02. Keseharian mereka

653 95 5
                                    


.
.
.
.
.
Kairi baru saja keluar kamar untuk memasak sarapan saat melihat sudah ada lauk dan sayur di meja makan, padahal suasana kostan masih sepi.

Lampu ruang tv dan ruang tamu masih mati dan itu ngebuktiin kalau belum ada anak kostan dari lantai dua yang bangun, dan gak mungkin Magi yang masak sarapan pagi ini, secara anak itu cuma mau masak buat Ezra.

Kairi mengedikan bahu nya, tidak mau memikirkan siapa yang memasak lauk itu pagi ini, paling juga nanti ada yang ngakuin.

Srak

Srak

Srak

Alis Kairi menukik saat mendengar suara dari halaman belakang, karena dapur emang deket sama ruang cuci yang langsung punya akses ke halaman belakang, sudah pasti suara apapun yang ada di belakang bakal kedengeran.

"Siapa yang udah bangun jam lima pagi gini sih?" Kairi itu bukan anak penakut, tapi ada kala nya dia juga serem kalau denger gini subuh-subuh.

"Apa yang gue takutin sih? Udah subuh ini." Kairi memutuskan buat ngelihat siapa yang ada di halaman belakang.

Srak

Srak

Srak

Semakin Kairi deket sama pintu belakang yang kebuka, semakin kenceng juga suara yang kedenger. Dan Kairi yakin kalau itu suara orang nyapu, tapi biasanya cuma satu orang yang suka nyapuin halaman belakang sepagi ini.

"Ezra?" Suara sapu yang bergesekan dengan tanah berhenti.

"Ya?" Kairi menghela nafas lega saat sosok Ezra yang pakai kaus warna biru sama celana pendek itu menoleh, jangan lupakan sapu lidi yang ada di tangannya.

"Kamu ngapain nyapu jam segini? Kan udah ada jadwal piket nya? Lagian sekarang bukan jadwal piket mu." Ezra mengangguk.

"Hari jadwal piket Hasbi sama Arlo, mereka ada kuliah pagi jadi gak mungkin biarin mereka piket hari ini Kai." Kairi berdecak, kebiasaan Ezra satu ini cuma dia yang tau, karena cowok itu memang ngelarang dia kasih tau yang lain.

"Terus yang masak lauk itu kamu juga?" Ezra menggeleng.

"Itu semalem di bawain bude Laras, katanya buat anak kostan jadi aku angetin pagi ini. Biar yang punya kelas pagi bisa sarapan." Kairi mengangguk.

"Ya udah, sini lah. Udah selesai kan?" Ezra mengangguk dan berjalan mendekati Kairi.

"Ezra, nanti kamu kerja?" Ezra mengangguk.

"Iya, aku full shift hari ini, soalnya ada stok bahan datang. Kenapa?" Kairi menarik Ezra buat duduk di kursi taman yang ada di bawah pohon mangga legend kostan.

"Kenapa sih?" Ezra menatap bingung pada Kairi yang terus saja menatapnya lekat.

"Aku mau nanya sesuatu ke kamu, tapi kamu jangan marah atau tersinggung ya?" Ezra hanya mengangguk.

"Semalem aku tanya Hasbi udah makan atau belum, tapi kata dia kalau makan dia harus nungguin kamu karena uang nya kamu yang pegang, tapi kata Ishan dia jarang lihat kamu pulang bawa makanan." Ezra terdiam saat Kairi menanyakan hal itu, dahi berkerut.

"Aku gak pernah bawa uang nya Hasbi, semua kiriman dari ibuk sama bapak buat dia ya langsung ke rekening dia, gak lewat aku." Kairi ikut terdiam kemudian mengangguk, beruntung dia menanyakan hal ini langsung pada Ezra.

"Oh ya udah, soal nya Hasbi bilang gitu semalem." Ezra menghela nafas panjang.

"Mungkin maksud Hasbi, dia lagi ada uang cash kali, makanya nungguin aku pulang." Kairi mengangguk mendengar ucapan Ezra.

Kost UtopiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang