53. Dua Kalimat Syahadat

19.4K 1.7K 392
                                    

Episode Lanjut

👑👑👑

Hendri segera membantu Farez berjalan dan duduk di kursi samping bangsal. Athena, Karin, Dhea dan Shena menatap iba laki-laki bermata hazel itu.

"Maaf, mom, dad dan kalian. Bisa keluar sebentar?"

Rissa meminta kepada orang tua dan sahabatnya agar keluar. Dia hanya ingin berdua dan menanyakan apa yang terjadi dengan suaminya.

Farez yang merasakan lelah dan sakit di sekujur tubuhnya tak mampu berkata sepatah katapun. Dia hanya duduk diam sambil menatap anaknya yang ada di pelukan Rissa.

"Kamu kenapa, sayang?" tanya Rissa khawatir seraya menyentuh sudut bibir Farez yang sobek.

Farez menyentuh telapak tangan Rissa lalu mengarahkannya agar mengusap pipinya. "Aku nggak apa-apa. Tadi ada masalah sedikit, jadi berantem, hehe."

Sungguh, dia sangat senang Rissa memanggilnya dengan mesra seperti itu. "Anak kita," lirih Farez sambil mengusap lembut pipi bayi laki-laki itu.

Perhatian Rissa teralihkan saat anaknya menggeliat. Anak itu rupawan seperti ayahnya. Kulitnya seputih susu dan memiliki netra hazel yang indah. Dia sangat mirip dengan ayahnya.

"Dia mirip kamu," ujar Rissa antusias. Memang seperti itulah harapannya.

Farez mengusap puncak kepala Rissa. "Alhamdulilah. Dia lahir dengan sehat dan normal."

Farez sangat bersyukur setelah melihat Rissa yang begitu bahagia menimang-nimang putranya. Akhirnya pertemuan pertama Rissa dengan anaknya bisa terkabul dan menciptakan momen yang tidak akan Farez lupakan seumur hidupnya.

"Ares. Lihat, itu ayah," ujar Rissa sambil menunjukkan Farez kepada anaknya. Dia menggesekkan pelan hidungnya dengan hidung mungil anaknya. "Nanti kalau sudah besar panggil aku bunda ya, Nak!"

"Kita akan menciptakan keluarga cemara yang bahagia. Kebahagiaan yang tiada akhir untuk kita bertiga."

"Terimakasih sudah lahir dari rahimku dan terimakasih sudah lahir sebagai anak kami," tutur Rissa sambil tersenyum bahagia.

"Kamu harus tumbuh sekuat dan sehebat ayahmu."

"Dia laki-laki yang bisa menghormati dan menjunjung tinggi harga diri wanita.

"Dia orang yang cuek tapi sebenarnya perhatian. Orang yang mengajarkan bunda tentang Tuhan dan agama."

"Ayahmu hebat kan, Nak? Jika sudah besar nanti, contohlah sikap baik ayahmu. Aku sebagai orang yang melahirkanmu berharap kebahagiaan dan keselamatan menyertai perjalanan hidupmu sampai akhir."

Farez beranjak berdiri lalu duduk di pinggir bangsal. Dia memeluk Rissa dari samping lalu mencium puncak kepalanya.

"Terimakasih untuk obat dan semua kebahagiaannya. Aku bahagia, sangat bahagia."

Tuhan masih memberikan kesempatan Farez untuk bahagia bersama keluarganya. Setelah hampir kehilangan nyawa di atas gedung, akhirnya Farez bisa melihat Rissa bahagia karena pertemuan pertama dengan anaknya.

Kebahagiaan Rissa, itulah yang dia perjuangkan mati-matian. Senyuman lebar dan keceriaan istrinya menjadi obat yang membuat luka di sekujur tubuh Farez menjadi tidak terasa.

My Alim BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang