Zee , barun

221 17 6
                                    

"wih abis di tembak siapa tuh".

"Bapakmu di tembak, nih".

Zee menyodorkan paper bag warna burgandy dan satu buket mawar merah kepada Desy setelah masuk kedalam kamarnya lagi.

"Dari orang itu lagi?". Ucap Desy setelah menerima paper bag bunga itu

Zee hanya manggut-manggut menanggapinya.

"Kali ini apa lagi, kemaren masa dia ngasih gwe jam tangan yang harganya mahal banget". Desy mulai membuka paper bag nya

dan terliha isinya sebuah sepatu sneaker berwarna putih di kombinasikan dengan warna mint.
Dan yang membuat Zee melotot adalah itu sepatu impiannya yang selama ini dia damba-dambakan, bahkan ia rela membagi uang jajan nya untuk di tabung.

"Waaaa, gila Desy bang barun kurang baik apa coba walupun mukanya galak, berandal". Zee masih mupeng liat sepatu yang ada di tangan Desy

"Apasi, dia bukan tipe gwe banget". Desy bergedig

"Lo ambil deh, ini juga kayanya kekecilan di gwe". Sambung desy

Zee kaget sekaligus senang

"Tapi kan bang barun ngasihnya ke Lo".

"Sepatu gwe udah banyak".

"Tapi tetep aja gak enak Des".

"Udah pake aja, gwe tau muka lu dari tadi pengen banget kan".

"Hehe, makasih". Mau gimana lagi mungkin ini rezeki anak Soleh hihihi

Setelah menghabiskan mie ayam mereka, kini Desy berpamitan pulang kepada Zee dan ibunya Zee yang sedang menjahit baju di ruang tengah

" Tan Desy pulang ya, Zee gwe balik".

Setelah berpamitan desy masuk ke kedalam mobil hitamnya di iringi lambaian tangan dari abangnya Desy

-----------

Zee sudah siap dengan Hoodie berwarna abu dan ransel hitamnya tak lupa sepatu pemberian barun lebih tepatnya dari barun untuk Desy tapi Desy kasih pada Zee, biar saja toh sayang kalo gak di pake , cuaca belakangan ini selalu mendung dan tiba-tiba hujan hingga sepagi ini cuaca sangat dingin namun tak mengurungkan semangat Zee untuk berangkat sekolah, iya kini duduk di bangku 12 udah saat nya dia untuk tidak bermalas-malasan.

"Gwe anter aja ya sekalian kan se arah". Ucap farsa yang sedang memarkirkan sepeda motornya pada Zee yang sudah berada di teras rumah nya.

"Gak usah bang, lagian sekolah ku Deket doang itung-itung olahraga".

Sebenarnya Zee hanya Malas semisal Abang nya ke sekolahnya pasti teman temanya gencar tak berhenti bertanya tentang Abang nya kepadanya.

"Ya udah ati-ati ya Abang duluan, assalamualaikum".

"Wa'alaikumsalam".

Setelah sepeda motor abangnya mulai melesat menjauh dari rumahnya Zee juga berpamitan pada ibunya, meskipun masih Pagi dia pengen bergegas tiba di sekolahnya.

Aspal di sekitar rumah Zee akhir akhir-akhir ini selalu becek sehinga dia harus sedikit berhati-hati ma'lum sepatu baluuuuu.

Lagi santai-santainya di berjalan
Tak di sangka dari arah depan, barun juga berjalan ke arahnya dan pandangannya tertuju pada kedua kaki Zee.

"Mampus, apes banget perasaan ketumu dia mulu".

Zee hendak memutarbalikkan tubuhnya namun usahanya gagal saat barun memojokanya ke tembok rumah di gang.

Matanya masih melihat ke arah sepatu yang Zee sedang kenakan, tak heran itu sepatu nya yang ia berikan untuk Desy, sang pujaan hati.

"A-aku bisa jelasin ko bang hehe". Zee saat ini sangat gugup tapi berusaha bersikap santai.

"Woy barun".

Teriak seorang berperawakan besar berkepala botak memakai pakaian seperti pereman dan ada beberapa orang lagi di belakangnya.

Zee dan barun bersamaan menengok ke arah suara di ujung gang itu.

"Lari". Mendadak barun berkata pada Zee

"Hah". Zee belum mudeng

"Lari bego, cepet".



"Lari bego, cepet"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Thank u, see u💗

THE DUCKWhere stories live. Discover now