Chapter 7

3 1 0
                                    

Di antara sorak sorai meriah, tawa riang, dan tepuk tangan penuh kebahagiaan dari para pendukung, Rujhan dan Rafi mencoba menggambarkan senyuman wajar sebagai bentuk sportivitas mereka

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Di antara sorak sorai meriah, tawa riang, dan tepuk tangan penuh kebahagiaan dari para pendukung, Rujhan dan Rafi mencoba menggambarkan senyuman wajar sebagai bentuk sportivitas mereka.

Rujhan berbisik pada Rafi. "Tenang aja, Raf. Ini hanya satu pertandingan kecil."

Rafi mencoba tersenyum, tetapi di dalam hatinya masih ada kekecewaan yang terasa berat. Namun, mereka berdua sepakat untuk mengakhiri perhelatan ini dengan kepala tegak.

Fatah, sebagai ketua OSIS terpilih, melangkah maju ke depan panggung dengan sikap yang tegap dan penuh keyakinan. Wajah tampannya yang dikenal di seluruh sekolah seketika mendapat sorakan dan tepuk tangan meriah. Namun, di balik pesona fisiknya, Fatah memiliki kebijaksanaan dan keshalehan yang membuatnya dihormati oleh semua kalangan.

Fatah memulai pidato kemenangannya. "Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh."

Salam pembuka yang disampaikannya dengan penuh kerendahan hati seketika meredakan kegaduhan di lapangan. Mata siswa dan guru tertuju padanya, tak hanya karena wajahnya yang tampan, tetapi juga karena kehadiran dan wibawanya yang selalu diiringi oleh akhlak yang luhur.

Fatah melanjutkan. "Pertama-tama, izinkan saya menyampaikan rasa syukur kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala atas keberhasilan kita semua hari ini. Terima kasih kepada teman-teman, guru, dan seluruh siswa yang telah memberikan kepercayaan kepada saya dan Saiful Nizam sebagai Ketua dan Wakil Ketua OSIS periode baru ini."

Seketika itu juga, sorak sorai kembali menggema. Fatah memberikan senyuman ramah kepada seluruh siswa di lapangan, kemudian melanjutkan pidatonya dengan kata-kata yang penuh hikmah.

"Seiring dengan kebahagiaan ini, mari kita tetap ingat bahwa amanah ini bukanlah beban ringan. Sebagaimana disampaikan dalam kitab Al-Ihya Ulumuddin, 'Sesungguhnya, beban pemimpin adalah lebih berat daripada gunung.' Oleh karena itu, mari kita bersama-sama memikul beban ini dengan kesadaran dan tanggung jawab yang penuh." Ucap Fatah dengan nada yang menyejukkan.

Dengan pandangan tajam dan penuh optimisme, Fatah melanjutkan, "Sebagai pemimpin, kita tidak boleh melupakan bahwa amanah ini berasal dari Allah. Bersama dengan Saiful Nizam, saya berkomitmen untuk mengabdi sebaik mungkin kepada seluruh warga sekolah. Kami memohon doa dan dukungan dari seluruh elemen sekolah agar kami dapat menjalankan amanah ini dengan baik."

Saat Fatah menyelipkan kata-kata bijak, seakan-akan suasana di lapangan menjadi hening. Kata-kata itu menciptakan kesan mendalam dan menunjukkan bahwa Fatah bukan hanya seorang pemimpin yang tegas, tetapi juga bijak dalam mengemban tanggung jawab.

Fatah mengeluarkan statemen terakhirnya. "Terakhir, mari kita bangun sekolah kita agar semakin cemerlang. Saya bukanlah orang yang mampu berjuang sendiri, maka dari itu kritik dan saran yang membangun jangan sungkan untuk mengatakannya pada saya langsung. Karena sejatinya, Pemimpin itu bukanlah seseorang yang berdiri di atas, tetapi yang berdiri di tengah-tengah orang yang dipimpin. Mari bersama-sama menciptakan masa depan yang lebih baik. Terima kasih, wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh."

AQLAMWhere stories live. Discover now