.
.
.
.
.
Algis terlihat menggendong Aras yang tidak berhenti merengek dan ingin bersama Ezra sejak tadi, tapi masalahnya bude Laras meminta agar Ezra di biarkan istirahat dengan tenang, jadinya Algis membawa Aras keluar dari kamar yang di tempati Ezra tadi."Mama.... mau om Ezra..." Algis hanya menatap ke arah putra tunggalnya dan tersenyum tipis, sejak tadi dia sudah mencoba memberi pengertian pada Aras agar tidak lagi merengek namun sia-sia.
"Aras, sini sama papa." Aras langsung mengulurkan tangannya pada Arya, hal itu sedikit membuat Algis lega.
"Aras, dengerin papa mau?" Aras mengangguk kecil, karena jika papa nya sudah bertanya seperti itu artinya sang papa sedang serius.
"Aras tadi lihat om Ezra tidur tiba-tiba?" Aras kembali mengangguk.
"Aras tau om Ezra kenapa?" Kali ini Aras menggeleng.
"Aras ndak tau... Om Ezra habis dari kamar mandi, terus... terus elus-elus kepala Aras, terus om Ezra tidur..." Arya tersenyum tipis saat melihat bibir sang putra mulai melengkung kebawah.
"Aras, om Ezra tidur tiba-tiba tadi karena om Ezra sakit." Aras mengerjap saat mendengar kata sakit dari Arya.
"Sakit? Di suntik nenek?" Arya mengangguk.
"Iya sama kayak Aras waktu sakit, ingat apa yang papa sama mama lakuin biar Aras cepat sehat?" Bocah enam tahun itu terlihat berfikir sebelum mengangguk.
"Papa sama mama, minta Aras makan banyak-banyak, minum obat juga banyak-banyak, terus terus tidur banyak-banyak!!" Seketika Aras berhenti berbicara dan menatap Arya.
"Jadi om Ezra tidur biar cepet sembuh ya pa?" Arya tersenyum dan mengangguk.
"Iya, biar om Ezra cepet sembuh terus bisa temani Aras mewarnai lagi. Jadi Aras masih mau ke tempat om Ezra?" Gelengan kecil di lihat Arya dari sang putra.
"No... no... Aras mau om Ezra sembuh! Aras mau sama papa aja, ndak mau ganggu om Ezra."
.
.
.
.
.
Ezra mengerjapkan matanya pelan, dan sedikit bingung kenapa dia berada di kamar tamu yang dia gunakan untuk menginap di rumah Jana, padahal sebelumnya dia lagi nemenin Aras mewarnai.Ezra akhirnya menghela nafas panjang saat melihat selang infus yang tersambung ke tangannya, pantas saja tubuhnya terasa sangat lemas.
"Ah, ternyata aku sakit. Aku pasti ngerepotin kak Dane sama kak Jana." Ezra memutuskan untuk duduk, dia tau setelah ini dia akan di liburkan oleh Jana.
Selama ini Jana selalu seperti itu, jika Ezra ketahuan sakit maka bos nya itu akan langsung memberinya libur dengan cara menutup cafe.
Cklek
"Ezra." Ezra yang semula menunduk langsung mendongak saat mendengar suara Algis.
"Kak Algis." Algis tersenyum dan mengangguk.
Algis cukup panik dan khawatir waktu pakde Saka memberitahu dia dan Arya jika Ezra pingsan saat mereka pulang dari kostan, beruntung bude Laras yang sedang libur ada di sana, jika tidak sudah dipastikan jika Jana akan membawa Ezra ke rumah sakit.
"Apa yang kamu rasain?" Algis duduk di pinggir ranjang tempat Ezra berada, tangan nya menyentuh dahi Ezra untuk memeriksa demam nya.
"Lemes kak, aku demam ya?" Algis mengangguk.
"Istirahat aja di sini beberapa hari sampai bener-bener sembuh, sementara jangan balik ke kostan, biar mereka tau gimana kostan tanpa campur tangan kamu." Ezra menunduk saat Algis mengatakan hal itu.
"Maaf ya kak Gis." Algis tersenyum dan menggeleng.
"Gak usah minta maaf, harusnya kamu cerita lebih awal soal itu Zra. Kami memang kasih kamu tanggung jawab buat ngawasin kostan tapi gak semua harus kamu atasin sendiri, kamu bisa bilang ke kakak atau kak Arya, paham?" Ezra mengangguk kecil, merasa bersalah pada Algis saat ini.
"Ya udah kamu istirahat aja dulu disini, habis ini kakak anterin makan malam buat kamu."
.
.
.
.
.
"Hasbi, pakde usir Zra, maaf tapi pakde gak mau ada anak yang bikin suasana kostan jadi gak enak." Ezra menunduk saat pakde Saka menemuinya di kamar, Ezra tidak bisa melakukan apapun karena itu keputusan pakde Saka, mau gimana pun Ezra tidak akan bisa membela Hasbi lagi."Maafin Ezra pakde, Ezra yang bawa Hasbi tinggal di kostan, tapi Hasbi malah bikin masalah. Maafin Ezra ya." Pakde Saka tersenyum, tidak salah mempercayakan kostan pada Ezra karena cowok itu selalu bisa diandalkan, meskipun kadang kala dia bisa seperti Arya yang gak enakan.
"Kamu gak salah Zra, pakde yang harusnya minta maaf ke kamu." Ezra menggeleng pelan.
"Gak pakde, ini salah Ezra. Hasbi adik Ezra, tapi Ezra gak bisa jaga dia buat gak bikin ulah di kostan seperti janji Ezra dulu." Pakde Saka menghela nafas panjang.
"Udah udah mau sampai kapan kamu minta maaf, udah di maafin, sekarang lanjut istirahat. Pakde ngelarang kamu balik ke kostan sebelum bener-bener sehat, biarin aja mereka tau kalau selama ini yang sering gantiin mereka piket pagi itu kamu bukan Hasbi." Ezra hanya bisa mengangguk, perintah pakde Saka gak bisa lawan soalnya.
"Istirahat dulu disini, nanti pakde kabari Kairi sama Ishan, biar mereka gak khawatir."
Ezra hanya bisa menatap langit-langit kamar yang di tempati nya, rasanya aneh waktu ada orang lain bersikap sebaik itu sama dia, sedang mereka yang dia anggap keluarga justru gak pernah ngelakuin itu.
Ezra menyentuh lehernya, menarik keluar sebuah kalung dengan bandul עזרא di sana. Satu-satunya kalung yang dia punya dari keluarga kandung nya, Ezra gak bisa ingat dengan jelas siapa mereka, bagaimana wajah kedua orang tua kandung nya, dan apa yang membuat dia berpisah dari kedua orang tuanya.
Apa Ezra benar-benar di buang seperti ucapan ibuk angkat nya? Tapi ayah angkat nya bilang kalau mereka menemukan Ezra di salah satu taman di kota malang, mereka sudah melapor pada polisi tapi hingga seminggu tidak ada yang datang, akhirnya mereka membawa Ezra ke Surabaya dan menjadikan cowok itu anak nya.
Karena secara kebetulan ibuk nya belum punya anak meskipun sudah lima tahun menikah, Ezra di perlakukan baik selama beberapa bulan, sampai akhirnya ibuknya hamil. Setelah Hasbi lahir hanya ayah nya yang masih menganggap Ezra anak, ibuk nya bahkan secara blak blakan mengatakan akan mengirim Ezra ke panti asuhan, kalau aja Ezra itu gak pinter.
"Apa aku harus mulai cari mereka? Tapi gimana kalau aku memang dibuang?"
Saat Ezra bergelut dengan pikirannya sendiri, di luar ruangan Dane, Jana, Arya sama pakde Saka lagi rundingan gimana enak nya sama anak kostan.
Jana setuju buat nyembunyiin Ezra di rumah nya beberapa hari sampai Ezra sembuh, lagi pula dia gak butuh-butuh amat uang dari cafe, secara sebenarnya dia sama Arya itu sama-sama pegang tanggung jawab di perusahaan punya papi mereka.
"Pakde, Arya punya pikiran buat cari keluarga kandung Ezra. Selama ini Ezra memang gak pernah bahas soal itu, tapi Arya bisa lihat kalau Ezra iri dan pingin bisa ngerasain kumpul sama keluarga kandungnya." Tatapan pakde Saka, Dane sana Jana langsung fokus sama Arya.
"Kalau itu bisa aja, cuma kemungkinan Ezra bakal lebih sakit lagi kalau dia tau dia benar-benar di buang, meskipun pakde gak yakin sama itu." Arya mengangguk paham.
"Nanti coba Arya mulai cari pakde, sebelum benar-benar mereka ketemu Ezra, Arya akan pastiin semua aman."
.
.
.
.
.
Tbc
.
.
.
.
.
Selamat malam
Aku akhirnya mutusin double up
Soalnya aku sedikit gak rela kalau cuma up satu chapterSelamat membaca dan semoga suka
See ya
–Moon–
KAMU SEDANG MEMBACA
Kost Utopia
FanfictionKost Utopia semakin ramai setelah di renovasi dan adanya penambahan kamar setelah penghuni lama ya memutuskan untuk membangun rumah mereka sendiri. Ezra yang menjadi penanggung jawab kost Utopia, selalu berhasil di buat pusing oleh tingkah penghuni...