32. Aku Mau Mati!

23.5K 2.3K 1.2K
                                    

"Masa lalu itu bukan untuk dilupakan, tapi dijadikan kenangan dan sebuah pelajaran."

Kinaan Alfarez Dirgantara

•••

"Masa lalu yang suram akan melahirkan jiwa-jiwa yang keras di masa depan."

"Ada dua tipe manusia keras dari didikan kehidupan yang suram. Mereka yang kuat lalu terus berjuang dan mereka yang berpura-pura kuat lalu terus mempertimbangkan kapan akan pulang."

Clarissa Athanasia Raymond

👑👑👑

Dari pintu musholla, ada seorang remaja yang keluar sambil membawa kitab Al-Qur'an di pelukannya. Wajah yang masih sedikit basah karena air wudhu dan aura positif yang ada di dalam diri cowok itu menambah kesan kedamaian dan ketenteraman bagi orang yang melihatnya.

Memang benar, seseorang yang selalu dekat dan sering beribadah kepada Allah SWT akan mendapatkan ketenangan hati dan kesejukan jasmani maupun rohani.

Namun dia merasa ada yang janggal dengan penampilannya. Pemuda bersarung putih itu akhirnya berhenti saat melihat di teras musholla bukan sendal, melainkan  sepatunya. Setelah diingat-ingat, dia baru sadar kalau sekarang masih waktunya sekolah.

"Astagfirullahalazim," ucap Farez sambil mengusap wajahnya.

Farez membalikkan badannya, masuk kembali ke dalam musholla untuk meletakkan Al-Qur'an, sarung dan peci yang dia pinjam untuk beribadah tadi.

"Bisa-bisanya gue lupa kalau masih di sekolah," gumam Farez.

Netra hazel yang menatap datar ke depan, jemari panjangnya yang menyugar rambut, seragam putih yang tidak rapi lengkap dengan kancing atas yang terbuka, Farez berjalan keluar dari musholla. Rasanya segar sekali setelah bersentuhan dengan air wudhu dan melaksanakan sholat.

"Ck, hampir aja," batin Farez terkejut.

Farez sontak mundur ketika hampir saja menabrak seseorang yang hendak masuk ke dalam musholla. Tatapan keduanya tidak sengaja bertemu. Tak lama, sebelum akhirnya orang yang ada di hadapan Farez melanjutkan langkahnya lebih dulu.

Farez pun demikian. Wajah yang semula terkejut dengan cepat berubah datar dan semakin mempercepat langkahnya untuk segera keluar dari musholla.

Mulai dari Farez memakai sepatu sampai menuju ke kelas, ada perasaan aneh yang menyelinap di hatinya saat tidak sengaja menatap wajah Rissa tadi. Sorot mata dingin, wajah datar dan sikapnya yang tenang entah kenapa membuat hatinya tidak nyaman.

"Tumben," gumam Farez. Dia mulai berpikir karena perubahan sikap gadis itu ketika bertemu dengannya. "Biasanya cerewet."

Laki-laki bermata hazel itu memasukkan tangannya ke dalam saku celana lalu berjalan dengan tatapan datar, menatap fokus ke depan. Begitu mengingat bagaimana tatapan gadis itu, Farez langsung menyentuh dadanya yang terasa tidak nyaman.

"Shh! Dada gue sesak," batin Farez.

"Hai, Rez," sapa seorang siswi yang memakai jilbab putih. Tanpa ada rasa takut dan dengan percaya diri yang tinggi, dia mendekati Farez lalu menyeimbangkan langkahnya dengan cowok itu. "Jalan sendiri?" tanyanya dengan nada sangat lembut.

My Alim BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang