cibir Violyn setelah menelan makanannya.

Sesuap, dua suap, tiga suap..akhirnya makanan itu pun habis. Kevanno dengan telaten memberi Violyn minum bahkan memaksa gadis itu meminum obat yang katanya untuk meredakan rasa nyeri. Lagi-lagi Violyn terpaksa meminumnya.

"Saya udah izinin kamu sekolah selama 2 hari. Dan hari ini mama saya akan mengantar Alvaro kemari. Bocah kecil itu merindukanmu" Setelah mengucapkan itu Kevanno beranjak pergi sambil membawa nampan yang berisi piring bekas makan Violyn tadi.

"Kenapa om gak bangunin aku sekolah tadi?" Tanya Violyn membuat Kevanno kembali berbalik dan melihat ke arahnya.

"Kamu lagi sakit!" tegas Kevanno membuat Violyn jengah.

"Tapi seharusnya om bilang dulu ke aku! jangan seenaknya izinin aku! Hari ini aku ada ulangan tau gak?!"

Kevanno menghela napas pelan dan mendekat ke arah Violyn. Dengan satu tangan yang memegang nampan, satu tangannya lagi ia gunakan mengelus lembut kepala Violyn. "Saya udah ngomong sama guru kamu soal itu, dan ulangannya diganti hari lain setelah kamu masuk sekolah"

Setelah mengucapkan Itu Kevanno benar-benar pergi meninggalkan violyn yang menatapnya datar.

"Dasar pemaksa! Seenaknya aja izinin gue sekolah! Lagian bisa-bisanya guenya juga nurut-nurut aja! Kayaknya gue mulai gila!" gerutu violyn memandang punggung Kevanno yang menjauh dan mulai tak terlihat. Violyn kembali duduk di kasur dengan kesal.

"Hah.." Violyn menghela napas pelan. Dengan malas ia mengambil Hpnya dan membuka roomchatnya. Terlihat begitu banyak pesan dari Bella dan juga Maggie. Violyn hanya membaca pesan tersebut.

Violyn kembali metikan hpnya tanpa berniat membalas pesan dari kedua sahabatnya. Ia duduk menyelonjorkan kakinya dan menyenderkan kepala di headboard kasur. Tapi 5 menit kemudian Violyn bangkit dan beranjak ke kamar mandi.

Setelah 20 Menit Violyn keluar dari Kamar Mandi dengan menggunakan Wardrobe. Ia segera menuju WIC untuk memakai pakaian, takut jika kevanno datang tiba-tiba. Violyn memilih memakai dress hitam rumahan dengan tali tipis di bahunya. Setelah itu ia menuju meja rias. Violyn menyisir rambutnya dan memoleskan bedak tipis serta liptint agar bibirnya tak pucat.

Merasa semuanya selesai. Violyn kembali menaiki kasur dan memilih menonton netflix pagi ini. rasanya sangat malas untuk keluar kamar, apalagi jika hanya berdiam di apartement sebesar ini.

~0~

My Roomate is Duda √ [END] [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang