CHAPTER 22: ITU TERLALU BANYAK!

1.8K 113 30
                                    

"Kamu gila?", pertanyaan polos itu berasal dari seseorang yang baru saja selesai mengeringkan rambut.

Ia merapikan anak rambutnya sembari berjalan menghampiri seseorang yang kini asyik berguling di atas kasur. Persis seperti cacing kena minyak panas.

Bedanya gadis itu berguling riang. Seolah ia baru saja menaklukan semesta. Senyumnya selalu bertengger di bibir manis itu. Ariana duduk di tepi ranjang dengan wajah keheranan.

Apa perbuatan gue tadi berlebihan? Perasaan nyentuh yang dibawah, kok yang rusak malah otaknya?

"Heh!"

"Apa?"

"Kamu kenapa? Cacingan?"

Rebecca yang sejak tadi tersenyum mengatupkan bibirnya. Ia sedang asyik menikmati gejolak menggelitik dalam perutnya namun si penyebab masalah datang dengan kepribadian opet nya lagi.

Padahal 10 menit yang lalu seksi banget!

"Hmm, cacingan. Coba deh periksa", ucap Rebecca menyodorkan tubuhnya pada Ariana.

Ariana mengulum senyum saat bocah didepannya tak bisa disebut menyodorkan tubuh tapi hanya dada saja.

"Tadi minta udah, sekarang mentang-mentang udah disini, hm?"

Ariana mendekat dan memeluk Rebecca hangat. Rebecca tertawa di antara lehernya sambil menempelkan bibirnya pada kulit leher Ariana. Ujung hidungnya menyerap semua aroma manis dari tubuh Ariana yang seakan bisa menggantikan oksigen baginya.

"Aku suka wangi kakak"

"Itu aja?"

"Every inch of your body"

Ariana terkekeh menyubit pelan pinggang Rebecca. Si penerima meringis kecil namun tak melepaskan pelukannya.

"Laper, ga?"

"Hmm", gumam Rebecca.

"Mau makan apa?"

"Apapun"

"Cewek banget sih"

"Sejak kapan aku ga cewek?"

"Masa? Aku baru tau. Mau kita periksa?", Ariana menjauhkan sedikit wajahnya sehingga kini ia dan Rebecca saling beradu pandangan namun masih saling memeluk.

Tangan Rebecca terlingkar di pinggangnya dan kedua tangan Ariana menahan punggung kekasihnya.

"Boleh banget, kakak!"

Rebecca tersenyum bodoh dan mengangguk yang dibalas dengan tawa ngakak oleh Ariana. Rebecca menatap Ariana tak berkedip saat gadis dalam pelukannya itu tertawa lepas.

Ah, lagi-lagi matanya begitu indah. Sudut bibirnya terangkat sempurna namun tak terkesan berlebihan. Tawa lepas tapi begitu manis dan sempurna.

Bahkan smile line yang muncul akibat sudut bibirnya yang naik kayak dipahat oleh dewa. Matanya yang menyipit dan dua tiga helai rambutnya bergerak di terbangkan angin membentuk suara 'tuing tuing', bahkan sangat menggemaskan.

Lucu dan tak ada bukti tersisa lagi tentang kelakuan Ariana di kamar mandi tadi jika dia bersikap menggemaskan begini.

Alis rapi dan pas secara natural, seolah Ariana adalah pemilik antrian pertama saat pembagian alis, bulu mata lentik dan yash, bola mata gelapnya yang seperti bola misteri. Seperti di custom. Terlalu sempurna. Satu kali terkunci, gue bisa jatuh hati bahkan rela melakukan nya berkali-kali.

THESIS 2: CAN LOVE BE THE ANSWER?Where stories live. Discover now