Bab 9 - Self Love

93 8 0
                                    


SESAMPAINYA kami di rumah Mbak Asma, Ibu langsung menurunkan separuh barang belanjaannya dari pasar dan bergegas menuju dapur setelah Mbak Asma membuka pintu depan dan menyambut kedatangan kami. Aku celingukan mencari sosok Aliya yang segera mendapatkan jawaban dari Mbak Asma bahkan sebelum aku sempat bertanya.

"Aliya lagi tidur, seharian rewel terus, badannya demam. Mau numbuh gigi lagi kayaknya."

Aku membulatkan bibirku menanggapi penjelasan Mbak Asma. Bukannya ikut mengekor langkah Ibu ke dapur, aku lebih memilih untuk mendaratkan bobot tubuh di sofa dan mulai berselancar di sosial media. Mbak Asma meninggalkanku untuk menyusul Ibu.

Bosan menggulirkan layar ponsel setelah menonton beberapa video pendek di laman Instagram, aku mulai membuka kembali roomchat dengan nama Adam di aplikasi WhatsApp. Entah kenapa ada getaran aneh yang menyeruak saat aku kembali membaca pesan-pesannya.

Kedua ujung bibirku tertarik dengan sendirinya menciptakan sebuah senyuman.

Aih, aku ini kenapa sih?

Kemudian aku teringat pada kejadian beberapa waktu yang lalu. Adam dengan caranya yang tak biasa saat meninggalkanku di tempat parkir pasar. Heran, sebenarnya apa sih mau laki-laki itu? Apa dia baik-baik saja? Apa perdebatan kami tadi sempat melukainya?

Oh, Ayolah Astuti. Jangan biarkan kepalamu selalu ramai dengan sendirinya. Kendalikan dirimu.

Kalian mungkin tahu rasanya digantung tanpa kejelasan. Mungkin itulah yang aku rasakan sekarang. Meski aku sadar bahwa kami tidak lagi memiliki hubungan apa-apa. Tetapi tetap saja aku berhasil dibuat berharap dengan perlakuan manis Adam semalam. Dan sialnya, setelah mengetahui keberadaannya aku justru merasa bersalah pada Adam. Terlebih saat mengingat suaranya yang bergetar saat mengatakan seberapa rendahnya dia karena aku menganggapnya seorang penghianat.

Astuti! Kenapa sih, jadi cewek rapuh banget? Memangnya kenapa kalau Adam merasa begitu? Bagus dong? Kenapa justru kamu yang harus merasa bersalah?Kenapa juga tembok tinggi yang kamu bangun selama seratus hari lamanya itu bisa runtuh hanya dalam waktu satu kedipan mata?

Aku mengembuskan napas perlahan karena mengingat kejadian di minimarket semalam, perhatiannya tentu saja membuatku merasa kalau dia masih menyimpan rasa. Apalagi Adam secara terang-terangan mengajakku untuk balikan. Tetapi kenapa tingkahnya di pasar tadi menunjukkan sikap yang sebaliknya.

Sekarang malah aku bingung harus mengambil sikap yang bagaimana. Susah payah aku menjalani jadwal diet ketat demi mencoba move on dan hanya dalam waktu kurang dari 24 jam saja rasaku yang sempat memudar, berbalik memberontak, memaksa untuk balik kanan, dan kembali memeluk warna aslinya.

Sebenarnya Adam masih sayang atau tidak? Atau jangan-jangan selama ini hanya aku yang terlalu berat menggantungkan harapan?

Ya Tuhan! Kenapa aku jadi kepikiran Adam terus, coba?

Iklain gaes..

Iklain gaes

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 20, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Ndut, Balikan, Yuk! by Annie FM.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang