TO BE 13

2.4K 210 9
                                    

Selesai menghabiskan makanannya, sekarang Lio tengah di gendong Nindira untuk berjalan jalan di taman mansion bagian belakang, suatu hal yang rutin untuk mereka lakukan.

Awalnya Lio hanya pasrah di gendongan sang bunda, namun, lama kelamaan ada sesuatu yang membuat dirinya kurang nyaman, Lio sedikit bertingkah dalam gendongan Nindira.

Nindira juga nerasakan sesuatu yang aneh, pasalnya bayi kecilnya tidak pernah seperti ini di gendongannya, ia berniat mengecek kondisi sang anak, dan benar saja, sesaat setelah ia menghadapkan Lio kearahnya, makanan dan susu yang ia berikan keluar dari mulut sang anak.

Lio merasa bersalah melihat keterkejutan sang bunda, ia fikir bundanya pasti akan marah padanya karena telah mengotori baju sang bunda.

Lain halnya dengan fikiran Lio, Nindira di buat khawatir dengan keadaan sang anak, bagaimana tidak, tidak biasanya anaknya seperti ini.

"Ya Tuhan, Lio kenapa hem?" Tanyanya penuh khawatir pada sang anak, mungkin Nindira lupa bahwa sang anak masih bayi jadi tidak mungkin untuk anaknya menjawab.

Mata Lio mulai berkaca kaca, karena ucapan Nindira yang terdengar seperti bentakan namun sebenarnya tidak, Nindira hanya terkejut sekaligus khawatir.

"Lio nggak apa apa, bunda nggak marah sama Lio kok." Ucap Nindira lembut pada Lio, karena dapat nindira lihat alis sang anak yang mulai memerah serta mata yang berkaca kaca.

"Lebih baik kita bersihkan ya!" Ucapnya sambil mengajak Lio kembali ke dalam mansion, tidak lupa menyuruh maid untuk membersihkan muntahan yang Lio keluarkan.

Nindira bergegas membersihkan tubuh Lio yang terkena muntahan, sebelumnya Nindira juga telah bembersihkan badannya terlebih dahulu.

Lagi lagi, Lio merasa bersalah, tidak di kehidupan sebelumnya dan sekarang, ia selalu saja merepotkan, dan entah mengapa tubuh kecilnya membuat ulah, dan sekarang Lio merasakan ia kesulitan bernafas.

Disaat mengganti pakaian Lio, Nindira di buat khawatir dengan keadaan sang anak yang tiba tiba kesulitan bernafas.

"Hei Lio ada apa nak?" Ucap Nindira sembari mengguncang tubuh sang anak pelan, ia bingung, apa yang harus ia lakukan.

'Bunda tolong Lio' ucapnya dalam hati, Lio tidak menangis seperti anak bayi namun air matanya menetes begitu saja dari kedua kelopak matanya.

"Ya Tuhan, aku harus apa?" Bingungnya.

Nindira memukirkan apa yang ia lakukan, beberapa detik berfikir, Nindira memngendong tubuh Lio untuk menuju rumah sakit.

"SIAPKAN MOBIL, CEPAT!" teriak Nindira dari anak tangga.

Pengawal yang mendengar ucapan dari majikannya bergegas menyiapkan mobil yang terparkir di garasi.

Nindira dengan cepat memasuki mobil.

"Cepat ke rumah sakit!" Titahnya pada sang sopir.

Mobil melesat dengan cepat, di perjalanan menuju rumah sakit, Nindira tidak henti hentinya merapalkan doa untuk sang anak, air matanya meluruh saat menyaksikan anaknya kesulitan bernafas, Nindira merasa menjadi ibu yang gagal karena tidak mengetahui keadaan sang anak.

Sedangkan Lio, keadaannya tidak baik baik saja, ia kesulitan bernafas, sedangkan jarak antara mansion dan rumah sakit lumayan memakan banyak waktu.

Matanya mulai memberat, Lio merasakan kantuk yang tidak tertahan, perlahan netra kecil itu menutup.

"Ti tidak, Lio bangun hiks" isak Nindira.

"CEPAT." Putusnya, ia tidak peduli dengan kendaraan yang hampir mobilnya tabrak, yang terpenting adalah keadaan sang anak, jantungnya serasa berhenti saat melihat sang bayi kecil menutup matanya.

TO BE PERFECT(D.R) ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang