.
.
.
.
.
Masalah yang menimpa Hasbi sudah terdengar hingga telinga Ezra, meskipun anak-anak kostan menyembunyikannya namun Ezra tetap tau tentang hal itu.Ezra bohong jika dia mengatakan dia gak lagi peduli soal Hasbi, mau bagaimana pun sejak kecil Ezra tinggal bersama Hasbi, gak segampang itu buat Ezra berubah jadi gak peduli.
Ezra menghela nafas nya, gak akan mudah buat dia nolong Hasbi sekarang. Jona jelas gak akan setuju kalau Ezra menyusahkan dirinya buat bantuin Hasbi, dan di jamin anak-anak kostan juga bakal ngelakuin hal yang sama.
Ezra diam-diam menatap Jana dan Dane yang sedang mengobrol di salah satu kursi cafe, kedua bos nya itu juga pasti akan menolak keinginan Ezra menolong Hasbi.
"Aku harus gimana?" Ezra menatap layar ponselnya, dimana ada pesan dari Hasbi yang meminta tolong padanya.
"Aku harus tanya dulu ke kak Arya sama kak Algis." Ezra dengan cepat mengirim pesan pada Jona, menanyakan ketersediaan adik kandung nya untuk mengantar ke tempat dua penanggung jawab kostan itu.
Ezra tersenyum membaca balasan dari Jona, pemuda itu berharap Jona akan mengabulkan permintaannya.
"Gak ada salahnya buat ngomongin dulu masalah ini."
.
.
.
.
.
"Om Ezra!" Aras memekik senang saat melihat kehadiran Ezra dan Jona di rumah nya."Halo Aras, apa kabar?" Aras tersenyum cerah saat Ezra menyapanya.
"Aras baik, Aras kangen om Ezra." Ezra tertawa kecil dan membawa Aras kedalam gendongannya.
"Assalamuallaikum." Ezra mengucap salam sebelum masuk ke rumah Arya.
"Waalaikumsalam, sama siapa kesini Zra?" Algis bertanya saat melihat Ezra masuk sambil menggendong putra nya.
"Sama Jona kak, kak Arya ada?" Algis tersenyum dan mengangguk.
"Ada, kamu mau ngobrol sesuatu sama kak Arya?" Ezra mengangguk.
"Bukan cuma sama kak Arya, sama kak Algis juga. Aku mau minta saran sesuatu." Algis tersenyum dan segera meminta Ezra juga Jona yang baru saja masuk duduk di sofa.
"Aras, biarin om Ezra nya duduk sayang, sini kamu mainan dulu." Aras mengangguk dan menuruti ucapan Algis.
"Aras mau panggil papa ya?" Algis memberi anggukan yang membuat bocah laki-laki berusia enam tahun itu langsung masuk untuk memanggil sang papa.
"Kostan aman Zra?" Ezra mengangguk.
"Aman kak, cuma kayaknya aku harus ganti sapu belakang deh, soalnya kayu nya patah." Ucapan Ezra mengundang tawa Algis.
"Loh Ezra, Jona, kapan datang?" Ezra dan Jona tersenyum saat Arya ikut bergabung bersama mereka.
"Barusan kak." Arya mengangguk kecil.
"Ezra mau ngobrolin sesuatu katanya." Arya menatap ke arah Ezra dan tersenyum simpul.
"Soal Hasbi?" Pertanyaan Arya jelas membuat Ezra dan Jona terkejut, padahal Ezra belum mengutarakan maksudnya.
"Ngapain ngomongin itu anak kak?" Ezra menghela nafas panjang, melihat respon Jona sepertinya pembicaraan mereka akan sangat sulit.
"Kak Arya pasti udah tau soal apa yang terjadi sama Hasbi sekarang?" Arya mengangguk, meskipun Jona dan Algis tampak kebingungan.
"Iya aku tau, terus kamu mau apa? Mau bantuin Hasbi?" Jona tampak tidak setuju dengan ucapan Arya.
"Kak Ezra mau bantuin dia? Ngapain sih kak? Dia udah bikin kak Ezra sengsara loh!" Ezra menggeleng kecil.
"Jona, mau bagaimana pun Hasbi juga adik ku. Dan sekarang dia butuh bantuan." Jona mendengus.
"Asal dia gak nyakitin kak Ezra lagi aja." Ezra tersenyum, Jona itu tidak susah di bujuk, yang susah justru dua bocah itu.
"Kamu mau bantu dia apa Zra?" Ezra menggeleng.
"Aku gak tau kak, aku gak boleh bawa dia balik ke kostan ya?" Arya menghela nafas panjang.
"Kalau soal itu kamu harus bisa dapat ijin dari pakde Saka juga persetujuan anak kost yang lain." Ezra tersenyum tipis.
"Tapi kalau dari kak Arya sama kak Algis gimana?" Arya menatap sekilas kearah Algis yang tersenyum.
"Selama dia gak cari masalah lagi di kostan kakak gak masalah."
.
.
.
.
.
Entah memang sudah di beritahu oleh Arya atau pakde Saka punya firasat soal keinginan Ezra, malam ini pada Saka datang ke kostan, katanya sih mau ngecek fasilitas kostan, tapi Ezra tau bukan itu tujuan asli nya.Ezra belum punya keberanian buat bilang langsung ke pakde Saka soal Hasbi, karena gimana pun beberapa bulan lalu yang ngusir Hasbi dari kostan itu pakde Saka.
Ezra sedikit takut waktu pakde Saka ngajak dia ngobrol, jujur aja meskipun pakde Saka baik banget ke dia tapi dia tetep ngeri, apa lagi pakde Saka kan badannya gede mana tinggi lagi.
Buat Ezra yang sering kena hajar ayah angkatnya, berhadapan sama pakde Saka tanpa Arya itu menakutkan.
"Kamu masih takut sama pakde?" Ezra mengangguk kecil. Hal itu membuat pakde Saka tertawa.
"Ngapain kamu takut sama pakde Zra? Emang pakde bakal gigit kamu?" Ezra jelas menggeleng.
"Tapi liat badan gede nya pakde, Ezra serem." Pakde Saka menggeleng.
"Kamu ini aneh-aneh aja, badan Magi gede tapi kamu gak takut, malah nempel. Dane sama Damar juga gede tapi kamu biasa aja." Ezra merengut saat mendengar pakde Saka membanding nya yang lain.
"Beda pakde, soalnya pakde Saka udah tua, jadi Ezra gak bisa mukul pakde beda sama Magi yang bisa Ezra geplak." Pakde Saka menghembuskan nafas pelan, meskipun mirip dengan Arya, Ezra lebih terlihat mirip Algis dari segi sifat.
"Udah lah kenapa jadi ngomongin tua." Ezra tertawa kecil mendengar ucapan pakde Saka.
"Ezra, pakde dengar dari kak Algis kamu mau nolong Hasbi bener?" Ezra terdiam sejenak sebelum akhirnya mengangguk.
"Iya pakde, Ezra gak tega lihat Hasbi sekarang." Pakde Saka menatap lekat pada Ezra.
"Kamu inget kan apa yang udah Hasbi perbuat ke kamu selama ini?" Ezra mengangguk kecil.
"Ezra inget pakde, dan mungkin Ezra gak akan bisa lupa."
"Terus kenapa kamu masih mau bantu dia?" Ezra tersenyum tipis.
"Terlepas dari gimana sikap dia ke Ezra selama ini, tapi dia tetap adik Ezra pakde. Meskipun Ezra sudah ketemu sama ayah sama bunda, tapi Ezra gak bisa ngelupain gitu aja kalau karena orang tua Hasbi Ezra bisa ada sampai sekarang." Pakde Saka menghela nafas panjang.
"Kamu boleh nolong dia, tapi kalau masalah bawa dia balik ke kostan ini, kamu harus tanya anak-anak yang lain."
"Kalau buat pakde gak ada masalah selama dia gak ngulangin lagi kesalahan dia sebelumnya, tapi anak-anak yang lain belum tentu bisa maafin Hasbi segampang kamu maafin dia. Kamu boleh bawa dia kesini lagi kalau yang lain sudah setuju, paham?" Ezra tersenyum tipis dan mengangguk.
"Ezra paham pakde, terima kasih." Pakde Saka tersenyum dan mengusak rambut Ezra.
"Kalau gitu pakde Saka pamit pulang dulu, jangan lupa obrolin sama anak-anak yang lain. Kalau ada masalah soal kostan jangan lupa langsung kasih tau kak Algis, kak Arya atau pakde, jangan di tangani sendiri." Lagi-lagi Ezra mengangguk.
"Iya pakde."
.
.
.
.
.
Tbc
.
.
.
.
.
Selamat malam...
Kost Utopia up nih...
Ada yang kangen?
Ada yang nungguin?Selamat membaca dan semoga suka
See ya
–Moon–
KAMU SEDANG MEMBACA
Kost Utopia
FanfictionKost Utopia semakin ramai setelah di renovasi dan adanya penambahan kamar setelah penghuni lama ya memutuskan untuk membangun rumah mereka sendiri. Ezra yang menjadi penanggung jawab kost Utopia, selalu berhasil di buat pusing oleh tingkah penghuni...