chapter: 24

29 13 2
                                    

Happy reading

***

Minggu 30 April 2017
Los Angeles Amerika Serikat

Seorang pria jangkung tengah berdiri di sebuah altar dengan balutan jas formal berwarna hitam yang di padukan dengan dasi putih yang memberikan kesan gagah untuknya.

Hari ini adalah hari yang buruk untuk Samuel, dimana ia akan menikahi ah tidak larat maksudnya dinikahkan oleh kedua orang tuanya dengan wanita yang tidak ia cintai.

Terlihat seorang wanita berjalan anggun dengan di temani ketiga Bridesmaid nya dan tentunya tuan David. Willona, gadis yang akan menjadi istri Samuel dalam hitungan menit lagi kini tengah memperlihatkan senyum bahagianya dengan pandangan yang lurus menatap Samuel.

Sedangkan Samuel hanya menatap gaun nya tidak dengan Willona. Hatinya kembali merasakan sakit yang luar biasa, mengingat jika itu adalah gaun yang Josselin sukai, tapi bukannya Josselin yang memakainya bukan orang lain.

Samuel awalnya tidak mengetahui jika gaun yang tuan Alexander pesan adalah gaun rancangan tuan Roman, tapi sebelum pernikahan ini di mulai tuan Alexander sempat mempertanyakan dan alangkah terkejutnya Samuel melihat gaun itu, gaun yang Josselin sukai. Tapi kembali lagi jika Samuel tidak mempunyai hak untuk protes.

Willona telah sampai di atas altar dimana tempat Samuel berdiri.

"Aku serahkan putri semata wayangku kepadamu jagalah dia dengan baik"

Tanpa mengucapkan apapun Samuel menerima uluran tangan Willona yang tuan David berikan. Sekarang mereka berhadapan saling menatap satu sama lain dengan sorot mata yang berbeda.

"Samuel Rodriguez, apa kau berjanji untuk selalu menjaga Willona Willson sebagai istrimu?" Ucap seorang pendeta.

"Aku Samuel Rodriguez berjanji akan menjaga Willona Willson segenap jiwa dan ragaku, aku akan menemani dia di kala sakit, di kala susah, di kala bahagia, tidak akan pernah meninggalkannya apapun keadaannya sampai maut memisahkan"

"Bagaimana denganmu Willona Willson?"

"Aku Willona Willson berjanji akan menjaga Samuel Rodriguez segenap jiwa dan ragaku, aku akan menemani dia di kala sakit, di kala susah, di kala bahagia, tidak akan pernah meninggalkannya apapun keadaannya sampai maut memisahkan"

"Selamat kalian sudah sah menjadi suami istri" ucap pendeta.

(Maaf yaa aku kurang tahu soal pengucapan janji nya, itu aku ngarang, aku ga nyari tahu soal ucap janji pernikahannya, maaf kalo sedikit aneh dan ga sesuai sama apa yang ada di agama nya, klo salah boleh di koreksi dan di beri masukan yaa reader" sekali lagi maaf)

"Silahkan untuk mencium istrimu"

Samuel langsung mendekat kearah Willona yang tentunya membuat wanita itu gugup seketik, melihat bagaimana sorot mata Samuel yang tidak terlihat kebahagiaan sedikitpun.

Samuel mendekatkan wajahnya ke wajah Willona, Willona yang sudah siap segera menutup matanya.

Samuel memegang pipi Willona tapi bukannya memberikan ciuman Samuel justru memegang bibir Willona dengan telunjuknya. Samuel menjadikan telunjuk miliknya sebagai pembatas untuk tidak terjadinya sentuhan bibir miliknya dengan bibir Willona.

Willona yang mendapat perlakuan itu langsung membuka matanya dan menatap Samuel dengan tajam.

"Kau fikir aku akan mencium-mu? Jangan bermimpi girl" bisik Samuel tepat di depan wajah Willona.

Josselin mengepalkan tangannya "brengsek" Batin Willona.

Orang-orang yang tertipu oleh Samuel hanya bertepuk tangan gembira, mereka pikir jika Samuel benar-benar mencium Willona.

Setelah melangsungkan pengucapan janji kini mereka disibukkan kembali dengan para tamu yang bersalaman.

"Selamat atas pernikahanmu aku ikut bahagia" ucap seorang wanita yang tidak Samuel ketahui siapa tapi mungkin itu adalah teman Willona.

"Terimakasih, segeralah menyusul" timpal Willona.

Masih sibuk bersalaman tiba-tiba mata Samuel mantap seorang laki-laki yang tersenyum kearahnya.

"Selamat atas pernikahanmu Sam" ucap Viktor.

"Terimakasih"

Viktor memeluk tubuh Samuel. pria itu tahu jika bos sekaligus temannya ini tengah menyembunyikannya rasa sakitnya yang tidak orang lain ketahui.

Viktor menepuk-nepuk pundak Samuel "Kau selalu hebat Sam, aku bangga padamu" puji Viktor.

"Sialan haha"
-
-
-
HOTEL BEAUTY J

Setelah menyelesaikan acara yang memuakan kini Samuel berada di sebuah hotel yang tentunya tidak sendiri. Ia bersama Willona di ruangan yang sama dan kamar yang sama. Jangan tanyakan siapa yang membuat ide gila ini, jawabannya adalah orang tuanya.

Samuel berdiri di depan sebuah kaca besar yang langsung tertuju keluar menampilkan indahnya kota Jeju.

Benar, Samuel mengadakan pernikahannya di Jeju Korea Selatan dimana hotel sekaligus restoran miliknya nya berada. Orang tuanya tidak menyewa gedung atau hotel untuk acara resepsi, tapi orang tuanya mengadakan pernikahan ini di hotel dan restoran miliknya.

Samuel teringat kembali kepada Josselin, ia selalu berharap bisa membawa dan menginjakan kaki Josselin di hotel dan restoran nya lebih dahulu ketimbang orang lain. Tapi siapa sangka justru orang lain lah yang lebih dahulu.

Kota Jeju telah menjadi saksi pernikahan nya dengan Willona. Pernikahan dari unsur pemaksaan dari sang orang tua kini telah terjadi.

Tapi walaupun seperti itu Samuel masih berterimakasih karena orang tuanya masih mengabulkan permintaannya yaitu menikah secara tertutup tanpa di hadiri banyak orang, hanya kerabat dekat tanpa rekan bisnis ataupun lainnya.

"Aku berharap kau memaafkan ku sayang" gumam Samuel di barengi liquid bening yang turun dari sela sudut matanya.

Larut dalam lamunan tiba-tiba Samuel dikejutkan dengan suara wanita.

"Sam"

"Ada apa?" Jawab Samuel tanpa membalikkan tubuhnya.

"Pergilah mandi, aku sudah selesai"

Tanpa mengucapkan apapun Samuel segera berbalik dan berjalan menuju kamar mandi tanpa memperdulikan Willona yang tengah menatapnya.
-
-
-
Sementara itu tempat lain terlihat seorang gadis yang tengah tertidu gelisah Dengan keringat yang bercucuran.

"Sam!"

Josselin terbangun dari tidurnya dengan nafas yang memburu. Dia menelisik seisi ruangan guna untuk melihat jika apa yang dia rasakan hanyalah mimpi.

"Ah bagaimana bisa aku bermimpi seperti itu?" Monolog Josselin.

"Tapi ini seperti nyata, Samuel tersenyum kearah ku dengan dada yang terluka berdarah. Tapi tidak ada satupun benda tajam yang membuat dadanya terluka hanya ada cahaya putih"

"Apa Samuel baik-baik saja?" Tanya nya kembali kepada diri sendiri.

Josselin mengambil benda pipih yang berada di atas nakas. Terlihat dari ponsel tersebut jika waktu baru saja menunjukan pukul 01:33 dini hari.

Dan tidak terlihat juga pesan yang masuk dari Samuel.

"Samuel pasti sudah tidur, aku akan menghubunginya besok saja" ucap Josselin.

"Aku harap dia selalu dalam lindungan Tuhan"

Josselin kembali mengambil posisi tidur dengan menyamping seolah mencari kenyamanan dari ranjang tersebut padahal bukan kenyamanan itu yang dia cari.

Josselin tidak menutup matanya, justru ia tengah memikirkan kembali maksud dan arti mimpinya tersebut.

"Darah? Senyuman?" Gumam Josselin.


_TBC_

JOSSELIN [ON GOING]Where stories live. Discover now