34. Begal

395 70 2
                                    


.
.
.
.
.
Ezra menatap lekat pada Kairi yang baru saja menariknya untuk duduk di meja makan, pemuda tinggi itu mengangsurkan sepiring nasi lengkap dengan ayam geprek kehadapan Ezra.

"Kai, kamu kenapa sih?" Kairi menggeleng.

"Aku gak papa, kamu makan dulu habis itu aku mau ngomong sama kamu." Ezra yang mendengar ucapan Kairi sontak menatap ke arah jam dinding dapur, masih pukul enam dan Kairi sudah memintanya sarapan.

"Masih jam segini loh, kamu nyuruh aku sarapan?" Kairi menghela nafas panjang.

"Kamu semalem gak makan ya Zra, jadi makan aja dulu sekarang." Ezra yang mendengar itu langsung berdecak kesal, lagi pula tidak makan malam sekali tidak akan membunuhnya.

"Ck, iya iya, aku makan nih. Kamu mau cerita apa?" Ezra akhirnya mulai makan sambil sesekali melihat ke arah Kairi, menunggu pemuda itu bercerita.

"Anak-anak semalem bilang kalau kaca depan tiba-tiba pecah, tapi gak ada batu atau kayu yang bisa bikin kaca itu pecah kalaupun ada yang ngelempar dari luar." Ezra hanya diam mendengarkan ucapan Kairi.

"Aku semalem sebenernya mau bilang ke kamu, tapi kata Magi kamu lagi gak enak badan jadi aku baru ngomong sekarang." Ezra menghentikan makannya dan menatap ke arah Kairi.

"Kamu udah bilang ke kak Arya atau kak Algis?" Kairi menggeleng.

"Belum, aku mau kamu tau dulu, biar kalau kak Arya atau kak Algis tanya kamu bisa jawab." Ezra mengangguk kecil.

"Gak usah khawatir, nanti biar aku yang bilang ke kak Arya. Nanti biar sekalian aku telfon pak Seto buat benerin kaca depan, kamu gak usah khawatir dan fokus ama skripsi kamu aja." Kairi hanya mengangguk, padahal Ezra hanya mengatakan hal itu namun dia sudah tenang.

"Hari ini kamu kerja?" Ezra mengangguk.

"Iya, nanti sepulang kerja aku mau ke tempat Hasbi dulu." Kairi menatap Ezra tidak suka.

"Mau ngapain sih?" Ezra tersenyum tipis mendengar ucapan ketus Kairi.

"Mau mastiin dia baik-baik aja, biar mama sama bapak nya gak lagi neror aku pakai telfon sama chat."
.
.
.
.
.
"Kak Ezra, gue ikut ya?" Ezra yang baru saja memakai helm nya langsung menatap bingung pada Haydar.

"Kamu bukannya mau langsung balik ke kostan?" Haydar langsung menggeleng.

"Gue gak mau biarin kakak nemuin tuh anak setan satu sendirian, gue ikut!" Ezra sebenarnya ingin menolak, melarang Haydar untuk ikut dengannya, karena dia sendiri tidak yakin jika Hasbi akan menyambut mereka baik.

"Udah lah kak, gue ikut pokoknya. Lagipula ini udah hampir malem, jadi gue bakal nemenin kak Ezra." Ezra akhirnya mengangguk dan menyodorkan helm pada Haydar.

"Perasaan ku gak enak Dar, nanti kalau ada apa-apa kamu bisa langsung pulang ya?" Haydar mengernyit.

"Gak mau lah kak, gue bakal sama lo terus." Ezra menghela nafas panjang.

"Terserah kamu aja deh Dar." Haydar hanya tertawa pelan mendengar gerutuan Ezra.

Perjalanan mereka tidak butuh waktu lama, karena tempat kost baru Hasbi berada di belakang kampus tempat anak-anak kostan kuliah. Hanya dua puluh menit jika dari cafe, namun yang membuat lama adalah Hasbi tidak menyambut mereka dengan baik.

Padahal niat Ezra hanya ingin memastikan adik angkatnya itu baik-baik saja, karena mau bagaimana pun Hasbi adalah adiknya, sama seperti Jona, dan Ezra menyayangi pemuda itu.

"Ngapain kalian kesini?" Haydar mengepalkan tangan nya karena kesal saat Hasbi menyentak Ezra.

"Angkat telfon mama sama bapak kamu Hasbi, kamu gak mau aku kesini kan? Maka dari itu angkat telfon mereka, jangan jadi durhaka." Hasbi berdecih saat Ezra mengatakan hal itu.

Kost UtopiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang