Part 77

261 28 1
                                    

DOR...

"Gracia/Kak Gracia", teriak mereka serempak melihat gracia ditembak.

Ara menembak tepat di kepala gracia, darah segar bercururan. Semua yang ada disana menangis tidak percaya ara melakukan itu. Walaupun mereka tahu yang melakukannya saat ini bukan ara yang mereka kenal.

"Habisi mereka satu persatu ara", perintah arfian dengan sedikit nada tinggi dan tertawa setelah mengatakan itu.

"Baik ayah", ucap ara tanpa menoleh dan berjalan mendekati zee yang berada di samping gracia.

"Ra plis sadar ra, kita ini sodara ra. Kita ini keluarga ra, keluarga DIrgantara. Yang jahat bukan kita tapi mereka. Mereka yang sudah membunuh papa dan mama ra. Plis aku mohon ra sadar ra", ucap zee sambil menangis dan berusaha menyakinkan ara.

"Diam", teriak ara, ia merasakan sakit di kepalanya tetapi ia masih mempertahankan ekspresi datarnya.

Dor.. ara pun menembak tepat di kepala zee kemudian langsung beralih ke shani, lalu indah, feni, sisca, eli, olla, oniel, christy, gita, jesslyn, indira, fiony, jessi, freya, flora, marsha, kathrina, muthe, lyn, callie, lulu, lia, amanda, ella, adel, ashel. Mereka semua ditembak berturut-turut, hingga sampailah kepada raisha.

Raisha hanya menatap kedua bola mata ara dengan teduh seolah mencoba memberitahu kalau mereka adalah keluarga, ia juga sudah pasrah karena teman-teman yang lainnya juga sudah dibunuh oleh ara. Ara menatap wajah raisha lama, kali ini ia tidak dapat menahan rasa sakit dikepalanya ia memegang kepalanya dengan kedua tangan.

"Plis kak ara aku tahu jauh di lubuk hati kakak, kakak tahu siapa kakak sebenarnya. Kakak bukan orang yang seperti ini. Di balik sikap dingin kakak, kakak adalah orang yang paling perhatian, baik, suka menolong orang lain terlebih lagi kepada aku kak. Aku adik kakak. Ingat kak dulu kakak selalu nemenin aku di rumah, bermain sama aku karena kakak tahu kalau aku gak bisa main di luar, aku gak bisa main hal-hal yang bisa bikin aku kecapekan karena penyakit aku. Aku tahu kakak pasti juga pengen main di luar tapi kakak kesampingkan semua itu untuk nemenin aku kak. Aku tahu kakak orang yang baik kak, aku mohon kak plis sadar kak", ucap raisha sambil meneteskan airmata.

"Argh", teriak ara karena sekelebat ingatan lewat di kepalanya.

"Tembak dia ara habisi jangan sampai ada yang tersisa, mereka harus mati", teriak arfian.

DOR ara langsung menembak tepat di kepala raisha. Dan hanya tersisa chika, ia sudah menangis sejak pertama kali ia melihat ara memasuki ruangan dengan tatapan kosong dan ekspresi yang datar. Ia sudah tahu kalau itu bukanlah ara pacarnya. Ara yang akan selalu melindungi semua orang yang ia sayangi, ara yang akan memperlakukan ia seperti putri, ara yang akan mengorbankan nyawa untuk dirinya dan orang yang ara sayangi.

Chika menatap dalam mata ara dan berkata...

"Sayang aku tahu kamu masih ada di dalam, aku tahu kamu bukan orang yang seperti ini. Plis aku mohon hentikan semua ini dan kembali ara. I love you ara", ucap chika dengan lembut sambil meneteskan airmatanya.

"Argh", ara kembali berteriak kata-kata i love you dan suara chika terus terngiang-ngiang di kepalanya. 

Ara merasakan sakit yang luar biasa di kepalanya, ia pun berlutut sambil memegang kedua kepalanya. Tiba-tiba DOR...

Arfian menembak kepala chika dari belakang ara. Ara yang sudah tersadar kaget melihat semua orang-orang yang ia sayangi telah tewas dengan luka tembak di kepala mereka masing-masing.

"Apa yang telah anda lakukan bajingan", teriak ara membalik badan nya dan menatap arfian tajam.

"Hahahaha itu semua kamu yang melakukannya. Apa kamu lupa?", ucap arfian.

"Gak enggak mungkin", ucap ara.

"Liat lah tangan kanan mu dan pakaian mu", ucap arfian.

Ara melihat ke bawah ke arah tangan kanannya disana ada pistol yang ia genggam dan pakaiannya dipenuhi oleh darah. Tangan ara bergetar, ia tidak percaya kalau ia telah membunuh semua orang-orang yang ia sayangi.

"Enggak ini gak mungkin. Gak mungkin aku membunuh mereka. Ini pasti semua akal-akalan kalian", teriak ara.

"Ini semua karena kamu kesalahan kamu keegoisan kamu. Kalau saja kamu tidak kembali mendekati orang-orang yang kamu sayang. Saya tidak akan berbuat sejauh ini sehingga membuat mereka semua mati. Ini semua akibat dari perbuatan mu dan kamu juga yang sudah membunuh mereka semua dengan tangan mu sendiri", ucap arfian.

"Gak gak mungkin", ucap ara dengan airmata yang menetes kemudian dia berlutut dan menangis.




To be continue...

Cinta dan PersahabatanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang