35

257 16 0
                                    

Setelah acara makan malam berakhir, Amanda mengantarkan Aran pulang dengan mobil Honda Civic miliknya. Gadis itu mengendarai mobil dengan kecepatan sedang melewati jalanan yang sudah lumayan sepi.

“Gimana tadi?” tanya Amanda membuka obrolan.

“Emm... papanya kak Manda serem di awal doang. Aslinya mah baik dan asik!”

“Papa emang gitu.”

“Iya. Papanya kak Manda juga bilang gitu sama aku. Kalau aku nyakitin kak Manda ntar urusannya sama papanya kak Manda. Serem,” balas Aran sambil agak bergidik. Amanda terkekeh pelan. “Makanya jangan sampai nyakitin,” jawab Amanda.

“Aku gak akan nyakitin kak Manda kok!” balas Aran dengan yakin. “Oh iya, tadi papanya kak Manda ada nyebut perjanjian. Emang kakak bikin perjanjian apa?” tanyanya.

“Hubungan kita direstui kalau gue nerusin perusahaan,” jawab Amanda masih tetap fokus menyetir. Wajah sumringah Aran seketika berubah ketika mendengar jawaban kekasihnya. “Tapi kan, bukannya kakak gak mau ngelanjutin perusahaan...”

“Gue sekarang suka!" jawab Amanda cepat.

“Jangan bohong, Kak. Ngurus perusahaan juga gak gampang. Aku takut kakak kecapean."

“Kerja apapun tetep capek, sayang.”

Aran mengerucutkan bibir. Laki-laki itu menunduk dalam. “Maafin aku, sayang,” ucapnya lirih. Amanda mengernyitkan dahi dan melirik kekasihnya sekilas. "Ini bukan karena lo, papa bakal tetep maksa gue,” jawabnya. Meski saat ini tujuannya adalah untuk menenangkan Aran, tetapi apa yang Amanda katakan adalah fakta.

Tak terasa, mereka kini sampai di depan kost Aran. Saat laki-laki itu hendak turun dari mobil, tangan Amanda dengan gesit menahannya. Amanda tiba-tiba mencondongkan badannya. Tanpa aba-aba, ia segera mencium sekilas pipi Aran. Aran reflek membulatkan matanya.

“K-kak?” ucap Aran kebingungan. Wajahnya pun terlihat merah. Amanda tersenyum tipis. “Masuk, langsung tidur. Besok sekolah,” balasnya sambil mengedipkan sebelah mata. Aran beranjak keluar dari mobil Amanda. “Hati-hati, Kak,” ucapnya lalu ia keluar dari mobil. Setelah itu, Amanda menjalankan mobilnya untuk segera pulang.



***



Setelah resmi berpacaran, Amanda dan Aran kini lebih sering bersama. Mereka semakin dekat dan seakan tidak bisa dipisahkan. Berangkat dan pulang sekolah bersama sudah menjadi rutinitas bagi keduanya.

Dua Minggu kemudian, Aran yang biasanya berangkat sekolah bersama Amanda, kini ia berangkat sekolah seorang diri. Ia tidak tahu apa yang membuat kekasihnya tidak mengajaknya untuk berangkat bersama ke sekolah.

Setelah sampai di sekolah, Aran tidak melihat sosok Amanda. Laki-laki itu sudah mendatangi kelasnya. Namun, sosok kekasihnya itu masih juga tidak terlihat. Aran sudah mencoba menghubungi Amanda, namun laki-laki itu masih belum juga mendapat balasan chat dari Amanda.

Pikiran Aran menjadi kalut. Dengan gelisah ia menunggu balasan chat dari Amanda. Laki-laki itu takut sesuatu yang tidak diinginkan terjadi pada Amanda. Tiba-tiba, suara notifikasi terdengar dari ponsel Aran. Ia pun segera mengecek dan mendapati jika itu adalah balasan chat dari Amanda.



Pacar 💗

“Sayang, maaf. Gue ikut rapat. Papa minta sesekali dateng karena gue bakal lanjutin perusahaannya.”



Setelah mendapati balasan chat dari Amanda, hati Aran menjadi tenang. Setidaknya, laki-laki itu tahu jika kekasihnya baik-baik saja. Aran segera pergi dari kelas Amanda, lalu berjalan menuju toilet. Saat hendak masuk ke dalam toilet, Ashel tiba-tiba datang menghampirinya.

AMANDA [ END ] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang