Chapter 103 ♗

305 28 4
                                    

a/n: author berjuang, asli 🤣🤣. Berjuang buat bisa nge-update ni CFYM. Omaigat 🎉💔💔

_________________

Pralta mempunyai bentuk wajah ternganga.

Ketika di bawah tadi, dia mendengar suara dentuman. Tidak ada getaran yang terasa karena benturannya tidaklah sekuat itu. Tapi untuk elf yang memiliki pendengaran tajam sepertinya, suara dentuman itu terdengar jelas di gendang telinganya.

"Apa itu?" Dia dan teman-temannya yang sedang bersama-sama mengerumuni kuali hendak mengambil makanan untuk cemilan setelah berlatih tombak bersamaan membuat tanda tanya akan hal yang sama.

Baba Ravayra yang sedang berada di tempat duduk di dekat mereka dibantu makan oleh seorang elf wanita lain tiba-tiba bicara pelan pada mereka.

"Itu anak bangsawan waktu itu. Pergi temui dia."

"H- Huh?" Pralta tau Ravayra adalah elf yang sudah sangat tua hingga dia bisa mendengar alam bicara kepadanya, sebagaimana para elf tua yang lain. Yang Ravayra katakan tidaklah mungkin salah, tapi Pralta rasanya masih kesulitan menerima informasi itu.

Tapi dia membuka pintu itu dengan sang batu dan dia harus melihat sendiri kalau yang dikatakan Ravayra memanglah benar adanya.

"Demi Dewa."

"Aku datang sekali lagi, Nona Pralta. Maaf untuk keributannya."

Pralta melihat kali ini Valias datang hanya ditemani satu orang yaitu sang mage. Yang mengenakan pakaian seragam berbeda dari yang dia ingat sebelumnya. Apakah naik pangkat? "T- Tuan Muda Valias." Pralta dengan kesulitannya untuk fokus bicara dengan terputus-putus tanpa dirinya sadari. "Apa yang membawa Anda kemari?"

"Aku perlu menanyakan sesuatu pada Tuan Rama," Valias menjawab. Memperjelas kemudian. "Aku ingin meminta saran darinya."

Pralta tercenung. Mengkomposisikan dirinya lagi. Dia mengangguk. "Baiklah. Anda bisa ke sana untuk menemuinya."

Vetra sudah menduga bahwa dirinya akan sendirian menunggu di luar sana menunggu Valias keluar. Dia tidak akan diperbolehkan masuk ke tempat para elf itu seperti waktu itu. Dia juga tau tempatnya.

Tapi Valias menoleh kepadanya dan bicara. Mengejutkannya dan begitu juga Pralta. "Nona Vetra. Ikutlah denganku."

Kedua mata Vetra melebar.

"Maaf?"

Valias hanya memandangnya dalam diam. Lalu dia berubah menoleh pada Pralta, juga para elf teman-teman Pralta yang ada di belakangnya. "Kuharap tuan nona akan mengizinkanku meminta Nona Vetra menemaniku menemui Tuan Rama."

Pralta terdiam. Dia tidak tau bagaimana dia seharusnya merespons Valias. "Tapi ... Tuan Muda seharusnya tau, kalau kami kesulitan mempercayai manusia yang belum kami kenal."

Dia melanjutkan. "Apakah Anda tidak menghargai kehati-hatian kami, Tuan Muda."

Valias bicara. "Nona Vetra bisa dipercaya. Aku mempercayainya. Dia akan punya keterlibatan dalam rencana yang kubuat bersama Yang Mulia Frey lebih banyak setelah ini. Aku ingin mengenalkannya pada Anda sekalian para elf yang juga akan punya peran yang sangat besar dalam masa depan kedua pihak kita."

Pralta mengerutkan kening. Dia menghormati Valias dan mempercayainya sebagai seorang manusia, tapi yang Valias pinta berkaitan dengan keselamatan seluruh kaumnya. Dia kebingungan bagaimana dia harus membuat keputusan.

Teman-temannya di belakangnya melihat ke arahnya. Pralta lah sang putri dari sang kepala suku mereka. Jika di antara mereka ada yang harus membuat keputusan dan bertanggung jawab atas keputusan tersebut maka orang itu adalah Pralta.

[HIATUS] Count Family's Young Master 백작가의 젊은 주인Where stories live. Discover now