CHAPTER 12: TANGGUNG JAWAB

975 107 46
                                    

Gue punya kucing baru dirumah. Kita mau namain dia Poro. Ya, poro tanpa jadi pororo wkwk. Soalnya kucing yang udah lama dirumah juga namanya sejenis itu.

Poro ini umurnya sekitar 4 bulan. Cantik banget. Warna oren. Sedangkan kucing dirumah warnanya abu. Tapi ga abu utuh. Lebih ke belang tapi bukan om hidung belang yaa.

Ketika sampe rumah, kemaren udah malam. Awalnya Poro agak shock karena diem terus wajahnya panik. Gue lagi pegang kucing abu gue didepan dia.

Jelas Poro takut untuk lingkungan yang belum familiar buat dia. Gue pikir kucing abu gue bisa terima dia. Kebetulan cuman dia satu-satunya kucing dirumah. Kita pikir dia kesepian jadi kita bawain lah Poro ke rumah.

You know what, ternyata Poro ga disambut baik. Kucing abu gue kayaknya kesel dan ga nyaman sampe berantem sama Poro. Ternyata abu selama ini tidak terjebak sendiri namun memang suka sendiri.

Dia suka sendiri dan tidak masalah sendiri. Dia bermain sendiri bukan karena tidak ada siapapun, tapi karena dia memang suka sendiri. She is enough with her self.

Kadang kita seperti Abu. Berpikir bahwa kita sama diri sendiri udah cukup. Gue juga setuju itu. Tapi meskipun lo suka sendiri, gue harap lo juga tidak akan terlalu menolak seseorang untuk masuk ke hidup lo.

Kita tetap saja butuh seseorang. Hanya untuk sekedar mengingatkan kita bahwa hidup bukan hanya soal kita. Secukup apapun kita dengan diri sendiri, it's really good actually, but when someone come to you to accompany and even just smile and saying 'are you okay', i think we still needed it.

Have someone to talk and to hug, really magic and awesome. Maybe it's hard to find her/him, but i wish we could find somebody special like that..

-Zoey
----
-

-

-

Klik!

Pintu kamar nuansa abu-abu itu terbuka. Menyeruakkan aroma pemiliknya yang masih sangat terasa. Senyum Rebecca terbit saat ia melangkah masuk ke dalam kamar Eren. Lia mengikutinya dari belakang.

"Feels like she is still alive", gumam Rebecca saat kakinya memasuki kamar Eren.

"Bunda ga pernah masuk kesini sejak Erena pergi, tapi Mbok Atun selalu ngebersihin kamar ini dan nyemprotin parfum yang sama saat Erena masih hidup, jadi kamar ini seolah tidak kehilangan pemiliknya", jelas Lia sembari tersenyum.

Lia memperhatikan Rebecca sembari bersandar di dinding dekat pintu. Rebecca asyik memandangi jejeran foto di lemari kaca kamar Eren. Sesekali gadis itu menyentuh foto yang kini tinggal kenangan itu dan kemudian tersenyum.

"Mau tidur disini malam ini sama aku ga?", ucap Rebecca saat pandangannya tertuju pada foto masa kecil Eren.

Sudut bibirnya terangkat dan tangannya tergerak mengambil foto itu. "Let's spend time together. Aku, bunda dan Eren"

---

Rebecca menguap sesekali saat duduk di depan meja makan. Lia yang baru saja meletakkan semangkok salad diatas meja tersenyum.

"Makanya mandi dulu caa"

Rebecca meminum susu yang sudah ada didepannya sebelum akhirnya nyengir sambil garuk-garuk kepala. Lia hanya geleng-geleng kepala melihat kelakuan Rebecca.

Ia dengan cekatan memindahkan salad dari dalam mangkok ke dalam mangkok yang lebih kecil dan menyodorkannya pada Rebecca.

"Serius gapapa makan ini aja? Padahal Bunda bisa masak yang lebih niat", ucap Lia  saat Rebecca menyendok saladnya.

THESIS 2: CAN LOVE BE THE ANSWER?Where stories live. Discover now